MADRASAHDIGITAL.CO- OLEH: Syahuri Arsyi
Al-Idrisi adalah seorang intelektual muslim bidang geografi yang berasal dari Spanyol. Ia memiliki sebuah buku yang terkenal berjudul Nuzhat al-Mushtaq Fi Iktiraq al-Afat. Buku ini merupakan sebuah karya ensiklopedia yang berisikan gambaran peta dunia secara detail dan dilengkapi informasi tentang beberapa negara yang ada di eropa. karya ini diterjemahkan kedalam bahasa latin dengan judul, Geographia Nubiensis.
Al-Idrisi ini memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abdullah Ibn Idris Asy-Syarif al-Hammudi al-Hasani al-Idrisi atau yang biasa dikenal dengan nama al-Idrisi. Ia lahir di kota Ceuta, Spanyol sekitar tahun 1100 M. Kalangan intelektual barat biasa menyebut intelektual Muslim dengan sebutan khas, Al-idrisi dikenal dengan nama Edrisi atau Dreses. Hal ini juga terjadi pada beberapa intelektual Muslim seperti Ibnu Sina (980-1037 M) sebagai Avieccena, Ibnu Bajjah (1100-1138 M), sebagai Avempace, Ibnu Thufail (1138 M), sebagai Abubacer dan Ibnu Rusyd (1126 -1198 M), sebagai Averroce.
Al-Idrisi di kalangan sarjana dan intelektual barat dikenal sebagai seorang ilmuwan yang sangat ahli dalam bidang geografi dan dianggap sebagai ilmuwan yang menciptakan peta dalam versi baru. Al-Idrisi juga dikenal sebagai intelektual yang mahir dalam mengukur garis bujur dan garis lintang hanya menggunakan papan gambar.
Kalau di zaman modern penemuan al-Idrisi ini semacam peta dunia. Sehingga temuan Al-Idrisi ini oleh sarjana abad modern disebut globe. Karya al-Idrisi tersebut dikenal dengan sebutan Lauhul Tarsim.
Layaknya sebagai seorang ilmuwan pada umumnya, dalam membuat globe geografis, Al-Idrisi sering melakukan bepergian ke berbagai tempat seperti, asia dan afrika guna mengumpulkan data-data geografisnya. Perjalanan pertamanya, dilakukan ketika berumur 16 tahun, menelusuri kawasan Anatolia dan Yunani. Selanjutnya dilanjutkan ke Perancis hingga menyeberang menjelajahi Inggris. Bahkan, dalam literatur lain Al-Idrisi pernah melakukan perjalanan ke Portugal dan beberapa negara-negara Eropa lainnya.
Tentu, apa yang dilakukan Al-Idrisi ini agak berbeda dengan travelling orang-orang modern saat ini yang hanya melakukan penelitian geografis. Al-Idrisi melakukan travelling ke beberapa negara-negara di Eropa dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan mengumpulkan data-data serta mencocokkan dengan pengetahuan yang dibacanya.
Di samping itu, al-Idrisi juga mengkombinasikan semua data-data yang dimiliki dengan hasil penelitian selama bertahun-bertahun, sehingga bisa sangat detail dalam membuat sebuah karya yang bisa menyajikan data paling lengkap pada setiap wilayah dari berbagai belahan dunia. Penelitiannya ini pada waktu itu juga didukung beberapa ahli navigasi dan diajak pihak militer untuk bekerjasama.
Karya lain Al-Idrisi yang menjelaskan tentang geografi adalah Kitab al-Rujari atau yang dalam versi bahasa inggris dikenal Roger’s Book, serta Opus Georaphium dalam bahasa latin. Karya ini ditulis Al-Idrisi sebagai bentuk penghormatan kepada raja Roger II dari Sicilia. Karya ini berisi panduan membaca globe yang dianggap paling cermat dan teliti disepanjang abad pertengahan.
Dalam beberapa literatur dinarasikan kalau kehebatan dan keahilian Al-Idrisi dalam membuat peta atau globe sampai pada telinga Raja Roger II, dimana raja membuat suatu penawaran tinggi untuk Al-Idrisi agar membuat suatu peta dunia yang baru, menarik, dan unik, serta berbeda dengan peta buatan ahli geografi Eropa.
Konon, peta buatan ilmuwan Eropa kala itu sering kali salah karena dibuat dengan khayalan dan sangat percaya tahayul, tidak secara ilmiah. Oleh sebab itu, belum ada ilmuwan Eropa yang bisa membuat peta seakurat peta buatan Al-Idrisi.
Setelah melakukan perenungan filosofi yang cukup lama, akhirnya Al-Idrisi menyanggupi dengan syarat, bisa memasukkan sejarah Islam wilayah Sicilia sebelum dikuasai raja Roger, sebagai wilayah kekuasaan Islam. Ketika membuat peta pesanan Raja Roger tersebut, Al-Idrisi mengumpulkan ulang catatan para ilmuan sebelumnya dan mempelajari dengan cermat. Al-Idrisi juga melakukan wawancara langsung dengan para pelaut yang pernah menjelajahi kawasan Mediterania dan Atlantik dan menolak keterangan pelaut yang tidak akurat dan kurang menyakinkan.
Dari kerja-kerja intelektual tersebut, kemudian Al-Idrisi berhasil membuat bentuk bola dunia (globe) terbuat dari perak seberat 400 ons. Bola dunia ini dilengkap detail dan sangat cermat terkait masalah geografis seperti danau, sungai, kota besar, daratan dan pengunungan.
Disamping itu, Al-Idrisi dalam petanya, telah memberikan tanda tertentu dalam membedakan jenis struktur tanah, jarak, panjang dan ketinggian secara akurat. Dalam karyanya ini, Al-Idrisi juga memberi informasi tentang pulau-pulau yang letaknya sangat juah dan terpencil, serta memberikan informasi tentang samudra atlantik yang disebutnya sebagai laut paling gelap. Dengan demikian, penggunanya bisa dengan mudah memahami peta buatannya ini.
Rawd Unnas wa Nuzhat al-Nafs (kenikmatan lelaki dan kesenangan jiwa) dan Shifatul Arab (karakter bangsa arab) serta Kharithanul Alamil Mu’mur Minal Ard atau peta dunia adalah karya-karya al-Idrisi yang membahas tentang geografi tujuh benua yang ada di dunia ini.
Nuzhat al-Mushtaq fi Iktiraq al-Afat merupakan karya yang menjelaskan peta Asia, Eropa, Afrika serta negara lainnya. Dalam buku ini diterangkan juga masyarakat dan budanya. Karya ini juga membahas tentang kondisi cuaca dari berbagai negara. Bahkan juga menerangkan dengan sangat perinci tentang sungai Nil di Afrika. Bagi Al-Idrisi, sungai Nil merupakan gabungan sungai senegaldan sungai Niger yang mengalir dari Afrika Tengah sampai Laut Atlantik.
Selama kurang lebih 300 tahun globe buatan Al-Idrisi ini digunakan para penjelajah barat untuk menjelajahi berbagai dunia. Selama itu pula, hampir semua karya-karya Al-Idrisi sudah diterjemahkan kedalam berbagai versi bahasa seperti, bahasa Spanyol, jerman, Perancis dan Italia.
Berkat globe buatan Al-Idrisi ini menjadi pedoman utama dalam pembuatan peta dunia selanjutnya. Berkat globenya juga bangsa-bangsa Eropa dapat melakukan perjalanan dan menjajah berbagai wilayah hampir seluruh dunia.
Pada akhirnya, apa yang sebenarnya dilakukan oleh Al-Idrisi hanyalah merupakan suatu upaya untuk menerapkan konsep kesatuan ilmu tanpa ada celah untuk menyelewengkan dari kebenaran ilmu pengetahuan. Gagasan Al-Idrisi ini tentu banyak mengilhami generasi berikutnya, baik barat maupun timur agar mencapai kebesaran peradaban ilmu pengetahuan dari seorang intelektual, sekaligus ahli peta dunia.
Red: Saipul Haq