MADRASAHDIGITAL.CO, – Oleh: Lutfiana Alfa Riddhoh (Mahasiswi Psikologi Islam Semester 4 UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung)
Media sosial memang memudahkan beberapa aspek dalam kehidupan manusia, salah satunya adalah untuk memudahkan komunikasi. Akan tetapi, tidak bisa dimungkiri bahwa media sosial juga banyak membawa dampak negatif salah satunya menimbulkan perilaku FOMO (Fear of Missing Out).
Apakah kalian pernah mendengar istilah FOMO? FOMO (Fear of Missing Out) merupakan suatu fenomena psikologis di mana penderitanya mengalami kekhawatiran akan ketertinggalan suatu momen. FOMO membuat penderitanya menjadi ketergantungan terhadap media sosial, sehingga akan berdampak negatif terhadap kesehatan mental.
Setelah mengetahui apa itu FOMO, kali ini kita akan membahas kebalikannya yaitu JOMO. Pernahkah kalian mendengar istilah JOMO? Atau ini adalah kali pertama mendengar istilah tersebut? Mari kita kulik singkat apa itu arti dari JOMO serta bagaimana cara menerapkannya. Let’s Get It!!!
Mengenal arti dari JOMO
FOMO dan JOMO merupakan dua fenomena dalam psikologis yang berlawanan. FOMO adalah keadaan di mana seseorang mengalami kekhawatiran akan ketertinggalan suatu momen di media sosial, sedangkan JOMO adalah kebalikannya.
JOMO (Joy of Missing Out) merupakan suatu fenomena psikologis di mana seseorang tidak merasa khawatir akan ketertinggalan suatu momen di media sosial. Seseorang yang berhasil menerapkan gaya hidup JOMO akan merasa cukup di dalam kesehariannya, sehingga tidak akan muncul rasa cemas meskipun melewatkan suatu momen.
Melansir dari Psychology Today menyebutkan bahwa JOMO (Joy of Missing Out) merupakan suatu kecerdasan emosional yang merupakan penangkal perilaku FOMO, sehingga dalam hal ini muncul suatu perasaan puas dalam diri seseorang dengan kondisi hidupnya, serta tidak akan merasa harus terhubung dengan apa yang orang lain lakukan.
Dapat dikatakan bahwa JOMO (Joy of Missing Out) merupakan suatu kondisi mental seseorang yang merasa cukup dan menikmati situasi yang dialami saat ini. Jika dilihat dari maknanya Joy atau kesenangan, JOMO membawa kehidupan seseorang menuju ketenteraman dalam bentuk rasa puas.
JOMO membuat seseorang tidak akan khawatir meskipun tidak selalu terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain. JOMO akan membuat seseorang lebih mensyukuri apa yang dimiliki saat ini, alih-alih membandingkan pencapaiannya dengan orang lain. JOMO akan mencegah seseorang dari perasaan cemas.
Gaya hidup JOMO penting untuk diterapkan dalam keseharian. JOMO membawa seseorang untuk hidup secara tenang, dan tidak terjebak dalam perilaku FOMO. JOMO mengizinkan kita untuk terus menghargai pencapaian diri sendiri, sehingga kita tidak akan terjebak dalam toxic productivity.
JOMO membawa kita untuk menjadi diri kita sendiri, tidak akan merasa cemas apabila kita tidak sama dengan orang lain. Berbeda bukanlah suatu kekurangan, namun suatu keunikan yang harus kita syukuri. JOMO mengarahkan kita pada suatu kebahagiaan dalam hidup, sehingga baik untuk kesehatan mental kita.
Setelah kita mengetahui bahwa JOMO sangat penting diterapkan demi kesehatan mental, sekarang kita akan belajar bagaimana cara menerapkannya sebagai gaya hidup sehari-hari. Berikut ini ada 6 tips yang bisa kita lakukan untuk menerapkan gaya hidup JOMO. Check it out!!!
1. Kurangi penggunaan media sosial
Seperti yang telah disebutkan di awal bahwa media sosial dapat menyebabkan perilaku FOMO dalam diri seseorang. Maka dari itu, langkah awal yang dapat dilakukan untuk mencegah perilaku FOMO dan memulai gaya hidup JOMO adalah kurangi penggunaan media sosial.
Mengurangi penggunaan media sosial dapat dimulai dengan mencoba untuk mengurangi penggunaan gadget. Selain itu, cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengalihkan fokus perhatian kita menuju hal lain yang bermanfaat seperti membaca buku, koran dan lain lain. Dengan demikian, diharapkan kita jadi terbiasa untuk tidak selalu bergantung pada gadget dan media sosial.
2. Tingkatkan quality time bersama orang tersayang
Tips kedua yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan quality time bersama orang-orang tersayang. Mulailah dengan menyisihkan waktu dalam satu minggu untuk quality time bersama keluarga ataupun teman terdekat kita. Selain meningkatkan keharmonisan, hal ini juga membuat kita tidak akan terlena dengan media sosial.
3. Tingkatkan mental awareness
Meningkatkan kesadaran akan mental penting dilakukan agar kita bisa memahami kondisi mental kita. Mulailah dengan menerapkan mindset bahwa selain kesehatan fisik, kesehatan mental juga patut untuk diperhatikan. Meningkatkan mental awareness bertujuan agar seseorang dapat berdamai dengan dirinya sendiri.
4. Cut off mereka yang toxic
Lingkungan sekitar juga berpengaruh terhadap kondisi mental kita. Terkadang kita tidak sadar bahwa hal yang membuat kita kurang bersyukur adalah lingkungan pertemanan kita. Oleh karena itu, mulailah selektif dalam memilih serta memilah pertemanan. Cobalah keluar dari lingkaran pertemanan yang membuat kita merasa tidak nyaman.
5. Mulailah mensyukuri dan menerima dirimu saat ini
Bersyukur atas apa yang telah dimiliki sangat memberi dampak positif terhadap kehidupan kita. Tanpa kita sadari sebenarnya bersyukur akan membangkitkan aura positif dalam diri kita. Cobalah dengan mensyukuri hal-hal kecil yang kita miliki saat ini, seperti kesehatan fisik yang telah diberikan oleh Tuhan.
6. Fokuslah pada tujuanmu saat ini
Mulailah mencoba fokus akan tujuanmu saat ini, alih-alih iri terhadap pencapaian orang lain. Cobalah mulai menyusun rencana-rencana kecil untuk masa depanmu. Fokuslah pada proses yang dijalani saat ini, tidak perlu tergesa-gesa dan nikmati jalan hidupmu.
Nah, sahabat MD itulah tadi 6 cara yang dapat kita lakukan untuk menerapkan gaya hidup JOMO demi kesehatan mental kita. Mari, pelan-pelan kita terapkan hal tersebut dalam keseharian demi kehidupan yang lebih baik.
Referensi:
Fuller, K. (2018). JOMO: The Joy of Missing Out. Psychology Today. JOMO: The Joy of Missing Out | Psychology Today
Redaktur: Annisya Kurniasih