MADRASAHDIGITAL.CO-Rinai hujan menemani proses wawancara bersama Muh. Akmal Ahsan, demisioner Ketua Umum DPD IMM DIY sekaligus Calon Formatur DPP IMM. Wawancara ini dilakukan di Warung Kopi Blandongan, kedai yang nyaris setiap hari dikunjungi pria berusia 26 tahun tersebut. Berikut petikan wawancara dengan Akmal yang berlangsung pada Ahad (18/2/2024):
Beberapa hari lagi Muktamar IMM akan diselenggarakan, bagaimana Anda melihat Muktamar?
Pertama, muktamar seyogianya dipandang sebagai forum evaluasi kepemimpinan selama satu periode. Evaluasi kolektif itu diperlukan untuk meningkatkan kinerja kepemimpinan di masa mendatang. Kedua, Muktamar IMM harus diletakkan sebagai medium untuk memproyeksikan agenda-agenda strategis IMM ke depan. Ketiga, Muktamar niscaya harus dipandang sebagai ruang terbaik untuk memilih pemimpin yang mampu menahkodai IMM ditengah tantangan organisasi. Kerja-kerja membangun Muktamar yang ideal tentu berangkat dari kesanggupan semua pihak untuk secara cermat dan saksama berdialog. Muktamar jangan direduksi sebagai arena politik belaka.
Periode DPP IMM saat ini sejenak lagi akan berakhir, bagaimana Anda melihat kerja-kerja organisasi DPP IMM saat ini?
Saya menyaksikan dari dekat bagaimana struktur kepemimpinan ini berjalan. Dibawah kendali Abdul Musawwir Yahya, periode kepemimpinan ini sudah berjalan cukup maksimal. Ini bisa dilihat dari banyaknya narasi intelektual, solidaritas kepemimpinan dan kesanggupan mengelola krisis/tantangan kebangsaan saat ini. Saya melihat, DPP IMM saat ini memiliki bargaining yang cukup kuat di wilayah politik kebangsaan.
Kendati demikian, terdapat banyak hal-hal subtansial yang belum terjamah oleh DPP IMM. utamanya berkaitan dengan absennya IMM dalam isu-isu kerakyatan. IMM saat ini nyaris kehilangan basis sosial kerakyatan. Jika kondisi ini tidak berubah, IMM berpotensi kehilangan dukungan dan legitimasi dari rakyat.
Menurut Anda, apa saja tantangan gerakan IMM saat ini?
IMM saat ini bergumul dengan tantangan sosial yang serba kompleks, cepat dan penuh ketidakpastian. Ilmuan seperti Warren Bennis menyebut kondisi sekarang sebagai VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). Kondisi ini menyebabkan IMM harus memiliki akar ideologis yang kuat sekaligus kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi sosial muktakhir.
Dalam aspek politik, IMM saat ini berhadapan dengan hegemoni dan dominasi negara yang semakin menguat, sering berakibat pada tindakan represi dan kriminalisasi terhadap aktivis. Saat yang sama, artikulasi politik IMM saat ini kerap berhadapan dengan manipulasi opini dan propaganda yang sering digaungkan para pendengung (buzzer). Dalam aspek ekonomi, IMM bertemu dengan tantangan ketimpangan ekonomi. Kondisi yang memungkinkan IMM kesulitan untuk mandiri secara finansial. Dalam ranah kebudayaan, IMM menghadapi tantangan berupa erosi kebudayaan nasional seiring dengan menguatnya pengaruh budaya asing. Tentu masih banyak tantangan lain yang perlu diantisipasi oleh organisasi seperti masalah demokrasi, lingkungan, krisis iklim, serta aneka ragam masalah yang lain.
Ditengah tantangan gerakan IMM saat ini, menurut Anda apa saja agenda strategis yang memungkinkan dilakukan oleh IMM?
Pertama, IMM harus benar-benar serius meningkatkan kualitas kader. Tentu saja, ijtihad ini dimulai dengan kerja-kerja membangun kaderisasi yang ideal di setiap level kepemimpinan. Instruktur menjadi pion utama bagi upaya meningkatkan kaderisasi. Kedua, Memperkuat kemandirian ekonomi. IMM harus berdaya secara ekonomi agar tidak bergantung dengan kekuatan ekonomi diluar dirinya.
Ketiga, Ikatan ini perlu terlibat aktif, mendorong terciptanya praktik beragama yang inklusif dan berkemajuan. Ini penting ditengah kondisi meluruhnya kesadaran spiritual publik di Indonesia. Keempat, sudah tiba masanya IMM mendorong hadirnya smart digital specialist, menjadi produsen di dunia digital, bukan hanya mengkonsumsi informasi.
Kelima, IMM perlu kembali ke akar sosialnya, masyarakat. Jangan sampai kehilangan legitimasi dan dukungan dari rakyat. Keenam, IMM niscaya perlu terlibat langsung menyelesaikan masalah lingkungan, utamanya dalam menghadapi ancaman krisis iklim global.
Ketujuh, Ikatan ini perlu melibatkan diri dalam usaha menciptakan keadilan gender di masyarakat. Kita tahu, ada banyak sekali praktik diskiriminasi dan ketidakadilan gender, utamanya yang menimpa perempuan. Kedelapan, IMM perlu membangun iklim intelektual yang baik di perguruan tinggi.
Kesembilan, harus ada kemauan untuk merevitalisasi pola organisais yang kovensional menjadi lebih modern, tujuannya agar tercipta efektifitas dan efisiensi organisasi. Kesepuluh, perlu ada gerakan IMM untuk menyelesaikan masalah kesehatan nasional, seperti masalah stunting, infeksi penyakit menular, malanutrisi dan masalah kesehatan mentel. Dalam masalah ini, IMM juga perlu mendorong keterlibatan pemerintah dalam menyelesaikan masalah kesehata nasional, seperti akses obat dan alat kesehatan, transpransi informasi kesehatan, problem mandegnya penelitian dan pengembangan masalah kesehatan, dan isu lain.
Apa harapan Anda untuk Muktamar kali ini?
Saya tentu berharap bahwa Mukatamr ini bisa kondusif dan produktif. Di satu sisi perlu melahirkan iklim Muktamar yang tenang dan kondusif, saat yang sama dibutuhkan Muktamar yang secara produktif dapat melahirkan narasi yang ideal sekaligus menghadirkan format kepemimpinan yang secara optimal menunjang pencapaian tujuan organisasi.
Red. Saipul Haq