MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh: Rodiatun Mardiah (Anggota RPK PK IMM FAI UMY)
Di Nusantara abad 15 – 16, merupakan periode di mana Portugis di bawah D’Albuquerque menaklukkan malaka. Kemudian disusul dengan Franciscus Xaverius yang mengkristenkan Morotai, Ambon dan Ternate. Memasuki abad 16 muncullah VOC dengan berbagai kebijakannya; Spanyol yang menaklukkan Ternate dan Tidore, hingga Jayakarta yang akhirnya berubah nama menjadi Batavia. Periode yang begitu keruh di Nusantara ini tentunya tidak terlepas dari peralihan periode pertengahan kepada modern di Barat.
Kelahiran Zaman Modern
Cogito ergo sum (aku berpikir maka aku ada) – Rene Descartes
Pernyataan ini menunjukkan bahwa dapat mengetahui kenyataan dengan rasionya sendiri. Kelahiran zaman modern bukan hanya merujuk pada periode, akan tetapi peralihan manusia kepada kesadaran terkait kebaruan. Lahirnya modernitas yang kemudian dicirikan dengan subjektivitas, kritik, dan kemajuan ini tentunya diiringi pula dengan gejolak baru dikalangan intelektual. Terkhususnya munculnya pemikiran-pemikiran baru dari kalangan intelektual. Sehingga tak jarang periode ini dianggap sebagai masa pemberontakan intelektual.
Pemikiran Filsuf Modern Sebagai Bentuk Pemberontakan Intelektual
Pemikiran filsuf-filsuf modern seringkali menimbulkan berbagai kontradiksi dengan keyakianan yang telah dipegang dari abad pertengahan sebelumnya. Hal ini tampak pada pemberontakan intelektual terhadap metafisiska tradisional abad pertengahan. Dimana cara berpikir filosofis yang mendasarkan diri pada rasio menjadi otonom dari pemikiran atas dasar iman yang dikenal sebagai teologi. Pemisahan antara filsafat dan teologi terus berlanjut pada abad 18 dan 19 menjadi pemisahan ilmu pengetahuan dan filsafat.
Terlepas dari berbagai sudut pandang yang menangkap wajah pemikiran filsuf modern sebagai bentuk pemberontakan intelektual, hasil pemikiran dari fisluf-filsuf modern ini adalah krisis tradisi yang diperhebat oleh rasio. Dengan melepaskan diri dari kungkungan tradisi mereka berupaya menanggapi praktik secara kritis, yang kemudian mengahasilkan pemikiran-pemikiran yang secara kualitatif baru. Rasio menggulingkan tahta teosentrisme ke antroposentrisme.
..gagasan para filsuf modern itu kerap tidak nyaman di telinga para penjaga status pra quo: kedengaran subversive bagi rezim politis, ‘bidaah’ bagi ortodoksi agama, dan ‘sinting’ bagi mediocrity. namun merekalah yang membuka jalan bagi kebebasan berpikir. Tanpa mereka kiranya orang tak pernah berani secara rasional mendekati misteri manusia, masyarakat. dunia, dan tuhan seperti yang kini berkembang dalam berbagai ilmu modern. sains, Teknik, ekonomi kapitalis, negara hukum dan demokrasi modern. berpangkal dari sebuah pemahaman filosofis yang lalu menjadi elmen modernitas kita, yakni: subjektivitas (rasionalitas), idea kemajuan (the idean of progress), dan kritik. para filsuf modern itu dalam berbagai ajaran, mulai dari humanisme renaisans, rasionalisme, empirisme, kritisisme, idealisme, materialisme, romantisme, dan positivisme.
-potongan sinopsis buku Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche
***
Buku ini ditulis guna memetakan pemikiran filsuf-filsuf barat, seiring dengan meningkatnya minat filsafat barat dan hadirnya mata kuliah wajib filsafat di berbagai universitas di Indonesia. Rentang waktu pemikiran-pemikiran yang dibahas di dalam buku ini tentunya tidaklah singkat, yakni 4 abad.
Tampak dari judul bahwasanya buku ini ingin mengulas modernitas bukan lagi dari segi empiris-materialnya, akan tetapi dari segi mentalitas, fundamen pemikiran yang akhirnya melandasi peradaban barat modern.
Dilengkapi dengan berbagai komponen pendukung, seperti cuplikan teks asli, kata mutiar, catatan pinggir, foto, bagan, hingga kamus mini pada bagian akhirnya yang mengemas kembali poin-poin gagasan dengan cara yang lebih mudah di pahami. komponen-komponen pendukung ini tentunya memudahkan pembaca dalam memahami dan mendiskusikan lebih lanjut isi dari buku ini.
Hal menarik lainnya dari buku ini ialah, ia tidak hanya mengemas pemikiran-pemikiran para tokoh, akan tetapi juga mengajak kita menyelami kisah-kisah herios-tragis para tokoh. Entah itu Bruno yang dibakar di Roma, kritisisme Immanuel Kant, kisah rahasia Hegel yang anaknya mati di Batavia, hingga Kegilaan Nieztsche.
Judul Buku | : | Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche |
Penulis | : | F. Budi Hardiman |
Berat | : | 0,47 |
Tahun | : | 2004 |
Halaman | : | 312 |
Ukuran | : | 15 x 23 cm |
Penerbit | : | Gramedia Pustaka Utama |
Red; Ramadhanur Putra