MADRASAHDIGITAL.CO – Oleh: Aisyah Nur Syifa, Kader PK IMM FKIP Uhamka
Minggu 7 Agustus 2022, telah dilaksanakan RTL SRIKANDI (Rencana Tindak Lanjut Sekolah Pendidikan IMMawati) yang dinaungi oleh bidang IMMawati FKIP Uhamka. Kegiatan ini berlangsung di Kampung Gedong tepatnya di Kampung Pemulung. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan dari SRIKANDI (Sekolah Pendidikan IMMawati) yang bertemakan “Optimalisasi Kesadaran Gender sebagai Aktualisasi Peran Kader IMM FKIP UHAMKA” (Minggu, 7/08).
Kegiatan RTL ini kita diminta untuk menganalisis permasalahan yang terjadi pada perempuan terutama dalam hal pendidikan. Maka kami dari kelompok satu yang beranggotakan aditya, adzkia, basma, dan aisyah akan melakukan analisis mengenai peran perempuan dalam dunia pendidikan.
Pendidikan di Indonesia pada saat ini sudah terbilang cukup baik di beberapa tempat, akan tetapi di beberapa tempat lainnya seperti di pinggiran ibu kota Jakarta masih kurangnya pendidikan yang menyebar. Disebabkan perspektif masyarakat yang masih kuno, dimana mereka berpikir bahwa pendidikan akan sia-sia apalagi untuk seorang perempuan dikarenakan akan berakhir pada pekerjaan rumah tangga.
Beberapa waktu lalu, saya dan rekan saya turun langsung ke kampung gedong, Jakarta timur. yang dimana disana masih banyak masyarakat yang minim dalam hal pendidikan. Kemudian saya dan rekan saya mewawancarai dua orang perempuan hebat, beliau merupakan seorang ibu rumah tangga. Berbagai pengalaman terkait pendidikan di lontarakan oleh ibu atik dan ibu vio.
Bagi kedua narasumber yang saya dan rekan saya wawancarai, mereka beranggapan bahwa pendidikan begitu penting. Tidak melihat latar belakang siapa yang akan memulai pendidikan akan tetapi siapa yang mau dan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan pendidikan tersebut.
Bu Atik dan Bu Vio ini dapat dikatakan minim ekonomi tetapi beliau akan selalu mengusahakan anak-anaknya untuk tetap bisa melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi walaupun anak-anak mereka menginginkan bekerja saja. Akan tetapi, baik Bu Atik maupun Bu Vio akan selalu mengusahakan yang terbaik, karena prinsip beliau yaitu, “Saya tidak mendapat pendidikan, tetapi anak-anak saya harus mendapatkannya. “ dengan kata lain, Bu Atik dan Bu Vio akan percaya akan takdir yang akan memberikan rezeki untuk pembiayaan pendidikan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi dengan suatu usaha serta doa yang dilakukan
Dengan permasalahan biaya dan ekonomi yang dirasakan Bu Atik dan Bu Vio salah satu solusi yang dapat diusahakan untuk keberlangsungan pendidikan anak-anak beliau yaitu dengan KJP (Kartu Jakarta Pintar) agar bisa meringankan biaya pendidikan.
Walaupun masih banyak masyarakat di sekitar tempat tinggal kedua narasumber tersebut memiliki pemikiran berbeda dengannya, tetapi Bu Atik dan Bu Vio akan tetap memegang teguh pendirian bahwa pendidikan itu penting adanya dan akan selalu mendukung anak-anaknya. Meskipun mereka yakin bahwa akan banyak cibiran atau omongan yang dirasa kurang baik akan keluar oleh masyarakat di sekitar tempat tinggal.
Bu Atik dan Bu Vio sama-sama memiliki pendapat bahwa pendidikan bagi seorang perempuan merupakan hal yang penting, tidak hanya bagi seorang laki-laki saja dikarenakan madrasah pertama anak ada di seorang ibu. Oleh karena itu, baik perempuan maupun laki-laki itu berhak mendapatkan pendidikan yang sama karena setiap individu memiliki kapasitas kemampuan yang berbeda-beda dan akan sama-sama saling melengkapi.
Redaktur: Annisya Kurniasih