MADRASAHDIGITAL.CO – Oleh: Muhammad Alviansyah Prasetyo
Bisa kita katakan industri film di dalam negeri terutama di Jakarta berkembang sangat pesat, pertumbuhan film terutama dalam genre film action di Jakarta dalam beberapa tahun terakhir bisa kita katakan berkembang cukup pesat. Berdasarkan data dari beberapa bioskop ternama di Jakarta, terjadi peningkatan jumlah penonton untuk film-film action dalam kurun 5 tahun terakhir. Mengutip dari Detikhot “predikat film terlaris masih dipegang oleh film Kimo Stamboel, yakni Sewu Dino yang menyentuh angka 4,89 juta penonton.
Sama seperti KKN Di Desa Penari, film ini juga diangkat dari sebuah thread viral di media sosial. Selain itu, Sewu Dino berhasil mengalahkan raihan Fast X di Tanah Air yang mencapai 4,81 juta penonton. Meski dalam data yang dirilis oleh Universal Pictures mereka memasukan jika raihan film Vin Diesel tersebut lebih tinggi yakni mencapai 5,1 juta penonton.” Bisa kita simpulkan walaupun industry film horror masih menjadi teratas dalam perolehan penonton di Jakarta namun ada film action yang masih mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia dengan Fast X data diambil di tahun 2023.
Dan ada beberapa contoh lain, untuk film The Raid pada tahun 2011, tercatar sekitar 650 ribu penonton. Kemudian untuk sequelnya yaitu The Raid 2 pada tahun 2014, jumlah penontonnya meningkat signifikan menjadi 1,2 juta penonton. Tidak kalah juga dengan film action barat yang tampil unjuk gigi di kancah perfilman dalam negeri seperti John Wick 3 pada tahun 2019 yang mampu menarik lebih dari 850 ribu penonton di bioskop-bioskop Jakarta. Angka ini bisa dibilang meningkat melaju pesat jika dibandingkan seri sebelumnya yaitu John Wick 2 pada tahun 2017 yang hanya di tonton sebanyak 350 ribu penonton.
Secara keseluruhan, rata-rata pertumbuhan jumlah penonton film action dari tahun ke tahun mencapapai sekitar 15-20%. Ini menunjukkan genre film action semakin popular di Indonesia dan mampu bersaing dengan genre film-film lain dan diminati banyak orang. Tak heran jika hanya bioskop yang terus menambah jumlah layar untuk memutar film action agar bisa mengakomodasi animo pencinta action tanah air yang terus meningkat.
Film-film action dengan karakter dan nilai-nilai seperti kepahlawan, keberanian, hingga adegan kekerasan yang ditampilkan, memiliki pengaruh cukup signifikan terhadap budaya popular di kalangan warga Jakarta. Bisa kita katakan ada beberapa pengaruh yang dapat terlihat seperti budaya mengidolakan sosok pahlawan laga yang maskulin, tangguh, pemberani dan pandai dalam berkelahi seperti contoh pemeran utama dalam film the Raid 1 dan 2 yaitu Iko Uwais jika di dalam negeri, aktor aktor luar negeri pun tidak kalah memukau masyarakat kita seperti Chistian Bale dalam trilogy The Dark Knight yang berperan sebagai Batman.
Membiasakan dan membuat warga Jakarta lebih toleran terhadap adegan kekerasan dalam film. Kekerasan cenderung dianggap sesuatu yang biasa dan tidak terlalu mengganggu, lalu ada memicu antusiasme dan tren belajar bela diri seperti pencak silat, karate, kick boxing dan muay thai beladiri yang populer di Thailand. Di kalangan warga Jakarta hal tersebut bisa dibilang pemberani dan keren karena bisa meniru adegan di film-film bergenre action.
Mempopulerkan ikon dan menaikan penjualan merchandise seperti poster, sticker, dan kaos yang digunakan para aktor di dalam film action mereka. Dalam skala besar sub kultur komunitas pecinta film laga atau bisa kita katakan action tumbuh subur di Jakarta melalui berbagai fanbase, forum diskusi hingga komunitas cosplay tokoh favorit film action seperti contoh salah satu fanbase Marvel Cinematic Universe yang berfokus di banyaknya film marvel superhero yang membahas film tersebut dan membandingkannya dengan salah satu pesaing yaitu DC Cinematic Universe
Ada beberapa contoh konkret bagaimana anak muda menjadikan karakter film action sebagai panutan dalam keseharian, seperti gaya berpakaian dan aksesoris yang digunakan di film tersebut banyak anak muda yang suka mengenakan kacamata model Ironman Robert Downey JR dalam film Ironman dari 1 hingga 3 lalu ada pakaian yang digunakan Peter Parker dalam film Spiderman Homecoming yang sempat menghebohkan, lalu masyarakat kita banyak menirukan gaya dan dialek Bahasa ada beberapa kata-kata ikonik dan gaya Bahasa khas dari film action sering ditiru dalam percakapan sehari hari.
Seperti kata “I will find you and I will kill you” di dalam film Taken yang diperankan Liam Neeson. Dan banyak anak muda yang suka menirukan gerakan dan adegan berkelahi karena terinspirasi, beberapa anak muda yang gemar menirukan Gerakan berkelahi atau adegan berkelahi dalam film action kesukaan mereka saat berkumpul bersama teman-temannya. Misal Latihan seni beladiri pencak silat yang digunakan di film The Raid dari satu hingga dua. Lalu ada kegiatan menonton film action tertentu sebagai bentuk kegiatan komunitas.
Mengingat film action sangat populer di kalangan anak muda terutama milenial hingga gen z dan penontonnya terus bertambah dari tahun ke tahun, saya memprediksikan genre ini akan terus berkembang pesat di masa yang akan datang. Semakin canggihnya teknologi pembuatan film, termasuk efek-efek digital dan CGI, memungkinkan para sutradara untuk membuat adegan yang lebih menarik mata penonton dan membuat adrenalin tinggi. Ini akan menjadi daya tarik utama yang membuat penonton terus tertarik menyaksikan film-film action terbaru dibioskop.
Selain memberi hiburan dan kenikmatan menonton semata, saya juga berspekulasi konten yang diangkat dalam film action bisa memengaruhi perubahan pola piker dan perilaku sosial masyarakat. Seperti misal tren berkendara ugal ugalan yang biasa kita temui di dalam franchise film Fast and Furious, atau ketertarikan untuk menekuni olahraga bela diri.
Bahkan dalam skala yang lebih besar, film action bisa turut memengaruhi budaya kekerasan dan penggunaan senjata api di kalangan warga. Khususnya bila konten film terlalu vulgar dan penuh adegan sadis. Generasi muda bisa sangat terinspirasi dan kehilangan sensitivitas terhadap perilaku menyimpang tersebut yang biasanya belum mampu menyortir perilaku perilaku tersebut yang biasanya akan terjadi pada masa remaja yang sedang mencari jati diri.
Namun tentu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi antara tren konten film action dengan berbagai perubahan perilaku di masyarakat. Seperti misal survey tentang motivasi generasi muda menyaksikan film action dan efek yang timbul dalam kehidupan nyata mereka sehari-hari.
Redaktur: AK