Madrasah Digital
Ketentuan Kirim Tulisan
Buat Akun
  • Berita
    • Rilis
    • Komunitas
    • Surat Pembaca
  • Gaya Hidup
    • Tips
    • Hobi
  • Wawasan
    • Analisis
    • Wacana
    • Tadarus Tokoh
    • Resensi
    • Bahasa
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Esai Sastra
  • Ruang Madrasah
    • Materi Pelajaran
    • Online Learning
    • Ruang Konsultasi
Rabu, Oktober 22, 2025
No Result
View All Result
  • Berita
    • Rilis
    • Komunitas
    • Surat Pembaca
  • Gaya Hidup
    • Tips
    • Hobi
  • Wawasan
    • Analisis
    • Wacana
    • Tadarus Tokoh
    • Resensi
    • Bahasa
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Esai Sastra
  • Ruang Madrasah
    • Materi Pelajaran
    • Online Learning
    • Ruang Konsultasi
No Result
View All Result
Madrasah Digital
No Result
View All Result

Laut Bercerita tentang Penculikan dan Penghilangan Paksa For: 17TahunAksiKamisan

admin by admin
Januari 21, 2024
in Resensi
4 min read
0
150
SHARES
235
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

MADRASAHDIGITAL.CO – Oleh: Muhammad Habib Harun (Sekretaris Bidang Keilmuan HMJ PAI FAI Unismuh Makassar)

Era Reformasi yang dipancang sejak 1998—ditandai dengan jatuhnya rezim Soeharto—kini mendekati usia 24 tahun. Bagi sebagian generasi tua dan sebagian lagi generasi milenial, peristiwa ini tentu masih diingat sebagai peristiwa huru-hara politik—krisis ekonomi, penjarahan, pemerkosaan, aksi demonstrasi, penculikan, dan sebagainya.

Lalu bagaimana dengan generasi muda yang lahir setelahnya atau lazim disebut Gen-Z? Apakah mereka mengetahui dan memahami peristiwa apa yang sebetulnya terjadi? Sejauh mana imajinasi dan kesadaran mereka terhadap sejarah politik negara dan bangsa mereka sendiri—dalam hal ini peristiwa 1998?

Atas pertimbangan itulah, kurang lebihnya, Leila S. Chudori, sastrawan perempuan Indonesia, menulis novelnya berjudul “Laut Bercerita”. Novel yang telah naik cetak 20 kali ini memberikan gambaran betapa tidak berperikemanusiaannya rezim militer Soeharto, namun sekaligus menjadi pengingat: tanpa ada gerakan pemuda dan para mahasiswa, mustahil perubahan penting bisa terjadi di Indonesia ini. Namun, mirisnya, beberapa pemuda dan mahasiswa tersebut mesti membayar mahal kepada penguasa zalim atas tekad mereka dengan cara dikejar, disiksa, diculik, dan dibunuh.

Nah, “Laut Bercerita” dapat menjadi jembatan ingatan yang akan mengajak kita merenungi kembali satu sisi peristiwa kemanusiaan yang pernah terjadi pada tahun 1998 itu: penculikan dan penghilangan paksa. Melalui sudut fokus inilah Leila S. Chudori mengajak kita menyelami kisah novelnya setebal 379 tersebut. Kasus tersebut masih belum tuntas hingga hari ini, dan keluarga penyintas masih setia setiap Kamis berdiri di depan istana, menuntut keadilan, yang kemudian disebut sebagai Aksi Kamisan.

Laut Bercerita. Ini Laut, nama pendek tokoh utama dari Laut Wibisono. Ia seorang aktivis mahasiswa. Di dalam novel ini, sebagian bab akan diisi oleh suaranya dari bawah laut, pasca suksesi penyiksaan, tentang perjalanan hidup yang telah ia alami. Si Laut bersama sahabatnya, Sunu, Alex, Kinan, Daniel, Gusti, Julius, Bram dan beberapa aktivis lainnya berjuang melawan kekejaman rezim. Mereka lantas menyewa sebuah rumah kontrakan di Seyegan, Yogyakarta. Di tempat inilah mereka rutin berdiskusi dan menyusun aksi secara diam-diam.

Secara teknik dan narasi novel ini menggunakan pola plot maju mundur. Kisah-kisah yang mengalir berjalin kelindan antara peliknya perjuangan sehari-hari dalam pertemanan, suka-duka menjalankan aksi baik di jalanan atau di akar rumput di desa-desa, sampai perihal jalinan asmara yang sungguh memilukan walaupun kadang liar.

Narasi “Laut Bercerita” terbilang ringan yang nyaris terkesan ‘ngepop’. Namun, menurut saya, justru metode ini jadi media efektif untuk menghantarkan sejarah kelam bangsa sendiri ke generasi muda. Sejauh ini saya lihat yang mengapresiasi novel ini sebagian besar adalah generasi 90an akhir atau 2000an awal.

Namun, ini bukan novel ideologis. Dia justru memfokuskan substansi novel pada aspek kemanusiaan para tokohnya—aktivis yang punya keluarga, punya kekasih, memiliki selera seni atau musik sendiri. Justru hal ini memberi efek kilau tersendiri yang membuat kita semakin kagum dengan perjuangan para tokohnya yang berumur 20an dalam menyuarakan suara rakyat tertindas. Jadi mereka bukan dewa, tapi manusia biasa yang didorong oleh perasaan kemanusiaan yang dalam.

Kisahnya sederhana dan mudah diikuti—meskipun ada teknik maju mundur tadi. Namun, di tangan Leila S. Chudori, novel ini menjadi karya yang bakal meremas jantung dan perasaan kemanusiaan kita. Saya kira bakal sangat mudah memantik diskusi terkait peristiwa 1998 dengan generasi muda lewat novel ini. Anak muda tidak dijejali dengan teori politik, tapi diajak memahami politik melalui peristiwa kemanusiaan.

Kesan paling kuat yang saya tangkap seusai membaca novel ini adalah perbandingan peristiwa di dalam novel dengan realitas di luar novel.


Saya tak bisa pungkiri, setuntas membaca “Laut Bercerita” ini mau tak mau saya menyandingkannya dengan kisah nyata beberapa anggota Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang pernah diculik lalu dibebaskan atau hilang sampai saat ini. Contohnya, tokoh Sang Penyair mengingatkan saya pada sosok Wiji Thukul, yang kita tahu adalah korban penghilangan paksa yang belum kembali sampai saat ini. Masih banyak lagi. Tapi Leila sangat piawai menjadikan kisah mereka sebagai dunia fiksi tersendiri, yang membuatnya menjadi nilai universal.

Ini buku perlu dibaca agar kita senantiasa ingat pada peristiwa kemanusiaan yang sebagian besar kasusnya belum tuntas itu. Agar tidak lagi peristiwa serupa terjadi di masa mendatang. Sekaligus menyelami penderitaan samudera batin para keluarga penyintas yang anggota keluarganya masih sumir keberadaannya. Seperti kalimat salah satu tokohnya, Asmara Jati (245), “Dan yang paling berat bagi semua orangtua dan keluarga aktivis yang hilang adalah: insomnia dan ketidakpastian. Kedua orangtuaku tak pernah lagi tidur dan sukar makan karena selalu menanti “Mas Laut muncul di depan pintu dan akan lebih enak makan bersama”.

hari ini tepat #17TahunAksiKamisan . Saya juga baru tahu kalau ada aksi ini. benar-benar baru tahu setelah baca Laut Bercerita bulan Desember 2023 lalu. momennya sangat pas pula, genap berusia 17 tahun saat masa Pemilu 2024. siapa pun yg jadi presidennya nanti, semoga mampu menjawab.

“Kepada mereka yang dihilangkan dan tetap hidup selamanya”

Redaktur: Annisya Kurniasih

Share60Tweet38SendShare
Previous Post

Menelusuri Pemaknaan Cinta Dari Lensa Mahabbah Rabi'ah Al-Adawiyah

Next Post

Euforia Pesta Demokrasi yang Menyesatkan: Menilik Kemunduran Berpikir Calon Pemilih Pemilu 2024

admin

admin

Related Posts

Hindarkan Pengaruh Toxic Parenting Bagi Kesehatan Mental Anak

by admin
Maret 22, 2024
0
82

MADRASAHDIGITAL.CO - Oleh: Annisya Kurniasih Peran keluarga menjadi salah satu upaya dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak di dalam keluarga....

Hidup Minimalis, Wujudkan Lifestyle yang Lebih Sehat

by admin
Maret 22, 2024
0
77

MADRASAHDIGITAL.CO - Oleh: Annisya Kurniasih Banyak orang menganggap kata “minimalisme” sama dengan “kosong” tentu tidak menarik karena berkaitan dengan rasa...

Buku Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche; Budi Hardiman

Resensi Buku Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche

by admin
Februari 20, 2024
0
235

MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh: Rodiatun Mardiah (Anggota RPK PK IMM FAI UMY) Di Nusantara abad 15 - 16, merupakan periode di mana...

Resensi buku Perempuan Ulama Diatas Panggung Sejarah

Resensi buku: Perempuan Ulama di Atas Panggung Sejarah

by admin
Desember 23, 2023
0
175

MADRASAHDIGITAL.CO-Oleh : Rodiatun Mardiah Kongres Ulama Perempuan Indonesia menghasilkan sebuah ikrar ulama perempuan yang disebut Ikrar Kebon Jambu. Didalamnya, dinyatakan...

cover-jungkir-balik-pers

Masa Depan Pers dalam Catatan Nasihin Masha

by admin
Oktober 21, 2023
0
105

MADRASAHDIGITAL.CO - Oleh Ahmad Soleh “… di era koran, setiap pagi kita membaca koran sambil minum kopi dan mengenakan sarung. Bisa...

Islam sains dan muslim

Islam, Muslim, Sains dan Teknologi Modern

by admin
Januari 5, 2023
0
312

MADRASAHDIGITAL.CO-  Oleh: Syahuri Arsyi Isu tentang ilmu pengetahuan beserta turunannya seperti sains dan teknologi modern di kalangan umat Islam terus...

Next Post

Euforia Pesta Demokrasi yang Menyesatkan: Menilik Kemunduran Berpikir Calon Pemilih Pemilu 2024

Kemenkop UKM Dorong Geliat Usaha Mikro dan Ekraf

50 UMKM Terlibat Pameran Produk Kemenkop-UKM

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Cakrawala Negarawan Dukung Jusuf Kalla untuk Pemerintahan Transisi Palestina
  • Kajian Senja Kampus IMM FAI UMY: Tekankan Pentingnya Meluruskan Niat dalam Menuntut Ilmu
  • Jembatan Aktivisme dan Birokrasi
  • Revitalisasi Pendidikan: SMP Negeri 08 Lebong Jadi Contoh Sukses Program Kemendikdasmen RI
  • Asas Trikon dalam Implementasi Pendidikan Nilai

Komentar Terbaru

  • Rin Hillary pada Kehilangan Diri Sendiri
  • Program latihan diet sehat pada Adil Gender: Bagaimana Realitas Masyarakat Kita?
  • admin pada Agar Perempuan Tidak Mudah Diremehkan
  • Agar Perempuan Tidak Mudah Diremehkan – Madrasah Digital pada Feminisme adalah Hal Yang Salah?
  • Cece Maoludin pada Hikmah Berbagi Sebungkus Biskuit

Arsip

  • Oktober 2025
  • September 2025
  • Agustus 2025
  • Juli 2025
  • Juni 2025
  • Mei 2025
  • April 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Januari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • September 2024
  • Agustus 2024
  • Juli 2024
  • Juni 2024
  • Mei 2024
  • April 2024
  • Maret 2024
  • Februari 2024
  • Januari 2024
  • Desember 2023
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • September 2023
  • Agustus 2023
  • Juli 2023
  • Juni 2023
  • Mei 2023
  • April 2023
  • Maret 2023
  • Februari 2023
  • Januari 2023
  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • April 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • Januari 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Juli 2021
  • Juni 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • Februari 2021
  • Januari 2021
  • Desember 2020
  • November 2020
  • Oktober 2020
  • September 2020
  • Agustus 2020
  • Juli 2020
  • Juni 2020
  • Mei 2020
  • April 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Desember 2019
  • November 2019
  • Oktober 2019
  • September 2019
  • Agustus 2019
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Februari 2019
  • Januari 2019

Kategori

  • Analisis
  • Bahasa
  • Berita
  • Cerpen
  • Esai Sastra
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Hobi
  • Kajian Islam
  • Komunitas
  • Materi Pelajaran
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Puisi
  • Resensi
  • Rilis
  • Ruang Konsultasi
  • Ruang Madrasah
  • Sastra
  • Surat Pembaca
  • Tadarus Tokoh
  • Tips
  • Umum
  • Wacana
  • Wawasan

Meta

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

Kategori

  • Analisis
  • Bahasa
  • Berita
  • Cerpen
  • Esai Sastra
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Hobi
  • Kajian Islam
  • Komunitas
  • Materi Pelajaran
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Puisi
  • Resensi
  • Rilis
  • Ruang Konsultasi
  • Ruang Madrasah
  • Sastra
  • Surat Pembaca
  • Tadarus Tokoh
  • Tips
  • Umum
  • Wacana
  • Wawasan

Sekretariat

MD Academy

Alamat
Kantor MD Grup, Meijing Lor, Ambarketawang, Kec. Gamping, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55294

Telp
081385772458 (Saipul Haq)/0817123002 (Muhammad Fakhruddin)

E-mail
redaksimadrasah@gmail.com

  • Redaksi

© 2019 Madrasah Digital

No Result
View All Result
  • Masuk / Daftar
    • Tulis Postingan
    • Tulisan Saya
  • Berita
  • Wacana
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Opini
  • Sastra
  • Umum

© 2019 Madrasah Digital

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In