MADRASAHDIGITAL.CO – Oleh: Ajeng Sri Mulyani, Mahasiswi Sosiologi di UIN Sunan Gunung Djati
Singkat cerita, saat perjalanan menuju rumah didaerah Wanaraja, Kabupaten Garut kali ini benar-benar memberikan pelajaran yang amat berharga. Mulai dari kehabisan tiket kereta dan harus pergi ke Cibiru untuk naik bus sembari mengumpat kesal karena tidak jadi pergi menggunakan kereta. Sepertinya feelings atau kekuatan rasa orang tua terhadap anaknya sangat kuat. Sebelum pergi ke stasiun dan memesan Go-Jek, orang tua menyarankan untuk pergi menggunakan bus saja, tidak perlu jauh ke Kiaracondong untuk mengejar jadwal pemberangkatan kereta. Karena di hari libur seperti sabtu, pasti akan sulit mendapatkan tiket.
Bagi mereka yang melek teknologi, tidak perlu merasa kecewa karena kehabisan tiket kereta. Mereka sudah bisa mewanti-wanti untuk memesan tiket menggunakan aplikasi dan pembayaran dilakukan melalui e-money. Ini adalah salah satu produk modernisasi yang mau tidak mau kita harus bisa mulai menggunakan dan terbiasa. Tentu memudahkan bagi mereka yang memiliki gadget atau gawai.
Setelah sampai di Garut dan menaiki angkot, betapa terkejutnya saat melihat Pak supir yang menunggu di depan Garut Plaza untuk menjemput anak dan istrinya. Ada rasa haru melihatnya, betapa bahagianya menjadi sang anak masih memiliki orang tua yang lengkap dan setiap waktunya dialiri rasa cinta dan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Melihat anak kecil itu sepertinya haus dan ingin ngemil sesuatu, aku membuka sleting tas dan mengeluarkan sebungkus biskuit yang sedari tadi sudah diniatkan ingin diberikan kepada mereka yang lebih membutuhkan.
Kecil dan sederhana memang, namun ada hal besar yang tersirat di dalamnya. Memberi sebungkus biskuit saja dapat memberi pancaran cahaya kebahagiaan, terlebih saat melihat kedua orangtua sang anak berterima kasih. Benar adanya mengenai perkataan yang menyatakan bahwa “bahagia itu sederhana”, saat diimplementasikan didalam kehidupan, sangatlah ringan dan sama sekali tidak menyusahkan.
Dalam Al-Quran surah Al-Isra ayat 7 disebutkan, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian, kejahatan) itu untuk dirimu sendiri…” Sudah bukan hal baru bagi masyarakat Muslim berbuat baik, karena dalam konteks agama pun sudah banyak diperintahkan untuk selalu berbuat baik terhadap sesama makhluk-Nya. Setiap kebaikan yang diberikan, walau itu seberat biji dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya (surah Az-Zalzalah ayat 7).
Berbuat baik tanpa harus mengharapkan balasan instan, apakah bisa? Terkadang banyak tujuan yang kita simpan saat berbuat baik terhadap orang lain. Contoh kecilnya adalah diberi imbalan uang saat membantu Ibu membelikan sesuatu ke warung, berharap ada uang kembalian untuk membeli jajanan. Namun nyatanya, tidak ada kembalian uang. Saat kembali kerumah ekspresi kita pasti kesal dan sebal, lalu pergi main keluar rumah bersama teman. Tapi tidak saat kita melakukan kebaikan dan berharap kepada Sang Pencipta, apa yang kita inginkan saat berbuat baik atau tanpa menginginkan sesuatu, pasti akan diberi balasan atau hadiah yang tidak disangka sebelumnya. Meski didalam hati kita berniat ikhlas dan tidak mengharapkan balasan sedikitpun.
Help yourself by Helping Others! Yuk, kita berbuat baik.
luar biasa