Oleh: Nabhan Mudrik Alyaum
Buya Syafii ini tokoh yang sudah sepuh tapi unik. Egaliter, ramah, dekat dengan anak muda, dan nggak ragu buat mengutarakan kebenaran. Manusia merdeka deh istilahnya. Hari ini, 31 Mei 2020 genap 85 tahun usia Buya Syafii.
85 Tahun Buya Syafii Maarif
Buya Syafii dalam biografinya Memoar Seorang Anak Kampung menjelaskan bahwa dirinya merupakan anak kampung yang jauh dari peradaban. Sumpur Kudus di Sumatra Barat nama kampungnya. Saat ia kecil kampungnya itu sangatlah terpencil, jauh dari kota.
Maka perjuangan dirinya hingga seperti sekarang tak lepas dari kerasnya usaha ditambah dengan keberuntungan. Beruntung bisa sekolah di Madrasah Muallimin Lintau. Beruntung bisa melanjutkan sekolah di Madrasah Muallimin Yogyakarta. Juga beruntung bisa berkuliah di Solo, IKIP Jogja, hingga ke Ohio dan Chicago, Amerika Serikat.
Ketika sudah memasuki puncak karier dan pengabdiannya, Buya Syafii nggak lupa berbuat sebanyak-banyaknya. Bagi kampungnya, dengan mengusahakan listrik masuk kampung. Bagi madrasahnya dahulu, dengan mengusahakan pembangunan kembali setelah gempa Jogja 2006. Juga bagi kemanusiaan dan Islam secara umum, dengan menjaga kondusivitas di masyarakat terkhusus setelah Sidang Umum MPR tempo hari yang melengserkan Gus Dur.
Buya pun mengalami perubahan dalam pandangannya tentang Islam. Buya Syafii dalam biografinya mengaku bahwa dahulu memegang paham Islam yang fundamental, bahkan pernah berkata kepada Fazlur Rahman, “berikanlah seperempat ilmu anda, maka akan saya jadikan Indonesia sebagai negara Islam”. Namun setelah mengalami titik-titik kisar dalam hidupnya Buya Syafii memegang teguh Islam yang ramah, inklusif, dan terbuka pada kritik serta perubahan untuk kemajuan umat Islam.
Kini Buya Syafii yang menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2005 terus melanjutkan karyanya bagi Indonesia, Islam, dan kemanusiaan. Di usianya yang menginjak 85 tahun Buya Syafii masih rajin menulis dan giat memperjuangkan kemajuan Islam serta nilai-nilai kemanusiaan.
Jadilah Air Bah, Bukan Ombak
Pagi tadi, di akhir Soft Launching Buku Mozaik-mozaik Keteladanan Buya Syafii, beliau menyempatkan menyapa para hadirin. Beliau memberikan pesan agar anak muda tidak hanya jadi ombak yang berisik di tepi pantai. Melainkan jadi air bah yang ganas di tengah lautan.
Kutipan yang diadopsi oleh Buya Syafii dari cendekiawan Islam Muhammad Iqbal ini memberi pesan yang kuat. Bahwa kita jangan sampai hanya berisik saja tapi tidak membawa perubahan. Juga jangan sampai hanya beredar di pantai yang dangkal, kita harus bertarung di laut lepas dan menjadi “air bah” yang dahsyat.
Pesan ini menjadi nasihat bagi seluruh anak muda Indonesia. Agar kita bisa belajar dan memperdalam ilmu sebaik-baiknya. Kemudian melanjutkan dengan kontribusi yang bisa dirasakan banyak orang. Jika membutuhkan perubahan, maka lakukan dengan cermat hingga bisa memberikan kontribusi yang berarti. Intinya adalah agar apa yang kita lakukan bisa berarti bagi semua pihak, rahmatan lil ‘alamin.
Jangan Pernah Percaya pada Kegagalan
Nasihat selanjutnya merupakan nasihat otentik dari Buya Syafii. Menurutku sendiri, nasihat yang satu ini nggak lain merupakan gambaran perjalanan hidup Buya Syafii. Perjalanan puluhan tahun melawan kegagalan dan berjuang melawan kerasnya hidup dan penderitaan.
Bahkan, kerasnya perjuangan Buya Syafii pun nggak lepas dari kesedihan. Salah satu contoh nyatanya, Buya Syafii dua kali kehilangan anak keduanya meninggal di usia kecil karena sakit. Salah satu bahkan meninggal saat Buya Syafii sedang berjauhan dengan istri dan anaknya.
Kesedihan hidup melarat pun terus dirasakan Buya Syafii baik di Indonesia maupun di Amerika Serikat, saat istri beliau juga harus bekerja untuk menambah penghasilan. Padahal saat itu anak satu-satunya Buya Syafii, setelah dua anak sebelumnya meninggal, masih amat belia.
Perjuangan yang disebutkan di awal hingga saat ini pun dilakukan Buya Syafii dalam bingkai menolak gagal. Meski berasal dari pelosok dan tidak mampu secara ekonomi namun Buya terus berjuang. Berkerja keras, juga menjaga integritas. Kata orang, Buya adalah sosok yang tidak pernah pecah kongsi antara pikiran, perkataan, dan perbuatannya.
Selamat ulang tahun ke-85, Buya. Semoga selalu sehat. Kami anak-anak muda belajar banyak dari keteladanan Buya!
Sumber: Milenialis.id