Madrasah Digital
Ketentuan Kirim Tulisan
Buat Akun
  • Berita
    • Rilis
    • Komunitas
    • Surat Pembaca
  • Gaya Hidup
    • Tips
    • Hobi
  • Wawasan
    • Analisis
    • Wacana
    • Tadarus Tokoh
    • Resensi
    • Bahasa
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Esai Sastra
  • Ruang Madrasah
    • Materi Pelajaran
    • Online Learning
    • Ruang Konsultasi
Senin, Oktober 20, 2025
No Result
View All Result
  • Berita
    • Rilis
    • Komunitas
    • Surat Pembaca
  • Gaya Hidup
    • Tips
    • Hobi
  • Wawasan
    • Analisis
    • Wacana
    • Tadarus Tokoh
    • Resensi
    • Bahasa
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Esai Sastra
  • Ruang Madrasah
    • Materi Pelajaran
    • Online Learning
    • Ruang Konsultasi
No Result
View All Result
Madrasah Digital
No Result
View All Result

NU dan Muhammadiyah Jangan Mau Dipecah Belah

admin by admin
Januari 12, 2021
in Opini
4 min read
0
Muhammadiyah-NU

Muhammadiyah-NU

173
SHARES
271
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Muhammad Nur Faizi, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Menjadi reporter di LPM Metamorfosa dan belajar agama di Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi’ien Yogyakarta  

Gerakan Islam radikal yang muncul di akhir tahun 1980-an membuat Indonesia kewalahan. Masyarakat dibuat porak poranda dalam kekabutan pemikiran. Persepsi diubah menjadi agak keras. Jika Soeharto berhasil membuat masyarakat menjadi sekuler, maka setelah masa itu, radikalisme berhasil merubah masyarakat menjadi intoleran dan mudah menyakiti liyan.

Dalam situasi demikian, gerakan Islam moderat mulai mengalami penyusutan. Justru dominasi gerakan keagamaan dipegang oleh kelompok Islam baru. Generasi muda yang mengenyam bangku kuliah lebih condong ke arah gerakan Tarbiyah dibandingkan bergabung dalam kelompok toleran semisal NU dan Muhammadiyah. Situasi seperti ini kian membuat negara gonjang ganjing dalam lingkar pertengkaran yang sulit dihentikan.

Pergerakan NU dan Muhammadiyah pada prosesnya berfokus pada pendidikan. Untuk gerakan politik, keduanya nampak kurang tertarik di masa itu. NU aktif di pendidikan pondoknya, sedangkan Muhammadiyah aktif dalam pembangunan pendidikan formalnya.

Pondok pesantren dijadikan NU sebagai transfer materi kaderisasi pada generasi selanjutnya. Disana dibangun suasana lingkungan dan keilmuan yang disesuaikan dengan corak organisasi NU. Pun dari sana, NU membentengi moral kadernya agar senantiasa melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar.

Gerakan yang paling kentara pada pondok pesantren adalah pengkajian kitab-kitab lama. Disana para santri digembleng untuk memahami pokok pikiran ulama-ulama ternama di zamannya. Seperti Imam Ghazali, Imam Syafi’i, dan Ibnu Hanifah yang pokok pikirannya tersimpan pada lembaran kitab, kembali dibuka untuk ditelaah kemudian disesuaikan dengan keadaan zaman.

Pemikiran-pemikiran ulama terdahulu dianggap revolusioner. Sehingga pokok gagasan yang dihasilkan akan terus bersambung pada setiap zaman. Contohnya dalam ilmu tasawuf, kecenderungan manusia yang selalu mendambakan harta, tahta, serta kenikmatan dunia lainnya telah diprediksi oleh ulama terdahulu sebagai sumber dari malapetaka. Oleh Imam Ghazali, ditulis dalam kitab Maraqil Ubudiyah tentang cara meraih kebahagiaan sejati. Semua yang ada di dunia hanyalah titipan, yang harus dimanfaatkan untuk menuju Sang Maha Cinta, yaitu Allah swt. Pun gagasan serupa ada pula konsep sosial keagamaan.

Berbeda dengan NU, Muhammadiyah lebih memfokuskan pendidikannya dalam lingkup kelembagaan. Sekolah dan universitas yang dibangun menjadi jawaban pada pola pendidikan Muhammadiyah yang cemerlang. Pun, Muhammadiyah ikut membangun rumah sakit dan panti asuhan sebagai bakti sosial mereka pada masyarakat.

Dominasi pekerjaan yang dilakukan warga Muhammadiyah di zaman Soeharto adalah pegawai dan pedagang. Dengan penghasilan yang menjanjikan, para anggota mulai menyisihkan sedikit dana untuk membangun beberapa lembaga yang bermanfaat di kemudian harinya. Di sisi lain, warga Muhammadiyah yang memiliki penghasilan di atas rata-rata ikut berperan aktif dalam proses pembangunan. Sehingga konsep pembangunan yang digadang-gadang cepat terealisasikan.

Namun, dari semua perjuangan itu, perpolitikan menjadi faktor terbesar yang menggeser cita-cita luhur dua organisasi besar. Ketika NU menarik peran dari politik dan mengambil keputusan kembali pada khittah, kelompok jihadis mulai mengambil peran disana. Mereka berupaya mengubah Indonesia menjadi negara Islam melalui perda (peraturan daerah). Tidak sampai disitu, mereka menyusupkan beberapa agen ke jantung pertahanan organisasi NU dan Muhammadiyah.

Pada akhirnya, sering terjadi gesekan antara dua organisasi besar ini, baik pada tataran ritual keagamaan maupun cara keduanya menyikapi perubahan sosial. Saling ejek dan kritik pedas terjadi di media sosial maupun secara langsung pada pertemuan terbuka. Dari sana politik adu domba bekerja secara semestinya, membenturkan dua organisasi besar kemudian muncul sebagai penengah yang dianggap sebagai pahlawan.

Konsep politik seperti ini layaknya kurang diperhatikan oleh dua organisasi. Walaupun dari pusat sudah mewanti-wanti isyarat perdamaian dengan mengedepankan sikap toleran, namun dari masyarakat bawah masih ada yang terprovokasi. Kecantikan permainan media, serta penyebaran narasi provokasi secara masif, membuat masyarakat kian terpedaya.

Kemudian, solusi dari pertengkaran-pertengkaran pada semua organisasi Islam, kelompok jihadis menawarkan bentuk persatuan. Umat Islam harus bersatu menjadi satu organisasi utuh. Sekilas gagasan mereka sangat cemerlang, namun dibalik itu ada niat untuk mengarahkan umat Islam pada perang agama.

Dengan kesatuan organisasi, mereka bisa lebih leluasa untuk mengontrol pergerakan dan mengambil kebijakan. Bisa dibayangkan, bagaimana arah organisasi Islam selanjutnya di bawah motor pergerakan kekerasan? Dua organisasi besar yang bersatu, akan menjadi motor pendirian agama khilafah di Indonesia. Dan pada akhirnya, pengikisan semua perbedaan akan terjadi. Praktek-praktek maksiat yang menjadi kebudayaan umat lain, akan disingkirkan karena tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Inilah yang menjadi tugas milenial sebagai penerus gerakan toleran untuk berperan dalam menyebarkan agama kedamaian. Mereka selaku agen perubahan mempunyai peluang yang tinggi dalam merubah tata letak pergerakan. Daya kreatifitas yang mereka miliki dapat merubah taktik pergerakan dari dalam untuk muncul ke permukaan. Organisasi yang mereka pimpin nantinya tidak hanya fokus pada permasalahan anggota, namun fokus juga pada antisipasi penyebaran paham dari organisasi luar (Muhammad Nur Faizi, 2020).

Counter yang dimunculkan harus berefek jangka panjang. Misalnya penerapan nilai-nilai toleran, kritis, dan kepala dingin menjadi modal utama untuk membentengi tindak provokasi. Hal ini bisa dilakukan dengan mengarahkan organisasi lebih kreatif dan solutif dalam menjawab problematika di sekitar masyarakat. Pun orang-orang yang ditunjuk sebagai penggerak organisasi bisa lebih aktif memberi contoh teladan kedamaian. Seperti perkataan KH Ahmad Dahlan, “Teladan yang baik adalah khotbah yang jitu,” kunci dari semua dakwah adalah keteladanan.

Tentang perbedaan, semua organisasi berhak berbeda. Karena perbedaan adalah rahmat yang Tuhan berikan pada manusia. Berkat adanya perbedaan, laku ibadah menjadi lebih mudah. Contohnya masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut madzhab Syafi’i ketika berhaji, berpindah madzhab sebentar agar bisa melaksanakan haji lebih mudah. Pun demikian, perbedaan tidak menjadi masalah karena itu menjadi rahmat. Maka nilai toleransi dan saling menghargai harus dikedepankan keduanya agar perbedaan tidak menjadi bencana.

Editor: Ahmad Soleh

Tags: MuhammadiyahNU
Share69Tweet43SendShare
Previous Post

Apa Kabar Wacana Pendidikan Karakter Di Indonesia?

Next Post

3 Pesan Penting Prof Gunawan kepada Wadek yang Baru Dilantik

admin

admin

Related Posts

Nadiya Hasna, guru SDN 2 Sidosari, Lampung Selatan

Asas Trikon dalam Implementasi Pendidikan Nilai

by admin
Oktober 18, 2025
0
42

MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh: Nadiya Hasna, guru SDN 2 Sidosari, Lampung Selatan Hari ini, krisis moral semakin nyata kemunculannya di sekitar kita. Fenomena...

Buku Sebagai Ancaman Kekuasaan

by admin
Oktober 3, 2025
0
536

Oleh: Salman A. Ridwan MADRASAHDIGITAL.CO- Salah satu bentuk kemunduran sebuah negara adalah ketika menganggap buku sebagai barang bukti kejahatan. Saat negara...

Parau Suara Ormas Keagamaan

by admin
September 30, 2025
0
106

Oleh: Muhammad Taufiq Firdaus (Ketua Umum DPD IMM DIY) Pembungkaman Masyarakat Sipil MADRASAHDIGITAL.CO Aksi demonstrasi yang meletup di berbagai daerah...

Pergeseran Paradigma: AI dan Anomali Intelektual

by admin
September 27, 2025
0
55

Oleh: Adram Qaisullah Tihurua (DPD IMM DKI Jakarta, Instruktur Nasional IMM) MADRASAHDIGITAL.CO- Sejarah peradaban manusia adalah sejarah pencarian makna dan...

Membumikan Sociopreneurship Sebagai Pemberdayaan Ekonomi Umat dalam Spirit Kuntowijoyo

by admin
September 20, 2025
0
56

Oleh: Gustama Fauzi Al-Fajar (Sekretaris Umum PK IMM FAI UMY) Realitas Struktur Sosial MADRASAHDIGITAL.CO- Gerakan ekonomi umat hari ini hidup dalam...

Makan Bergizi Gratis: Antara Janji Politik dan Vested Interest Yang Mengesampingkan Kesehatan

by admin
September 19, 2025
0
87

Oleh: Moch Wildan Makhrus (Kader Pemuda Muhammadiyah Lamongan) MADRASAHDIGITAL.CO Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dipromosikan sebagai intervensi sosial penting untuk memperbaiki...

Next Post
Rektor Uhamka. Istimewa

3 Pesan Penting Prof Gunawan kepada Wadek yang Baru Dilantik

Menyikapi Vaksin

Sumber: metro.tempo.co

Problematika Guru PAI

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Jembatan Aktivisme dan Birokrasi
  • Revitalisasi Pendidikan: SMP Negeri 08 Lebong Jadi Contoh Sukses Program Kemendikdasmen RI
  • Asas Trikon dalam Implementasi Pendidikan Nilai
  • Pelantikan Forum BEM Se-Daerah Istimewa Yogyakarta (FBD DIY) Periode 2025/2026
  • IMM AR Fakhruddin Gelar Darul Arqam Madya 2025: Aktualisasi Ideologi sebagai Basis Gerakan Sosial IMM

Komentar Terbaru

  • Rin Hillary pada Kehilangan Diri Sendiri
  • Program latihan diet sehat pada Adil Gender: Bagaimana Realitas Masyarakat Kita?
  • admin pada Agar Perempuan Tidak Mudah Diremehkan
  • Agar Perempuan Tidak Mudah Diremehkan – Madrasah Digital pada Feminisme adalah Hal Yang Salah?
  • Cece Maoludin pada Hikmah Berbagi Sebungkus Biskuit

Arsip

  • Oktober 2025
  • September 2025
  • Agustus 2025
  • Juli 2025
  • Juni 2025
  • Mei 2025
  • April 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Januari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • September 2024
  • Agustus 2024
  • Juli 2024
  • Juni 2024
  • Mei 2024
  • April 2024
  • Maret 2024
  • Februari 2024
  • Januari 2024
  • Desember 2023
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • September 2023
  • Agustus 2023
  • Juli 2023
  • Juni 2023
  • Mei 2023
  • April 2023
  • Maret 2023
  • Februari 2023
  • Januari 2023
  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • April 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • Januari 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Juli 2021
  • Juni 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • Februari 2021
  • Januari 2021
  • Desember 2020
  • November 2020
  • Oktober 2020
  • September 2020
  • Agustus 2020
  • Juli 2020
  • Juni 2020
  • Mei 2020
  • April 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Desember 2019
  • November 2019
  • Oktober 2019
  • September 2019
  • Agustus 2019
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Februari 2019
  • Januari 2019

Kategori

  • Analisis
  • Bahasa
  • Berita
  • Cerpen
  • Esai Sastra
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Hobi
  • Kajian Islam
  • Komunitas
  • Materi Pelajaran
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Puisi
  • Resensi
  • Rilis
  • Ruang Konsultasi
  • Ruang Madrasah
  • Sastra
  • Surat Pembaca
  • Tadarus Tokoh
  • Tips
  • Umum
  • Wacana
  • Wawasan

Meta

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

Kategori

  • Analisis
  • Bahasa
  • Berita
  • Cerpen
  • Esai Sastra
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Hobi
  • Kajian Islam
  • Komunitas
  • Materi Pelajaran
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Puisi
  • Resensi
  • Rilis
  • Ruang Konsultasi
  • Ruang Madrasah
  • Sastra
  • Surat Pembaca
  • Tadarus Tokoh
  • Tips
  • Umum
  • Wacana
  • Wawasan

Sekretariat

MD Academy

Alamat
Kantor MD Grup, Meijing Lor, Ambarketawang, Kec. Gamping, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55294

Telp
081385772458 (Saipul Haq)/0817123002 (Muhammad Fakhruddin)

E-mail
redaksimadrasah@gmail.com

  • Redaksi

© 2019 Madrasah Digital

No Result
View All Result
  • Masuk / Daftar
    • Tulis Postingan
    • Tulisan Saya
  • Berita
  • Wacana
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Opini
  • Sastra
  • Umum

© 2019 Madrasah Digital

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In