Madrasah Digital
Ketentuan Kirim Tulisan
Buat Akun
  • Berita
    • Rilis
    • Komunitas
    • Surat Pembaca
  • Gaya Hidup
    • Tips
    • Hobi
  • Wawasan
    • Analisis
    • Wacana
    • Tadarus Tokoh
    • Resensi
    • Bahasa
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Esai Sastra
  • Ruang Madrasah
    • Materi Pelajaran
    • Online Learning
    • Ruang Konsultasi
Senin, Oktober 20, 2025
No Result
View All Result
  • Berita
    • Rilis
    • Komunitas
    • Surat Pembaca
  • Gaya Hidup
    • Tips
    • Hobi
  • Wawasan
    • Analisis
    • Wacana
    • Tadarus Tokoh
    • Resensi
    • Bahasa
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Esai Sastra
  • Ruang Madrasah
    • Materi Pelajaran
    • Online Learning
    • Ruang Konsultasi
No Result
View All Result
Madrasah Digital
No Result
View All Result

HUT RI KE-80: Bercerai, Terjajah, Rakyat Sengsara, Indonesia Bubar

admin by admin
Agustus 23, 2025
in Opini
6 min read
0
56
SHARES
88
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Muh Ramdani Ningkiula (Kader IMM Achmad Yani)


MADRASAHDIGITAL.CO “Tidak ada perayaan HUT RI KE-80” mungkin begitu kira-kira pernyataan yang pas untuk sebagian orang-orang yang masih sadar dengan kondisi republik indonesia sampai dengan hari ini. Apa yang perlu dirayakan dari HUT RI KE-80 sehingga para pemangku kebijakan begitu tega berpesta ria? Apa karena pajak yang melambung tinggi, efisiensi anggaran untuk kaum menengah kebawah, gaji anggota DPR yang naik hingga 3 juta perhari, saling balas nyanyian saat rapat di dalam gedung DPR, data pribadi penduduk yang dijual ke asing, liga korupsi, pembubaran dan pengrusakan rumah ibadah, atau karena hal apa sehingga kita bisa mengatakan bisa untuk merayakan kemerdekaan?. Atau jangan-jangan upacara kemerdekaan ini hanya sebatas ceremonial elit politik belaka atau boleh jadi kemerdekaan yang di maksud hanya kemerdekaan oleh oligarki dan pejabat korup saja. 

Di usia yang ke-80 semestinya bangsa ini sudah menjadi bangsa yang maju. Menjadi bangsa yang dewasa namun pada kenyataannya kita seolah menjadi bangsa yang tertindas. Bukan oleh pihak asing tapi sesama pribumi yang berdalih sebagai wakil rakyat tapi pada realitanya justru mereka yang paling sering mencekik rakyat secara perlahan. Upacara perayaan yang kita saksikan bukan perayaan kedewasaan sebuah bangsa melainkan pesta pora di atas kesengsaraan rakyat. Judul di atas bukanlah sebuah provokasi kosong melainkan hanyalah sebuah lawan kata dari slogan HUT RI KE-80 yang agaknya lebih cocok untuk menggambarkan potret buram realitas kondisi indonesia hari ini. 

Bercerai: Bhineka Tunggal Ika Hanyalah Slogan Kosong 

Kata “bercerai” tentu saja bukan dalam arti literal, namun kata bercerai disini sebagai ungkapan dalam upaya menggambarkan kondisi sosial masyarakat kita saat ini. Bisa kita lihat dalam jangka waktu ke belakang di beberapa daerah kerap terjadi diskriminasi terhadap umat beragama kristen. Pada juni 2025 kemarin terjadi pembubaran kegiatan ibadah di sukabumi. Sebetulnya kegiatan ini hanya berupa retret saat libur sekolah yang di ikuti oleh anak-anak serta remaja. Kegiatan yang dilakukan berupa program reflektif bahkan beberapa kegiatan juga dilakukan melalui permainan. Tetapi, sejumlah warga kemudian datang dan membubarkan paksa acara tersebut dengan alasan rumah singgah atau villa itu tidak memiliki izin sebagai tempat ibadah. Pembubaran disertai pengrusakan dan intimidasi, yang menjadi menjadi pertanyaan adalah apakah diperlukan juga izin kegiatan keagamaan dan ibadah apabila penyelenggaranya dari penganut agama mayoritas di wilayah tersebut. Yang menjadi persoalan selanjutnya mengapa umat yang beragama mayoritas selalu mempermasalahkan kegiatan peribadatan umat minoritas bahkan dalam ruang privat mereka.

***

Selanjutnya pada juli 2025 kembali terjadi perusakan rumah doa umat kristen di kota padang. Kejadian pengrusakan ini berlangsung secara tiba-tiba dengan beberapa warga berdatangan membawa kayu, batu, hingga pisau untuk melakukan pengrusakan untuk membubarkan rumah doa tersebut. Beberapa warga yang datang langsung memukul jendela kaca menggunakan kayu, melempar kursi, serta merusak barang-barang yang ada di dalam rumah doa. Padahal rumah doa tersebut didirikan untuk tujuan pendidikan agama terhadap anak-anak Kristen yang menimba ilmu. Sekolah negeri karena mereka tidak mendapatkan pendidikan agama Kristen di lingkungan sekolah mereka, buntut dari pengrusakan ini mengakibatkan 2 anak berusia 11 tahun dan 9 tahun menjadi korban pemukulan. tidak hanya itu kejadian ini serangan rumah doa ini meninggalkan trauma tersendiri bagi umat kristen di kota padang.

Jika kita melihat motif daripada pengrusakan ini hanya karena adanya keramaian di rumah doa tersebut. Hanya karena rumah doa ramai umat kristen terkena aksi brutalisme rumah doa yang seharusnya menjadi ruang aman untuk anak-anak justru berujung meninggalkan trauma.  kita sekarang berteriak “NKRI harga mati!” sambil menikam saudara sendiri yang keyakinan. Persatuan? Itu cuma hiasan di pinggir jalan saat upacara 17-an saja. Selebihnya, kita adalah bangsa yang sangat alergi terhadap kata ‘rukun’, kecuali jika itu untuk merukunkan selebriti yang sedang berselisih sosial media.

Terjajah: Babak Baru Penjajahan di Bawah Pejabat dan Oligarki

Babak baru penjahan ini memiliki metode yang halus namun kejam, model baru dalam penjajahan sekarang lebih terstruktur, sistematis, dan tentu lebih menyengsarakan. Penjajahnya bukanlah bangsa asing yang datang untuk menginvasi bumi pertiwi. Melainkan para oligarki dan kapitalis pribumi yang bersekongkol dengan para pemegang kekuasaan di negeri ini. Kita dijajah oleh oligarki yang berkeliaran bebas di Senayan dan gedung-gedung pencakar langit. Mereka menjajah negeri ini dengan kebijakan yang mengalirkan uang rakyat ke kantong-kantong mereka, dengan aturan yang dibuat untuk melindungi kepentingan konglomerat, dan dengan kekuasaan yang disalahgunakan untuk mempertahankan status quo. Kita bekerja keras siang dan malam, tapi hasilnya mengalir deras ke segelintir orang. 

Mereka menjajah melalui UU yang dibuat untuk mengeruk sumber daya alam. Seperti UU Cipta Kerja yang mengorbankan kedaulatan rakyat atas tanah dan lingkungan demi investasi. Mereka menjajah melalui sistem ekonomi yang memuluskan oligopoli, mematikan usaha kecil, dan membuat rakyat jelata hanya menjadi konsumen setia dari produk-produk mereka. Ini adalah bukti nyata pengkhianatan daripada pemangku kebijakan terhadap rakyat, realitas yang bisa kita lihat adalah dimana telah terjadi bentuk penjajahan ekonomi dimana para komprador lokal menjadi centeng terhadap tuan tanah baru.

Rakyat Sengsara: Buah Pahit dari Kemerdekaan

Kata-kata rakyat sengsara bukanlah sebagai retorika belaka melainkan hal ini adalah sebuah realitas yang sedang kita jalani. Lihatlah bagaimana rakyat hanya dijadikan alat, rakyat bukan lagi ditempatkan sebagai subjek melainkan tidak lebih daripada objek untuk mengejar pertumbuhan ekonomi semu. 19 juta lapangan pekerjaan? Tidak lebih dari sekedar janji manis belaka, nyatanya lapangan pekerjaan yang kian nihil telah menjadi menu sehari-hari jika pun ada. Pekerjaan tersebut tidak lebih dari sekedar tempat eksploitasi dengan upah dibawah minimum yang harus diterima oleh para pengadu nasib.

Belum lagi kita berbicara soal sistem dan faskes yang kurang memadai, pendidikan yang kian tahun menjadi mahal, infrastruktur dasar yang kurang memadai di daerah 3T. Pembredelan karya seni dan represifitas terhadap seniman, ibu-ibu yang kehilangan nyawa karena mengantri gas, penyerobotan lahan adat, rakyat demo dituduh sebagai antek-antek asing, anah menganggur akan disita negara, rekening menganggur akan di blokir, pajak naik gila-gilaan, pembabatan hutan dalam skala besar, tambang ilegal, efisiensi dana pendidikan, dan masih banyak lagi persoalan-persoalan yang telah ditimbulkan oleh para pemangku kebijakan kurang dari satu terakhir. Dengan segala persoalan yang ada ini  bukti bahwa negara telah absen dari tugas utamanya: melayani rakyat. Setiap hari, rakyat dipaksa untuk berjuang sendiri melawan kesengsaraan, sementara para wakilnya di Senayan sibuk berdebat tentang hal-hal yang tidak menyentuh urusan perut rakyat, atau bahkan menaikkan tunjangan mereka sendiri.

Indonesia Bubar: Bukanlah Sebuah Ketidak Niscayaan 

Bubar tidak selalu berarti peta dunia akan diubah dan negara ini hilang begitu saja. Bubar bisa saja berarti bubarnya rasa percaya, bubarnya solidaritas, bubarnya harapan, dan yang paling berbahaya, bubarnya nalar kolektif sebagai sebuah bangsa. Bubar adalah proses panjang dimana sebuah bangsa kehilangan roh, identitas, dan tujuannya dan agaknya Indonesia sedang menuju ke arah itu. Negara gagal (failed state) bukanlah sebuah skenario fiksi, melainkan sebuah kemungkinan yang sangat nyata jika kita terus membiarkan kanker ini menggerogoti dari dalam. Jika orang-orang di daerah-daerah mulai menunjukkan kekecewaan yang dalam kepada pemangku kebijakan, konflik horizontal yang terus menerus dibiarkan. Generasi muda kehilangan harapan serta mimpi tentang masa depan negerinya maka bukanlah sebuah keniscayaan suatu negara akan segera tiada.

Penutup: Sebuah Refleksi

Perayaan HUT RI ke-80 harusnya bukan sekadar seremoni dan jargon “Indonesia Maju” yang hampa. Ini harus menjadi momen refleksi dan mawas diri yang paling dalam. Kita harus berani membongkar sistem yang rusak, mengusir para penjajah baru dan oligarki, seraya mengembalikan kedaulatan sepenuhnya kepada rakyat. Jika tidak, maka judul tulisan ini bukan lagi sebuah kritik. Melainkan sebuah batu nisan yang menandai berakhirnya perjalanan sebuah bangsa besar yang bubar karena mengkhianati sendiri rakyat yang diperjuangkannya. Pilihannya kembali lagi kepada rakyat, apakah kita sanggup bangkit untuk membongkar status quo atau terlena hingga ajal bangsa ini benar-benar tiba.

Tentu pernyataan semacam ini bukan berarti saya tidak menghargai jasa para pahlawan di masa lampau. Justru saya sangat menghargai para founding father negara ini sehingga saya membuat tulisan ini. Sebab saya hanya membenci kelakuan dan kebijakan yang dibuat oleh para pemangku kebijakan dengan segala problematika yang terjadi, justru saya menganggap orang-orang seperti merekalah yang tidak menghargai jasa para pahlawan bukan rakyat biasa yang mencoba untuk mengkritik realitas negara hari ini. Bukan kita, tapi mereka.

Editor: M. Rendi Nanda Saputra

Tags: #CarutmaurtIndonesia#HUT-RI#Rakyatsengsara#Terjajah
Share22Tweet14SendShare
Previous Post

BEM KM UNISA Yogyakarta Pelopori Diskusi Kepemimpinan Pemuda

Next Post

Rethinking Equality Gender dalam Perspektif Islam Ala Buya Syafii Maarif

admin

admin

Related Posts

Nadiya Hasna, guru SDN 2 Sidosari, Lampung Selatan

Asas Trikon dalam Implementasi Pendidikan Nilai

by admin
Oktober 18, 2025
0
42

MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh: Nadiya Hasna, guru SDN 2 Sidosari, Lampung Selatan Hari ini, krisis moral semakin nyata kemunculannya di sekitar kita. Fenomena...

Buku Sebagai Ancaman Kekuasaan

by admin
Oktober 3, 2025
0
536

Oleh: Salman A. Ridwan MADRASAHDIGITAL.CO- Salah satu bentuk kemunduran sebuah negara adalah ketika menganggap buku sebagai barang bukti kejahatan. Saat negara...

Parau Suara Ormas Keagamaan

by admin
September 30, 2025
0
106

Oleh: Muhammad Taufiq Firdaus (Ketua Umum DPD IMM DIY) Pembungkaman Masyarakat Sipil MADRASAHDIGITAL.CO Aksi demonstrasi yang meletup di berbagai daerah...

Pergeseran Paradigma: AI dan Anomali Intelektual

by admin
September 27, 2025
0
55

Oleh: Adram Qaisullah Tihurua (DPD IMM DKI Jakarta, Instruktur Nasional IMM) MADRASAHDIGITAL.CO- Sejarah peradaban manusia adalah sejarah pencarian makna dan...

Membumikan Sociopreneurship Sebagai Pemberdayaan Ekonomi Umat dalam Spirit Kuntowijoyo

by admin
September 20, 2025
0
56

Oleh: Gustama Fauzi Al-Fajar (Sekretaris Umum PK IMM FAI UMY) Realitas Struktur Sosial MADRASAHDIGITAL.CO- Gerakan ekonomi umat hari ini hidup dalam...

Makan Bergizi Gratis: Antara Janji Politik dan Vested Interest Yang Mengesampingkan Kesehatan

by admin
September 19, 2025
0
87

Oleh: Moch Wildan Makhrus (Kader Pemuda Muhammadiyah Lamongan) MADRASAHDIGITAL.CO Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dipromosikan sebagai intervensi sosial penting untuk memperbaiki...

Next Post

Rethinking Equality Gender dalam Perspektif Islam Ala Buya Syafii Maarif

Muhammadiyah Salurkan Beasiswa untuk 475 Mahasiswa dari Dalam dan Luar Negeri

Muhammadiyah Salurkan Beasiswa untuk 475 Mahasiswa dari Dalam dan Luar Negeri

Ahmad Imam Mujadid Rais: Beasiswa Adalah Amanah Muzakki, Putar Kembali Kebermanfaatan bagi Umat

Ahmad Imam Mujadid Rais: Beasiswa Adalah Amanah Muzakki, Putar Kembali Kebermanfaatan bagi Umat

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Jembatan Aktivisme dan Birokrasi
  • Revitalisasi Pendidikan: SMP Negeri 08 Lebong Jadi Contoh Sukses Program Kemendikdasmen RI
  • Asas Trikon dalam Implementasi Pendidikan Nilai
  • Pelantikan Forum BEM Se-Daerah Istimewa Yogyakarta (FBD DIY) Periode 2025/2026
  • IMM AR Fakhruddin Gelar Darul Arqam Madya 2025: Aktualisasi Ideologi sebagai Basis Gerakan Sosial IMM

Komentar Terbaru

  • Rin Hillary pada Kehilangan Diri Sendiri
  • Program latihan diet sehat pada Adil Gender: Bagaimana Realitas Masyarakat Kita?
  • admin pada Agar Perempuan Tidak Mudah Diremehkan
  • Agar Perempuan Tidak Mudah Diremehkan – Madrasah Digital pada Feminisme adalah Hal Yang Salah?
  • Cece Maoludin pada Hikmah Berbagi Sebungkus Biskuit

Arsip

  • Oktober 2025
  • September 2025
  • Agustus 2025
  • Juli 2025
  • Juni 2025
  • Mei 2025
  • April 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Januari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • September 2024
  • Agustus 2024
  • Juli 2024
  • Juni 2024
  • Mei 2024
  • April 2024
  • Maret 2024
  • Februari 2024
  • Januari 2024
  • Desember 2023
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • September 2023
  • Agustus 2023
  • Juli 2023
  • Juni 2023
  • Mei 2023
  • April 2023
  • Maret 2023
  • Februari 2023
  • Januari 2023
  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • April 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • Januari 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Juli 2021
  • Juni 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • Februari 2021
  • Januari 2021
  • Desember 2020
  • November 2020
  • Oktober 2020
  • September 2020
  • Agustus 2020
  • Juli 2020
  • Juni 2020
  • Mei 2020
  • April 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Desember 2019
  • November 2019
  • Oktober 2019
  • September 2019
  • Agustus 2019
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Februari 2019
  • Januari 2019

Kategori

  • Analisis
  • Bahasa
  • Berita
  • Cerpen
  • Esai Sastra
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Hobi
  • Kajian Islam
  • Komunitas
  • Materi Pelajaran
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Puisi
  • Resensi
  • Rilis
  • Ruang Konsultasi
  • Ruang Madrasah
  • Sastra
  • Surat Pembaca
  • Tadarus Tokoh
  • Tips
  • Umum
  • Wacana
  • Wawasan

Meta

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

Kategori

  • Analisis
  • Bahasa
  • Berita
  • Cerpen
  • Esai Sastra
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Hobi
  • Kajian Islam
  • Komunitas
  • Materi Pelajaran
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Puisi
  • Resensi
  • Rilis
  • Ruang Konsultasi
  • Ruang Madrasah
  • Sastra
  • Surat Pembaca
  • Tadarus Tokoh
  • Tips
  • Umum
  • Wacana
  • Wawasan

Sekretariat

MD Academy

Alamat
Kantor MD Grup, Meijing Lor, Ambarketawang, Kec. Gamping, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55294

Telp
081385772458 (Saipul Haq)/0817123002 (Muhammad Fakhruddin)

E-mail
redaksimadrasah@gmail.com

  • Redaksi

© 2019 Madrasah Digital

No Result
View All Result
  • Masuk / Daftar
    • Tulis Postingan
    • Tulisan Saya
  • Berita
  • Wacana
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Opini
  • Sastra
  • Umum

© 2019 Madrasah Digital

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In