MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh : Raychan Assabiq (Mahasiswa S1 Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
Masyarakat jawa mempunyai konsep spiritual dalam menjaga harmonisasi hubungan antara Tuhan, alam semesta dan manusia, para leluhur menamainya Memayu Hayuning Bawana konsep ini memiliki makna mempercantik, memperindah alam semesta atau menjaga alam semesta, konsep ini mempunyai nilai spiritual mengangungkan Tuhan bahwasanya Allah itu indah dan menyukai keindahan
Memayu hayuning bawana mempunyai keterkaitan dengan filsafat kosmologi, tentang alam, para leluhur jawa beranggapan bahwa alam adalah kakak manusia yang harus dihormati, dari segi penciptaan memang alam semesta dan seisinya terlebih dahulu diciptakan daripada manusia itu sendiri, oleh karena itu para leluhur Jawa berupaya penuh untuk menjaga alam atau bumi yang manusia tempati sesuai konsep kholifah fil ard.
Allah menciptakan manusia dengan sebaik baik bentuk fii ahsani taqwim dilengkapi dengan akal, hati dan badan sehingga harapanya mampu menjaga dan memperindah bumi Allah, karena akal yang membedakan manusia dengan binatang, dalam islam sudah ditegaskan bahwa manusia bisa lebih hina daripada binatang ternak, hal itu bisa terjadi karena manusia tidak menggunakan tupoksi akal dengan sebaik baiknya, maka harapan penulis kita sebagai manusia, harus sadar diri, bahwasanya Allah telah menciptakan dengan sebaik baik bentuk, maka sebagai manusia mengasih timbal balik ke Allah dengan cara menjaga alam dan seisinya dengan sebaik-baiknya.
Allah itu indah dan sangat mencintai keindahan, para leluhur jawa menjaga alam ini agar tetap indah menggunakan Konsep Memayu Hayuning Bawana, jika diuraikan kembali keindahan yang terkandung dalam konsep memayu hayuning bawana Yaitu: pertama, menjaga bumi atau alam agar terhindar dari kerusakan yang diperbuat oleh manusia, contoh menebang pohon, orang jawa dahulu mempercayai kepercayaan dinamisme yakni percaya kepada benda-benda yang dianggap sakral, pohon dan alam, untuk menerapkan konsep keindahan, para leluhur menganggap pohon sebagai benda sakral, sehingga orang takut untuk menebangnya.
Berbeda dengan zaman sekarang yang telah terjadi penebangan pohon, penggundulan hutan demi keuntungan mereka pribadi, padahal di lain sisi mengakibatkan alam yang tidak seimbang yang mereka sebut sebagai bencana padahal atas ulah manusia itu sendiri, menurut penulis bukan bencana, akan tetapi alam yang kehilangan keseimbangan mencoba menyeimbangkan dirinya agar kembali seperti sedia kala.
Kedua, bawana adalah dunia dan seisinya, ketika adam di keluarkan dari bumi, Allah telah menyiapkan makanan-makanan pokok, berbagai macam buah sehingga adam tinggal mengelola agar dapat dikonsumsi, Allah hanya kasih padi, lalu sama manusia di per indah lagi dikelola kembali menjadi nasi agar dapat dikonsumsi, begitupun dengan daging buah dan sayur, karena manusia dilengkapi dengan akal dan panca indra, harapanya agar manusia meciptakan keindahan-keindahan baru, sehingga memperindah alam semesta ini.
Ketiga, memperindah keindahan dunia, Tuhan itu indah dan sangat menyukai keindahan, manusia yang dikaruniai akal, dari akal muncul sebuah ide-ide yang abstrak, dari ide-ide abstrak tersebut menghasilkan sebuah kreatifitas, dari kreatifitas manusia yang semakin memperindah isi dunia, para petani berlomba lomba menghasilkan yang terbaik hasil panenya dengan berbakai macam cara menemukan suatu upaya yang berguna bagi dirinya dan manusia lainya bahkan alam semesta, ketika dahulu belum tau cara menanam padi menggiling padi, sekarang zaman sudah mulai maju dengan hasil kreativitas manusia yang bermanfaat bagi bumi dan seisinya.
Harapan penulis semoga kreativitas manusia dikembangkan sesuai prinsip bahwa manusia di tugasi oleh Tuhan untuk menjaga alam beserta isinya, jika manusia benar-benar menerapkan budaya leluhur kita memayu hayuning bawono, dan menjalankan konsep spiritual, manusia akan terus memperindah bumi dan menjaga atau merawatnya, namun apabila manusia tidak menerapkan konsep leluhur kita, bumi akan selalu di ambang kerusakan dan tentunya merugikan sesama manusia dan ekosistem alam yang ada.
Banjir akan kian terjadi ketika musim hujan tiba, dikarenakan pohon yang tugasnya menyerap air ketanah sudah tidak ada, manusia sudah melupakan kepercayaan dinamisme, sehingga menebang pohon secara berutal yang dampaknya buruk bagi keseimbangan alam, tanah longsor akan terjadi, dikarenakan pohon untuk menopang tanah sudah tidak ada, dan fenomena alam yang lainya pasti akan terjadi karena ulah dari manusia itu sendiri.
Manusia semakin serakah memikirkan kesenangan individu tanpa memikirkan orang lain, jika alam ini rusak demi kepentingan pribadi, bagaimana dengan manusia lain yang mata pencaharian hidupnya tergantung dengan alam, mungkin sekarang para perusak alam belum merasakan dampak buruknya, karena masih sibuk dengan kesenagan pribadi, namun ketika sudah merasakan dampak buruknya pasti akan menyesal, karena alam telah mereka rusak.
Marilah sama-sama menjaga alam ini dengan sebaik baiknya, lebih bagus lagi kalau memperindah dunia dan seisinya ini, pasti Tuhan yang indah akan suka melihat keindahan dari hasil kreativitas ciptaanya yang Amanah ketika dikasih tugas menjadi Khalifah yang di tugaskan menjaga dan memperindah alam semesta sesuai konsep memayu hayuning bawana.
Alam diciptakan Tuhan lebih dahulu untuk mengajarkan tentang makna kehidupan , bahwasanya manusia hidup di bumi juga membutuhkan alam, manusia tidak bisa hidup tanpa alam, maka penulis berpesan, jagalah alam dengan sebaik-baiknya, alam telah mengajarkan kita tentang makna kehidupan, sehingga peradaban manusia bisa berkembang sampai saat ini, tentu belajar dari alam, maka sebagai ucapan terimakasih karena alam sebagai kakak kita, maka hormatilah alam, jangan dirusak dijaga, diperindah, karena Tuhan itu indah menyukai keindahan.
Red: Saipul Haq