Madrasah Digital
Ketentuan Kirim Tulisan
Buat Akun
  • Berita
    • Rilis
    • Komunitas
    • Surat Pembaca
  • Gaya Hidup
    • Tips
    • Hobi
  • Wawasan
    • Analisis
    • Wacana
    • Tadarus Tokoh
    • Resensi
    • Bahasa
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Esai Sastra
  • Ruang Madrasah
    • Materi Pelajaran
    • Online Learning
    • Ruang Konsultasi
Senin, Juli 14, 2025
No Result
View All Result
  • Berita
    • Rilis
    • Komunitas
    • Surat Pembaca
  • Gaya Hidup
    • Tips
    • Hobi
  • Wawasan
    • Analisis
    • Wacana
    • Tadarus Tokoh
    • Resensi
    • Bahasa
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Esai Sastra
  • Ruang Madrasah
    • Materi Pelajaran
    • Online Learning
    • Ruang Konsultasi
No Result
View All Result
Madrasah Digital
No Result
View All Result

Watak Revolusioner Kaum Proletar

admin by admin
Juli 30, 2024
in Wawasan
5 min read
0
Watak Revolusioner Kaum Proletar
110
SHARES
172
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

MADRASAHDIGITAL.CO-Oleh : Ramadhan Zainul Arifin, Anggota Bidang Hikmah PK IMM FAI UMY

Kaum proletar, atau kelas pekerja, telah lama menjadi subjek diskusi dalam teori sosial dan politik. Karakteristik revolusioner mereka, yang muncul dari kondisi material dan posisi mereka dalam struktur sosial kapitalis, telah membentuk perjalanan sejarah dan perjuangan kelas. Essay ini akan mengeksplorasi sifat revolusioner kaum proletar, asal-usulnya, manifestasinya, dan dampaknya terhadap perubahan sosial.

Akar Revolusioner Kaum Proletar

Watak revolusioner kaum proletar berakar pada kondisi material mereka dalam sistem kapitalis. Karl Marx dan Friedrich Engels, dalam “Manifesto Komunis”, menggambarkan proletar sebagai “kelas pekerja modern” yang “hidup hanya selama mereka menemukan pekerjaan, dan yang menemukan pekerjaan hanya selama kerja mereka meningkatkan modal-modal (Marx & Engels, 1848/2010, hal. 35). Kondisi eksploitatif ini menciptakan kesadaran kelas dan keinginan untuk perubahan radikal.

Antonio Gramsci, seorang filsuf Marxis Italia, memperluas pemahaman ini dengan konsep “hegemoni”. Ia berpendapat bahwa kaum proletar harus mengembangkan kesadaran revolusioner mereka melalui perjuangan budaya dan intelektual melawan hegemoni borjuis. Gramsci menulis, “Menciptakan sekelompok intelektual yang independen bukanlah tugas yang mudah; itu membutuhkan proses yang panjang, dengan tindakan dan reaksi, dengan kemajuan dan kemunduran” (Gramsci, 1971, hal. 10).

Manifestasi Watak Revolusioner

Watak revolusioner kaum proletar sering kali terwujud dalam berbagai bentuk perlawanan dan organisasi. Serikat pekerja, sebagai contoh, menjadi sarana utama bagi kaum proletar untuk menyuarakan tuntutan mereka dan menantang kekuasaan kapitalis. Seperti yang dikatakan oleh sejarawan E.P. Thompson, “Kelas terjadi ketika beberapa orang, sebagai hasil dari pengalaman umum (yang diwariskan atau dibagikan), merasakan dan mengartikulasikan identitas kepentingan mereka di antara diri mereka sendiri, dan melawan orang lain yang kepentingannya berbeda dari (dan biasanya bertentangan dengan) mereka” (Thompson, 1963, hal. 9).

Pemogokan dan demonstrasi massa juga menjadi manifestasi kuat dari watak revolusioner ini. Rosa Luxemburg, teoretikus Marxis Polandia-Jerman, menekankan pentingnya aksi massa spontan dalam perjuangan revolusioner. Ia menulis, “Pemogokan massa… adalah metode gerakan proletariat dalam periode revolusi” (Luxemburg, 1906/2008, hal. 168).

Kesadaran Revolusioner dan Pendidikan

Pengembangan kesadaran revolusioner di kalangan proletar sering kali melibatkan proses pendidikan dan pemberdayaan. Paulo Freire, pendidik dan filsuf Brasil, mengembangkan konsep “pendidikan pembebasan” yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran kritis di kalangan kaum tertindas. Freire berpendapat, “Pendidikan yang benar-benar membebaskan dapat maju hanya ketika ia terdiri dari tindakan mengetahui, bukan transfer informasi” (Freire, 1970/2005, hal. 79).

Dalam konteks ini, organisasi-organisasi pekerja dan partai-partai politik kiri sering berperan sebagai “sekolah revolusi”, memfasilitasi pengembangan kesadaran kelas dan strategi perlawanan. Vladimir Lenin, pemimpin Revolusi Rusia, menekankan pentingnya partai revolusioner dalam membimbing perjuangan proletariat. Ia menulis, “Tanpa teori revolusioner tidak akan ada gerakan revolusioner” (Lenin, 1902/1961, hal. 369).

Tantangan dan Adaptasi

Meskipun demikian, watak revolusioner kaum proletar terus menghadapi tantangan dan memerlukan adaptasi seiring berjalannya waktu. Perubahan dalam struktur ekonomi, globalisasi, dan kemajuan teknologi telah mengubah komposisi dan kondisi kelas pekerja. Sosiolog Manuel Castells berpendapat bahwa dalam “masyarakat jaringan” kontemporer, identitas kelas tradisional telah terfragmentasi, membutuhkan pendekatan baru terhadap organisasi dan perjuangan. Ia menulis, “Identitas proyek baru muncul tidak dari identitas masyarakat sipil di era industri, tetapi dari perkembangan identitas perlawanan” (Castells, 1997, hal. 11).

Dalam konteks ini, gerakan sosial baru dan aliansi lintas sektoral telah muncul sebagai bentuk perjuangan kontemporer. Filosof Perancis Alain Badiou menyoroti pentingnya “peristiwa” dalam membangkitkan potensi revolusioner, menulis, “Sebuah peristiwa adalah sesuatu yang membawa ke permukaan suatu kemungkinan yang tersembunyi” (Badiou, 2001, hal. 114).

Relevansi Kontemporer

Meskipun ada yang berpendapat bahwa watak revolusioner kaum proletar telah memudar di era pasca-industri, banyak sarjana dan aktivis berpendapat bahwa ia tetap relevan dan penting. David Harvey, geografis Marxis, berpendapat bahwa kontradiksi kapitalisme terus menciptakan kondisi untuk perlawanan revolusioner. Ia menulis, “Kapitalisme tidak pernah memecahkan krisisnya; ia hanya memindahkannya secara geografis” (Harvey, 2010, hal. 117).

Selain itu, munculnya gerakan seperti Occupy Wall Street dan perjuangan global melawan ketidaksetaraan menunjukkan bahwa semangat perlawanan terhadap eksploitasi kapitalis tetap hidup. Naomi Klein, dalam bukunya “This Changes Everything”, berpendapat bahwa krisis iklim telah menciptakan momentum baru untuk perubahan sistemik, menulis, “Perubahan iklim… bisa menjadi katalis, memaksa kita untuk mengubah cara kita mengatur masyarakat, mengatur ekonomi kita, dan menjalankan kehidupan kita” (Klein, 2014, hal. 7).

Kesimpulan

Watak revolusioner kaum proletar, yang berakar pada kondisi material mereka dan kesadaran kelas, tetap menjadi kekuatan penting dalam perjuangan untuk keadilan sosial dan ekonomi. Meskipun bentuk dan manifestasinya telah berevolusi seiring waktu, esensi dari semangat perlawanan terhadap eksploitasi dan ketidakadilan tetap bertahan.

Tantangan kontemporer, dari globalisasi hingga krisis iklim, menawarkan peluang baru untuk memobilisasi dan mengorganisir. Seperti yang dikatakan oleh aktivis dan sarjana Angela Davis, “Kita harus berbicara tentang membebaskan pikiran dan roh. Itu adalah revolusi” (Davis, 2016, hal. 23).

Dalam menghadapi ketidakadilan dan ketimpangan yang terus berlanjut, watak revolusioner kaum proletar tetap menjadi sumber potensial perubahan radikal. Kemampuannya untuk beradaptasi dengan kondisi yang berubah sambil mempertahankan visi tentang dunia yang lebih adil menunjukkan ketahanan dan relevansi berkelanjutannya dalam perjuangan global untuk emansipasi manusia.

Daftar Pustaka     :

Badiou, A. (2001). Ethics: An Essay on the Understanding of Evil. London: Verso.

Castells, M. (1997). The Power of Identity. Oxford: Blackwell.

Davis, A. Y. (2016). Freedom Is a Constant Struggle: Ferguson, Palestine, and the Foundations of a Movement. Chicago: Haymarket Books.

Freire, P. (1970/2005). Pedagogy of the Oppressed. New York: Continuum.

Gramsci, A. (1971). Selections from the Prison Notebooks. New York: International Publishers.

Harvey, D. (2010). The Enigma of Capital: And the Crises of Capitalism. Oxford: Oxford University Press.

Klein, N. (2014). This Changes Everything: Capitalism vs. The Climate. New York: Simon & Schuster.

Lenin, V. I. (1902/1961). What Is To Be Done? In Collected Works, Vol. 5. Moscow: Foreign Languages Publishing House.

Luxemburg, R. (1906/2008). The Mass Strike. Chicago: Haymarket Books.

Marx, K., & Engels, F. (1848/2010). The Communist Manifesto. London: Penguin.

Thompson, E. P. (1963). The Making of the English Working Class. New York: Vintage Books.

Tags: plotetarramadhanzainularifinrevolusionerWatak
Share44Tweet28SendShare
Previous Post

Webinar "Menyulap Riset Menjadi Cerita Seru" Sukses Diselenggarakan dalam Rangka Hari Anak Nasional 2024

Next Post

Muhammadiyah; Tambang Merusak Lingkungan

admin

admin

Related Posts

Filosofi Hidup “Lone Wolf” Houtarou Oreki di Era Ketidakpastian

by admin
Juni 13, 2025
0
91

Oleh: Rahmad Tri Hadi, Mahasiswa Doktoral Filsafat Islam UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi Di tengah dunia yang serba cepat,...

Optimalisasi Gerakan Dakwah Kreatif dan Inovatif Sebagai Wujud Modernisasi Muhammadiyah Dari Akar Rumput

by admin
Juni 7, 2025
0
93

MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh Noval Sahnitri, Ketua Bidang KDI PW IPM Lampung Muhammadiyah adalah salah satu organisasi yang dikenal sebagai gerakan islam modern....

Ilmu Pengetahuan dan Filsafat: Sinergi untuk Memahami Dunia

by admin
Desember 20, 2024
0
136

MADRASAHDIGITAL.CO-Oleh : Irga Avano Nasaqhi Herlambang, Mahasiswa IPICOM UMY 2023 Hubungan antara ilmu pengetahuan dan filsafat adalah salah satu tema...

Stoikisme: Penawar Tenang Bagi Para Overthinker

by admin
Desember 20, 2024
0
83

MADRASAHDIGITAL.CO-Oleh : Saidil Rahman, Mahasiswa IPICOM UMY 2023 Manusia pada umumnya akan mengalami rasa amarah dan terpuruk luar biasa jika...

Epistemologi dan Implikasinya Bagi Masyarakat

by admin
Desember 11, 2024
0
149

MADRASAHDIGITAL.CO-Oleh: Muhammad Ikhsan Maulana, Mahasiswa IPICOM UMY 2023 Epistemologi merupakan cabang cabangfilsafat yang membahas tentang konsep hakikat , asal usul...

Lima Dimensi Manusia

Ketahui Lima Dimensi Manusia Agar Hidupmu Bermakna

by admin
Desember 11, 2024
0
197

MADRASAHDIGITAL.CO-Oleh : Anggun Rafika Nuraeni Budiana, Mahasiswa IPICOM UMY 2023 Ketika kita berbicara tentang manusia, seringkali kita mempertanyakan bagaimana manusia...

Next Post
Dokumen Pribadi Penulis

Muhammadiyah; Tambang Merusak Lingkungan

Sumber: Pixabay

Dilema Restorative Justice dalam Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

IMM DIY: Pengabaian Putusan MK Dalam Revisi UU Pilkada

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Menyambut Pembelajaran Koding dan AI, Madrasah Digital Gelar Diskusi Publik
  • Luncurkan Beasiswa, MPKSDI PP Muhammadiyah Dukung Akses Pendidikan Kader
  • DPP IMM Dukung Penuh Kemerdekaan Palestina dan Mendorong Two-State Solution sebagai Jalan Menuju Perdamaian Abadi
  • Risalah Melayu Deli: IMM Harus Jadi Suluh Peradaban
  • DPP IMM Dukung Usul DPR Ubah BP Haji Jadi Kementerian Haji

Komentar Terbaru

  • Rin Hillary pada Kehilangan Diri Sendiri
  • Program latihan diet sehat pada Adil Gender: Bagaimana Realitas Masyarakat Kita?
  • admin pada Agar Perempuan Tidak Mudah Diremehkan
  • Agar Perempuan Tidak Mudah Diremehkan – Madrasah Digital pada Feminisme adalah Hal Yang Salah?
  • Cece Maoludin pada Hikmah Berbagi Sebungkus Biskuit

Arsip

  • Juli 2025
  • Juni 2025
  • Mei 2025
  • April 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Januari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • September 2024
  • Agustus 2024
  • Juli 2024
  • Juni 2024
  • Mei 2024
  • April 2024
  • Maret 2024
  • Februari 2024
  • Januari 2024
  • Desember 2023
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • September 2023
  • Agustus 2023
  • Juli 2023
  • Juni 2023
  • Mei 2023
  • April 2023
  • Maret 2023
  • Februari 2023
  • Januari 2023
  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • April 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • Januari 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Juli 2021
  • Juni 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • Februari 2021
  • Januari 2021
  • Desember 2020
  • November 2020
  • Oktober 2020
  • September 2020
  • Agustus 2020
  • Juli 2020
  • Juni 2020
  • Mei 2020
  • April 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Desember 2019
  • November 2019
  • Oktober 2019
  • September 2019
  • Agustus 2019
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Februari 2019
  • Januari 2019

Kategori

  • Analisis
  • Bahasa
  • Berita
  • Cerpen
  • Esai Sastra
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Hobi
  • Kajian Islam
  • Komunitas
  • Materi Pelajaran
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Puisi
  • Resensi
  • Rilis
  • Ruang Konsultasi
  • Ruang Madrasah
  • Sastra
  • Surat Pembaca
  • Tadarus Tokoh
  • Tips
  • Umum
  • Wacana
  • Wawasan

Meta

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

Kategori

  • Analisis
  • Bahasa
  • Berita
  • Cerpen
  • Esai Sastra
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Hobi
  • Kajian Islam
  • Komunitas
  • Materi Pelajaran
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Puisi
  • Resensi
  • Rilis
  • Ruang Konsultasi
  • Ruang Madrasah
  • Sastra
  • Surat Pembaca
  • Tadarus Tokoh
  • Tips
  • Umum
  • Wacana
  • Wawasan

Sekretariat

MD Academy

Alamat
Kantor MD Grup, Meijing Lor, Ambarketawang, Kec. Gamping, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55294

Telp
081385772458 (Saipul Haq)/0817123002 (Muhammad Fakhruddin)

E-mail
redaksimadrasah@gmail.com

  • Redaksi

© 2019 Madrasah Digital

No Result
View All Result
  • Masuk / Daftar
    • Tulis Postingan
    • Tulisan Saya
  • Berita
  • Wacana
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Opini
  • Sastra
  • Umum

© 2019 Madrasah Digital

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In