MADRASAHDIGITAL.CO –Oleh : Muhammad Akmal Ahsan, Dewan Pakar Madrasah Digital
Nicolae Ceausescu, pemimpin kharismatik Rumania meregang nyawa setelah ia di eksekusi mati bersama istrinya, Elena Petrescu di pelataran gedung peradilan Targoviste. Itulah hari paling buruk dalam sejarah Rumania. Ceausescu beserta istrinya diadili secara cepat pada pengadilan militer dan dituntut hukuman mati dengan tuduhan ganda: memperkaya diri dan melakukan genodsida. Usai pengadilan berlangsung ia dan istrinya diikat lalu digiring ke luar gedung pengadilan, di sanalah nyawanya habis pada 25 Desember 1989, tepat di hari natal.
Kisah tentang Nicolae Ceasusescu adalah kisa tragis orang yang menggali kubur kekuasaanya sendiri, hikayat tentang kekuasaan yang melumat pemilikya sendiri. Selama 22 tahun memimpin Rumania, Ceausescu dikenal sebagai pemimpin bertangan besi, setiap waktu ia mengintai para pembangkannya, mereka ditangkap dan dilumpuhkan. Laku kepemimpinan yang otoriter itu pelan-pelan menyalakan amarah rakyat, maka massa meluber ke jalan-jalan, istana Ceausescu digempur, dilempati batu dan bahkan di bakar.
Sebuah Renungan
Tragedi kematian Ceasusescu terjadi 35 tahun tapi gejala tentang pemimpin yang menggali kuburnya sendiri hingga kini masih tampak masih merebak. Mereka adalah pemimpin yang secara tanpa sadar merusak posisi, reputasi dan keadulataannya melalui keputusan dan tindakan salah kaprah. Ia adalah pemimpin yang sombong dalam wataknya, tak bisa mengendalikan dirinya, menyalahgunakan kekuasaan juga enggan mendengarkan petuah rakyat/anggotanya.
Kekuasaan dengan demikian selalalu berwajah ganda, di satu sisi ia adalah ladang untuk menabur kebajian sosial. Di wajah yang lain, ia adalah bulldozer yang melumat segalanya, bahkan termasuk diri pemimpin itu sendiri.