Oleh: Salmafjr*
MADRASAHDIGITAL.CO – Merujuk kepada Wikipedia, bullying dapat diartikan sebagai kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku bullying atau perundungan dapat terjadi pada siapa pun, pada usia berapa pun, di lingkungan hidup manapun.
Namun, perilaku ini paling sering terjadi kepada anak-anak. Belakangan banyak pemberitaan mengenai kasus bullying yang terjadi di lingkungan sekolah di Indonesia.
Berbicara tentang bullying berarti berbicara tentang hal yang tidak dapat disembunyikan atau diabaikan. Berbicara tentang bullying melalui kesempatan sehari-hari adalah cara terbaik untuk memperjelas bahwa perilaku bullying tidak pernah baik-baik saja.
Kita biasanya dapat mengidentifikasi perilaku bullying melalui tiga karakteristik berikut: niat, pengulangan, dan kekuatan. Seorang pelaku bullying biasanya bermaksud menyebabkan rasa sakit, entah melalui bahaya fisik, kata-kata, atau perilaku yang menyakiti.
Bagi para korban bullying, mereka sangat membutuhkan orang-orang di sekitarnya, paling tidak untuk sekadar berbagi masalah yang dialami. Sebab, banyak penelitian telah memperlihatkan bahwa seseorang yang mengalami perundungan atau bullying akan memiliki trauma mendalam.
Bahkan, kemungkinan besar dampaknya akan dirasakan terus-menerus. Dan itu bisa terjadi ketika tidak adanya upaya penyembuhan terhadap korban.
Peran Keluarga
Dalam hal ini peran orang tua sangatlah penting. Orang tua perlu menyediakan banyak kesempatan bagi anak-anaknya untuk membahas masalah-masalah yang mungkin tidak diperhatikan orang dewasa.
Begitu pun bagi para pelaku bullying. Kebanyakan dari mereka tidak memahami emosi sosial yang normalnya dimiliki orang-orang. Mereka tidak memiliki rasa iba, empati, atau penyesalan. Beberapa pelaku melakukan bullying untuk mengatasi perasaan stres, marah, atau frustrasi mereka sendiri.
Para pelaku mungkin juga pernah menjadi korban bullying sebelumnya. Malah, tidak sedikit faktor seseorang melakukan bullying adalah karena kesalahan pola asuh dalam keluarga.
Merujuk pada Tirto.id bahwa pola asuh otoriter dan sewenang-wenang orang tua menunjukkan kecenderungan yang tinggi terhadap anak untuk menjadi pelaku bullying.
Maka dari itu, sebagai pelaku mereka juga membutuhkan bantuan dari orang-orang di sekitarnya. Teristimewa dari dalam keluarga.
Trauma Healing
Membantu anak mengatasi trauma pasca menjadi korban maupun pelaku bullying memang sulit. Namun, perlu diingat bahwa tugas orang tua adalah menjadi pendengar yang baik dan membantu mereka bangkit dari masalah yang dialami.
Bantulah mereka menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan baik. Bantulah mereka menemukan kembali kekuatan mereka dan jadilah katalis dalam membantu mereka untuk kembali bersinar.
*Pegiat Madrasah Digital, Praktisi Pendidikan
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.
Comments 2