Oleh: Suryati Ningsih
MADRASAHDIGITAL.CO – Jurnal Al-Manar tak bisa dipandang sebelah mata dalam berperan besar dan berpengaruh dalam gerakan pembaharuan Islam di Indonesia. Jurnal Al-Manar diterbitkan oleh Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha pada tahun 1898 di Kairo dalam bentuk majalah.
Majalah Al-Manar terbit terpengaruhi oleh majalah termuka Al-Urwatul Wusqa karya Muhammad Abduh dan Al-Afghani guru utamanya hingga kemudian Rasyid Ridha menerbitkan majalah sendiri bernama Majalah Al-Manar (tempat cahaya). Majalah Al-Manar terbit setiap mingguan kemudian menjadi bulanan sampai berhenti terbit 1935.
Tujuan Al-Manar adalah menyebarkan ide-ide pembaharuan dan menjaga keutuhan umat Islam. Setiap artikel yang dimuat di majalah tersebut diedit sendiri oleh Rasyid Ridha. Majalah Al Manar karya Muhammad Abduh dalam perkembangannya ternyata berpengaruh luar biasa bagi kaum pembaharu di Indonesia.
Dari artikel-artkelnya yang dimuat dalam Majalah Al-Manar dan merangsang penerbitan jurnal semangat yang sama di wilayah Indonesia. Majalah Al-Manar pengaruhnya luarbiasa hingga akhirnya dengan sejumlah cara majalah ini kemudian bisa beredar ke wilayah Indonesia.
Majalah Al-Manar perkembangannya begitu luar biasa sampai-sampai Belanda mencegahnya masuk wilayah Indonesia. Majalah Al-Manar masuk ke wilayah Indonesia melalui sejumlah cara, yaitu penyeledupan secara diam-diam lewat pelabuhan yang tidak mendapat pengawasan ketat dari Belanda, seperti Pelabuhan Tuban, Jawa Tengah.
Pelabuhan ini tidak memiliki pengawasan Dinas Imigrasi Belanda. Ketika itu, Majalah Al-Manar bisa sampai ke Pelabuhan Tuban, kata Bluhm Warn Pijper, penasihat Belanda untuk urusan pribumi dan Arab yang juga bertanggung jawab mengawasi penyebaran literatur Islam ke Indonesia.
Ketika itu, pihak Belanda tidak melakukan sensor terhadap pengiriman Majalah Al-Manar kepada Ahmad Syukarti, pendiri Gerakan Al Irsyad di Indonesia. Cara lain Majalah Al-Manar masuk ke wilayah Indonesia melalui para haji yang kembali ke Indonesia setelah menuaikan ibadah haji di Mekah dan Madinah yang menjadi tempat peredaran jurnal tersebut secara besar-besaran .
Pada abad ke-16, umat Islam di Indonesia telah banyak menuaikan ibadah haji di Mekah,Madinah dan saat itu secara langsung maupun tidak langsung banyak terjadi penyebaran gagasan, literatur dari Timur Tengah yang dibawa jamaah Haji ke wilayah Indonesia
Hal ini membuat Snouck Horgronje penasehat utama pemerintah Belanda mengusulkan pada Belanda agar membayar seorang pengawas khusus bagi para haji yang baru kembali ke tanah air. Mahasiswa yang belajar di wilayah Mekah dan Madinah kian meningkat setiap tahun saat itu. Dari jumlah mahasiswa yang tinggi tersebut disinyalir dan diduga kuat majalah sl Manar tersebar sampai ke wilayah Indonesia dibawa oleh para mahasiswa yang baru pulang dari Mekah.
Majalah Al-Manar tersebar sampai wilayah Indonesia diduga kuat melalui agen-agen yang ditunjuk resmi tersebar di penjuru wilayah asia. Majalah ini tidak tersebar di wilayah Hindia Timur Belanda, kawasan selatan Malaka melainkan juga tersebar sampai wilayah Malaysi .
Jurnal Al-Manar menjadi sumber ide pembaharuan bagi kaum pembaharu dari Kelantan, seperti Haji Muhammad Yussuf,Haji Abdul Samad. Jurnal Al-Manar juga memengaruhi, mengilhami penulis tertentu untuk menulis novel- novel yang berisi ide-ide kaum pembaharu seperti Syaikh al Hadi menulis novel berjudul Farida Hanum yang mengambil setting kota Kairo tahun 1804.
Novel lain yang ditulis juga dengan mengambil setting pembaharuan Islam berjudul Hikayat Percintaan Kasih Kemudaan ditulis oleh Ahmad Kotor tahun 1891 sebagai penyokong gagasan kaum pembaharu Islam. Jurnal Al-Manar bukan saja mengilhami seseorang untuk menulis novel ,melainkan juga memberi inspirasi tokoh Islam di Indonesia dengan semangat yang sama salah satunya Ahmad Sokarti.
Ahmad Sokarti, murid Al-Azhar yang dulu sempat mengajar bahasa Arab pada Jamiatul Khair terinspirasi isi Al Manar setelah melihat kondisi umat Islam di Indonesia yang menyedihkan kemudian terdorong memperbaiki dengan menyebarkan ide Abduh melalui organisasi Al-Irsyad.
Tokoh Islam Indonesia lainnya yang terinspirasi isi Al-Manar adalah Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan adalah murid A Hassan yang sempat bertemu dengan Rasyid Ridha. Saat bertemu Rasyid Ridha, Ahmad Dahlan bertukar pikiran dengannya dan berlangganan Jurnal Al-Manar. Sejak bertemu Rasyid Ridha dan berlangganan jurnal al Manar Ahmad Dahlan kemudian mendirikan organisasi Muhammadiyah setelah membaca Jurnal Al-Manar yang berisi semangat kebangkitan umat.
Tokoh lain yang terinspirasi dari semangat al Manar adalah A Hassan. A Hassan adalah tokoh Islam keturunan India ini telah banyak membaca al Manar tahun 1907 melalui saudara ipar yang berlangganan majalah tersebut. Awalnya, A Hassan berpaham Wahabi seperti ayahnya. Setibanya di Surabaya bertemu dan setelah bertukar pikiran dengan kaum muda yang saat itu aktif sebagai pembaharu menghilangkan tradisi lama.
Setelah itu A Hassan bertemu ,berkenalan dan bertukar pikiran dengan Ahmad Dahlan, Ahmad Sukarti, dan lainnya hingga akhirnya ikut terlibat dalam menyebarkan ide pembaharuan Muhammad Abduh dengan bergabung organisasi Persis yang didirikan pada 1926. Dengan demikian dapat dilihat pengaruh pembaharuan Muhammad Abduh demikian besar yang akhirnya melahirkan gerakan pembaharuan modernis Islam di Indonesia.
*Tulisan ini pernah terbit di Plimbi.com