Oleh: Rini Hillary Sianturi*
MADRASAHDIGITAL.CO – Jakarta adalah salah satu kota yang paling banyak penduduknya, baik itu dari daerah ataupun mancanegara. Fenomena modern yang akan terus bertambah seiring berkembangnya zaman. Seiring zaman pula, kehidupan yang lebih baik juga sangat sulit untuk didapat. Jika seseorang tidak keras melawan kehidupan ini, ia akan terhempas oleh kerasnya roda zaman yang makin menjadi-jadi, dan tak kita tahu ke mana arahnya.
Dalam sebuah pertandingan kehidupan pasti ada namanya kalah dan menang. Begitu juga dengan yang kaya dan miskin. Memang untuk mencapai keberhasilan bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk mencapai kesuksesan sangat diperlukan keringat, air mata, pengorbanan, dan tentu usaha yang maksimal pula. Memang saat proses untuk mencapai cita-cita dalam kerasnya kehidupan, melawan dengan cara sendiri tanpa memghiraukan opini, bahkan hinaan dari orang-orang sekitar. Maka, saat itulah kita dapat merasakan kerasnya hidup ini, dan kebanggaan untuk diri sendiri untuk menjadi orang yang berbeda, seperti apa yang kita inginkan.
Namun, pertanyaanya, bagaimana dengan orang yang kalah saat mengarungi kerasnya kehidupan ini? Apakah mungkin dia akan putus semangat, dan tak ingin bangkit lagi? Atau bahkan akan mengakhiri hidupnya dengan tragis? Benarkah kehidupan sekeras ini?
Saya akan memberi satu contoh tentang seorang wanita yang mengalami putus asa karena terobsesi ingin menjadi seorang yang kaya, modis, cantik, dan ingin memiliki segalanya. Namun, pada akhirnya, ia tidak dapat membendung perasaan itu, sehingga dia memilih jalan yang salah, yaitu menjadi seorang pelacur.
Awalnya, dengan pilihannya itu kehidupannya mulai membaik. Ia dapat membeli dan memiliki apa pun yang dia inginkan dari hasil pekerjaannya sebagai pelacur. Mereka yang datang kepadanya, mula-mula hanyalah orang-orang kalangan bawah, dan hasil yang ia dapatkan pun cukup lumayan untuk menghidupi dirinya sendiri sampai akhirnya dia bosan dengan penghasilan yang hanya tak seberapa itu. Ia pun mengubah penampilan, dan gaya hidupnya, sehingga terlihat seperti seorang putri pejabat.
Dengan penampilannya yang banyak berubah, orang-orang yang dating kepadanya juga bukan lagi masyarakat kalangan bawah, tapi sudah dapat dikatakan orang-orang kalangan atas, bahkan juga dari papan atas. Namun, seiring berjalannya waktu perubahan yang semakin terlihat di mata masyarakat membuatnya dirinya tersadar bahwa apa yang dia lakukan, apa yang didapat selama ini bukanlah hal yang dapat diterima oleh masyarakat.
Sampai akhirnya, gangguan pun menghampirinya yang membuat dirinya terpuruk, lemah, merasa tak percaya diri, dan merasa bahwa orang-orang tidak akan dapat menerimanya lagi. Sampai akhirnya, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena tidak dapat menerima kritikan masyarakat kepadanya.
Sampai di sini, perlu kita ketahui begitu kerasnya kehidupan ini. Jangan sampai membutakan kita, sehingga kita tidak dapat membedakan mana yang baik mana yang buruk. Kita menghalalkan berbagai cara untuk mencapai apa yang kita inginkan, dan apa yang kita mau. Namun, ketahulah seorang pelacur juga masih memiliki perasaan, she wanna have a life and felling good. Jika di telaah secara terperinci, seorang pelacur juga tidak ingin menjadi seorang pelacur.
Ada bebarapa hal yang memaksanya untuk menjadi seorang pelacur. Di antaranya, ingin memiliki hidup yang lebih baik, kondisi perekonomian yang tak dapat terpenuhi, peluang kerja yang minim, dan kurangnya relasi.
Pada akhirnya, ia harus memilih jalan sebagai seorang pelacur. Seperti yang kita ketahui bahwa kota Jakarta tidak asing lagi dengan adanya pelacur. Namun, kita sebagai manusia yang memiliki, akan tak sepantasnya menilai mereka sebagai oang yang hina, orang yang hanya dapat dipandang dengan sebelah mata.
Hidup itu memang keras, tapi lebih keras Jakarta yang harus memaksa orang untuk tetap bertahan hidup demi masa depan yang lebih baik. Ada beberapa orang memilih jalan yang salah untuk mencapai apa yang diinginkan. Kehidupan yang keras dapat membuat seseorang menjadi seperti seorang kanibal. Namun, kita sebagai orang yang memiliki akal dan pikiran perlu untuk menjaga mulut, karena apa yang akan kita ucapkan akan berdampak bagi diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan yang lainnya. Kehidupan ini keras, namun lebih keras hidup di Kota Jakarta.
*Ketua Bidang IMMawati PK IMM Psikologi UHAMKA periode 2019-2020