MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh : Rendy Nanda Saputra
Alam merupakan penyuguh apapun yang dibutuhkan oleh manusia. Kekayaan alam mampu menopang hidup manusia asalkan tidak berlebihan dalam mengkonsumsinya. Dewasa ini alam sering disalahgunakan dalam pemanfaatanya oleh manusia. Banyak munculnya tambang ilegal, penebangan hutan secara liar, sampai pembuangan sampah sembarangan yang merajalela. Hal ini tidak disadari akan akibat yang diperbuat oleh manusia sendiri dimana akan berdampak terhadap keberlangsungan hidupnya. Upaya pendefinisian alam sering kali dikaitkan dengan perempuan sehingga munculnya istilah “Ibu Pertiwi”. Istilah ini merupakan perwujudan simbolisasi kedudukan bumi sebagai rahim yang penuh kasih sayang. Karena bumi mampu memberikan kepada mereka yang merawat dan melindunginya.
Sifat pengasih dan pelindung seringkali dikonstruksi sebagai sifat alam yang mana kedua sifat ini identik dengan sifat-sifat feminim. Menurut Karen J, Warren (dalam Arivia 2006, hlm. 381), hal ini tidak mengherankan mengingat masyarakat dibentuk oleh suatu sistem nilai, kepercayaan, pendidikan dan tingkah laku. Bentukan ini berangkat dari suatu kerangka kerja patriarki yang melakukan justifikasi terhadap hubungan dominasi, subordinasi, penindasan terhadap perempuan oleh laki-laki.
Patriarki memandang perempuan sebagai sumber daya untuk dieksploitasi dan dihancurkan. Kapitalisme memandang mereka sebagai komoditas yang tidak dapat diandalkan yang dapat digunakan untuk keuntungan. Solusi dari krisis ekologis dijanjikan oleh ekofeminisme, yang menarik kekuatannya dari komitmen untuk menghargai hak lingkungan dan mengamankan keseimbangan ekologis. Ketika membuat keputusan yang dapat mempengaruhi banyak orang, ekofeminis memperhitungkan nilai-nilai tradisional wanita, seperti kecintaan pada alam. Ekofeminisme adalah gerakan sosial yang peduli dengan etika lingkungan. Sebuah gerakan ekofeminis muncul untuk memuaskan keprihatinan yang didorong oleh perempuan tentang perlindungan lingkungan.
Pengertian Ekofeminisme
Istilah “ekofeminisme” diciptakan dari dua kata “ekologi” dan “feminisme,”. Keduanya berasal dari kata Yunani “oikos” yang berarti “rumah” dalam bahasa Yunani. Didalamnya terdapat semua makhluk hidup di bumi seperti manusia, hewan, tumbuhan, tanah, air, udara, dan sinar matahari. Ekologi adalah studi tentang hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam pengertian lain ekologi merupakan studi tentang saling ketergantungan makhluk hidup dan lingkungan. Sehingga menimbulkan hubungan yang saling menguntungkan dan pengembangan ekosistem.
Feminisme muncul sebagai solusi atas masalah ketidaksetaraan gender, diskriminasi, seksisme, dan kekerasan terhadap perempuan. Aktivis hak-hak perempuan dan pencinta lingkungan memiliki tujuan yang saling melengkapi. Keduanya ingin menumbuhkan pandangan dunia yang tidak didasarkan pada struktur kekuasaan patriarki dan dominan. Ada hubungan yang kuat antara dominasi laki-laki dan degradasi lingkungan.
Karen J. Waren mendefinisikan gerakan ini sebagai “prinsip-prinsip dasar, prinsip-prinsip panduan, dan penerapan praktisnya oleh komunitas perempuan dalam menanggapi masalah lingkungan,”. Fokusnya pada pengakuan pentingnya kesetaraan gender dan pengelolaan lingkungan. Ekofeminisme adalah gerakan sosial yang peduli dengan etika lingkungan. Memang benar bahwa gerakan ini dimulai sebagai upaya untuk melindungi lingkungan dengan memusatkan perempuan. Akan tetapi untuk benar-benar melindungi planet ini, setiap orang harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang perlunya merawat diri mereka sendiri.
Pengetahuan adalah subjek tabu dalam gerakan ekofeminis. Hal-hal sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan produk ramah lingkungan, tidak merusak habitat alami, dan tidak terlibat dalam bentuk pengembangan lahan yang tidak jujur yang semuanya merupakan bagian dari pemahaman menyeluruh tentang lingkungan dan pentingnya dalam kehidupan sehari-hari adalah tempat yang baik untuk memulai ketika menumbuhkan kesadaran lingkungan.
Sejarah Perkembangan Ekofeminisme
Ekofeminisme merupakan gerakan yang berangkat dari pemahaman bahwa kaum perempuan dan alam mendapat penindasan dan eksploitasi oleh patriarki. Gerakan ini muncul akibat resahnya kaum perempuan terhadap patriarki yang semena-mena memperlakukan alam yang dapat berdampak negatif bagu sekitar. Pada tahun 1974 istilah Ekofeminisme pertama kali dicetuskan oleh Francoise d’Eaubonne dalam bukunya Feminisme ou la Mort (Feminisme atau Kematian). Itulah awal istilah ekofeminisme diperkenalkan, sekitar tahun 1980-an. Istilah ini menjadi populer pada saat munculnya berbagai aksi atau protes menentang pengrusakan lingkungan dan bencana alam. Francoise d’Eaubonne (1974) menerangkan bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara penindasan terhadap perempuan dan alam yang dapat dilihat secara kultural, ekonomi, sosial, dan politik.
Nilai-nilai yang menjadi pusat gerakan ini berada pada persimpangan antara isu-isu perempuan dengan masalah lingkungan. Upaya dilakukan oleh ekofeminisme untuk mengkritik prinsip-prinsip kontemporer lainnya, seperti antroposentrisme (keyakinan bahwa manusia memiliki status superior terhadap makhluk lain) dan androssentrisme (keyakinan bahwa laki-laki memiliki status superior terhadap perempuan di sebagian besar bidang kehidupan).
Tujuan utama ekofeminisme adalah untuk mengembalikan tanaman hijau ke bumi. Sehingga semua penduduk dapat hidup dalam kenyamanan. Selain itu, manusia dalam bertindak menjadi satu kesatuan yang berkomitmen untuk melindungi lingkungan mereka. Munculnya istilah “ekofeminisme” mewakili gerakan teoretis dan politik yang tumbuh dari ikatan lama antara perempuan dan dunia alami.
Tipologi Aliran Ekofeminisme
Meskipun ekofeminisme setuju bahwa hubungan antara perempuan dengan alam adalah penyebab utama seksisme dan naturisme, mereka tidak bersepakat dalam hal apakah hubungan perempuan dengan alam, pada dasarnya, bersifat biologis dan psikologis, ataukah, pada dasarnya, bersifat sosial dan kultural. Mereka juga tidak sepakat mengenai hal apakah perempuan harus menghilangkan, menekankan, atau membentuk kembali hubungannya dengan alam. Pada titik inilah, sama halnya dengan beragamnya aliran feminisme sendiri, muncul pula beragam aliran ekofeminisme. Menurut Rosemarie Putnam Tong ada beberapa aliran dalam ekofeminisme sebagai berikut :
1. Ekofeminisme Alam
Beranggapan bahwa perempuan adalah unit dari alam sebagai makhluk ekologis yang istimewa. Aliran ini berasumsi bahwa perempuan memiliki sikap kepedulian, seperti merawat, menjaga, mengasuh, dan sebagian lainnya dimana hal tersebut dapat ditanamkan sebagai wujud pelestarian lingkungan.
2. Ekofeminisme Spiritual
Aliran ini memfokuskan untuk penyembahan terhadap dewi-dewi kuno dan ritual. Ekofeminisme spiritual percaya bahwa tubuh perempuan dan alam adalah hal yang sakral, dengan menggunakan peran perempuan “ibu pertiwi” dan “ibu kelahiran” maka peran perempuan dan alam akan lebih menguntungkan daripada hubungan laki-laki dan alam.
3. Ekofeminisme Sosial-Konstruksionis
Ekofeminisme ini menjelaskan bahwa perempuan meminimalkan hubungannya dengan alam yang diatur secara sosial dan ideologis sehingga posisi perempuan selalu di bawah laki-laki sama halnya alam di bawah budaya. Tokoh dari ekofeminisme ini adalah Dorothy Dinnerstein dan Karen J.Warren. Menurut Dorothy pembagian kelompok atau kelas di dalam segala aspek harus dimusnahkan, sebagai bentuk untuk mengakhiri penindasan terhadap semua orang baik laki-laki ataupun perempuan serta alam yang selama ini tidak dihargai. Pembagian kelompok antara perempuan dan laki-laki harus ditata dan dibenahi kembali agar tidak mengarah pada kebencian terhadap tanah air sebagai sumber kehidupan.
4. Ekofeminisme Sosial-Transformatif
Aliran ini mempertegas bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai peran yang sama dalam penjagaan dan pelestarian lingkungan. Menurut Shiva dan Mies (keduanya tokoh ekofeminisme sosial-transformatif) meyakini bahwa ada kesamaan bagi perempuan untuk dapat memberikan motivasi kepada perempuan lainnya agar selalu bekerja sama melawan sistem patriarki yang dapat mengancam kehidupan perempuan dan kelestarian alam. Ekofeminisme ini memberikan kesempatan untuk laki-laki dan perempuan untuk selalu bekerja sama dalam menjaga alam. Kesetaraan gender ini diwujudkan dalam menjaga alam serta dapat mengurangi sistem kapitalis-patriarki yang terjadi saat ini.
Kesimpulan
Ekofeminisme merupakan gerakan sosial yang berhubungan dengan etika lingkungan. Gerakan ekofeminsme ini berkembang untuk menjawab mengenai hal-hal penyelamatan lingkungan yang rusak dengan menggunakan peran sentral perempuan dan mengupayakan kesadaran dalam diri setiap individu akan pentingnya lingkungan bagi makhluk hidup. Kesadaran merupakan hal yang menjadi dasar dalam suatu gerakan ekofeminsme. Dalam arti sebuah perubahan menuju ke hal baik tentunya harus ada kesadaran dari dalam diri setiap individu perempuan dan laki-laki untuk menjaga dan memperbaiki lingkungan sekitar.
Red: Saipul Haq