MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh: Syifa’ Ma’ruf (Peserta Sekolah Da’i DPD IMM DIY)
Secara sosiologis, karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakteristik masyarakat agraris karena perbedaan karakteristik sumber daya yang dihadapi. Masyarakat agraris yang direpresentasikan oleh kaum tani menghadapi sumber daya yang terkontrol, yakni pengelolaan lahan untuk produksi suatu komoditas dengan hasil yang relatif bisa diprediksi. Sifat produksi yang demikian memungkinkan tetapnya lokasi produksi. Ini menyebabkan mobilitas usaha yang relatif rendah dan elemen risiko pun tidak besar. Namun, karakteristik tersebut berbeda sekali dengan nelayan. Nelayan menghadapi sumber daya yang hingga saat ini masih bersifat akses terbuka (open access).
Hal penting yang perlu dipahami sebelum membahas karakteristik sosial masyarakat pesisir, khususnya kaum nelayan, adalah tentang konsep masyarakat itu sendiri. Horton et al (1991) mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri yang hidup bersama-sama cukup lama, mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tertentu.
Ketika membicarakan masyarakat pesisir, ada baiknya menempatkan sebagai bagian dari kesinambungan peradaban sebagaimana diungkapkan Redfield bahwa terdapat empat (4) tipe komunitas, yaitu city (kota), town (kota kecil), peasant village (desa petani), dan trible village (desa terisolasi) dengan setiap komunitas tersebut memiliki karakteristik kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
Ciri-ciri umum dari kehidupan nelayan adalah rendahnya tingkat sosial-ekonomi. Kehidupan mereka setara dengan pekerja migran atau setara dengan petani kecil. Jika dihubungkan dengan kelompok petani, nelayan (nelayan buruh, nelayan kecil atau nelayan tradisional) dikelompokkan menjadi kelompok lapisan sosial paling miskin. Umumnya petani memiliki pekerjaan sambilan sebagai penghasilan tambahan ketika tiba musim paceklik. Untuk mengisi waktu luang, petani bekerja sambilan seperti membuat kerajinan, beternak, dan pekerjaan non-pertanian lainnya.
Faktor-faktor yang bersifat kompleks menyebabkan kemiskinan di kalangan nelayan. Lebih spesifik lagi, Kusnadi menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita oleh masyarakat nelayan bersumber dari faktor-faktor sebagai berikut: (1) faktor alamiah, yakni berkaitan dengan fluktuasi musim-musim penangkapan dan struktur alamiah sumber daya ekonomi; (2) faktor non-alamiah, yakni berhubungan dengan keterbatasan daya jangkau teknologi penangkapan, ketimpangan dalam sistem bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial tenaga kerja yang pasti, lemahnya penguasaan jaringan pemasaran dan belum berfungsinya lembaga koperasi nelayan yang ada serta dampak negatif kebijakan modernisasi perikanan yang telah berlangsung sejak seperempat abad terakhir.
Dengan kata lain, faktor kemiskinan di kalangan nelayan dapat disebabkan oleh faktor internal meliputi keterbatasan akses di bidang pendidikan dan teknologi modern, serta tidak memiliki modal yang cukup untuk mengembangkan usaha perikanannya. Selain itu, faktor lainnya adalah faktor eksternal yaitu terbatasnya potensi sumber daya laut yang bisa dimanfaatkan nelayan, persaingan yang intensif, mekanisme pasar, posisi tawar nelayan yang dihadapi tengkulak, keadaan infrastruktur pelabuhan perikanan, dan yuridiksi otonomi adalah beban yang mempersulit keadaan kemiskinan nelayan tradisional.
Peran IMM
Berbagai persoalan tersebut mengindikasikan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan dan pengentasan kemiskinan khususnya nelayan di pesisir pantai membutuhkan kerja sama serta dukungan dari berbagai elemen masyarakat termasuk dalam hal ini peran dakwah Muhammadiyah dan IMM. Sehingga Islam rahmatan lil ‘alamin mampu dirasakan oleh semua golongan, yang mampu mengintegrasikan perpaduan antara agama dan dunia, ibadah dan muamalah, aqidah dan syariah, sehingga dalam konteks ini ekonomi tidak hanya dibatasi pada sudut pandang materi atau untung-rugi, tetapi ditekankan pada sudut pandang keadilan dan pemerataan.
Islam memberikan kesempatan yang luas dalam memakmurkan bumi dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Hal ini berkaitan dengan peran manusia sebagai wakil Tuhan demikian juga dengan penciptaan alam dan seluruh isinya untuk kepentingan manusia. Karena itu, dibutuhkan kader- kader yang tidak hanya cerdas secara kognitif saja, akan tetapi juga mau terjun langsung untuk memberdayakan masyarakat di pesisir.
Dasar gerakan Muhammadiyah adalah Surat An-Nisa : 9, dengan menganjurkan agar umat muslim tidak meninggalkan keturunanmu dalam keadaan lemah dan terbelakang, baik secara jasmani maupun rohani. Selain itu, Surat Al-Ma’un yang kerap diidentikkan dengan Muhammadiyah. Di dalam surat ini Allah memerintahkan kita agar memperhatikan orang miskin.
Kita patut menjiwai Surat Al-Ma’un ini, sehingga mampu menghadirkan Islam yang peduli, sekaligus melanjutkan perjuangan pendiri Muhammadiyah, K.H Ahmad Dahlan. Maka dari itu Muhammadiyah dan IMM tidak boleh kehilangan kepekaan dengan melihat kondisi saat ini, serta harus mampu merumuskan Islam berkemajuan sehingga mampu lebih responsif, relevan dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
Beberapa langkah strategis yang setidaknya dapat diambil, antara lain: pertama, kesadaran mahasiswa untuk menyampaikan suara masyarakat dan meminta kepada pemerintah sebagai pemilik otoritas untuk bijak dan transparan dalam menangani fenomena kemiskinan di pesisir pantai. Kedua, peran mahasiswa sebagai agent of social control yang diharapkan mampu menjadi pengontrol kehidupan sosial pada masyarakat dengan cara memberikan kritik, saran, serta solusi untuk setiap permasalahan sosial masyarakat maupun permasalahan bangsa.
Ketiga, sebagai mahasiswa yang selalu ingin membawa perubahan, selalu bersinergi, berpikir kritis, dengan kerelaan dan keikhlasan untuk menjadi pelopor, penyampai aspirasi (baik kepada pemerintah maupun publik), dan menjadi pelayan masyarakat. Maka perlu jika mahasiswa mengambil perannya dan meminta kepada pemerintah untuk memberikan stimulus bagi rumah tangga nelayan. Dan yang terakhir, pemerintah perlu membuat terobosan dengan biaya rendah untuk semua layanan publik bagi seluruh masyarakat, khususnya memperlebar akses bagi para nelayan di pesisir pantai.
Red: Saipul Haq