MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh Muh Akmal Ahsan, Ketua Umum DPD IMM DIY
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari ulasan dari IMMawan Hasnan Nahar (Ketua DPD IMM DIY Periode 2018-2021) sebagaimana ia ulas di laman Muhammadiyah.Or.Id beberapa tahun silam. Menurut penulis, perlu mengembangkan tulisan ini dengan menimbang bahwa hari ini terjadi degradasi akhlak berorganisasi di tubuh IMM.
IMMawan Hasnan Nahar menyampaikan setidaknya empat etos/akhlak berorgansiasi yang seharusnya dimiliki utamanya di dalam organsiasi IMM: pertama, tidak merasa paling benar. Sikap terbuka ini ditandai dengan kehendak untuk menjadikan kader yang lain sebagai teman berdiskusi, terbuka dengan perbedaan pendapat. Kedua, terbuka dengan semua orang, tidak mengunggulkan diri dan kelompok-kelompok kecil di dalam organsiasi. Ketiga, mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Sikap ini perlu untuk meminimalisir kemungkinan seseorang menjadikan organisasi sebagai batu loncatan untuk mewujudkan ambisi pribadi. Keempat, tidak bersikap one man show, bergerak sendiri untuk diri sendiri. Akhlak, dalam logika sederhana Mas Hasnan bukan saja ihwal cara memperlakukan orang lain (outsider), namun juga tentang cara memperlaukan diri sendiri (insider).
Relevansi Kekinian
Nilai-nilai ideal sebagaimana telah dirumuskan Mas Hasnan bukan saja bisa menjadi basis orientasi, tetapi bisa diletakkan sebagai basis metode kritik untuk menilai perilaku kader IMM saat ini.
Pertama, sikap merasa paling benar tidak jarang menjadi kebiasaan individu kader bahkan menjadi kebudayaan kolektif dalam organisasi. Dalam kritik agama, perilaku semacam ini disebut ghuluw, ekstrem. Sikap merasa diri paling benar berakibat pada kebiasaan kita menghukumi dan menghakimi orang lain, dalam situasi paling buruk, sikap merasa paling benar bisa menjadikan diri kita memaksakan kehendak dan menegasikan pendapat orang lain yang bisa saja lebih benar.
Dalam laku sehari-hari, sikap egois, merasa paling benar itu ditunjukkan dengan mendominasi pembicaraan dan selalu merendahkan orang lain, selalu tampil demi meraup pujian, gemar memprovokasi kawan untuk menghancurkan lawan. Dapat ditebak dampaknya, perilaku seperti ini akan menjadi biang bagi banyak masalah internal organisasi.
Kedua, terbuka terhadap perbedaan pendapat. Perilaku ini sukar, utamanya dalam organisasi yang berkebudayaan buruk, gemar mengutuk orang lain, menghindari perdebatan rasional dan menguatamakan reaksi emosional. Jadilah organsiasi berkubang dalam perdebatan kontraproduktif, alih-alih dialog yang berorientasi pada pemecahan masalah.
Ketiga, sikap mendahulukan kepentingan organisasi di atas kepentingan diri sendiri. Laku mulia seperti ini kerap diabaikan para kader, hal ini bertambah parah dengan watak sosial masyarakat sekarang yang bergerak ke arah individualisme. Kepedulian sosial sesama kader merosot, seiring dengan itu organisasi dijadikan batu loncatan untuk keuntungan pribadi, bersikap opportunis dan aji mumpung.
Keempat, sikap one man show. Sikap ini ditunjukkan dengan pelibatan seorang diri dari perencanaan awal hingga akhir dari organisasi. Akibatnya, partisipasi dan demokrasi dalam organisasi merosot. Pada saat yang sama yang diunggulkan adalah diri sendiri. Perilaku seperti ini banyak dipraktikkan oleh pucuk pimpinan organisasi IMM. Sikap organisasi yang one man show sesungguhnya bertentangan dengan nilai dasar kepemimpinan IMM yang berdiri di atas prinsip kolektif kolegial.
Praktik Akhlak Berorganisasi
Praktik akhlak berorganisasi sesungguhnya membutuhkan sikap mental, moral dan intelektual yang dewasa. Ulasan IMMawan Hasnan Nahar adalah nilai-nilai dasar (Basic Values) yang bisa dijadikan rujukan untuk membentuk perilaku (behavioral values).
Dengan berangkat pada rumusan masalah tersebut, saat ini para kader IMM harus melakukan pembenahan, di mulai dari diri sendiri (ibda bii nafsik) yang akan berpengaruh pada kebudayaan organisasi. Para kader IMM, utamanya yang ada di dalam kepemimpinan harus membangun sikap terbuka terhadap semua pendapat, tidak bersikap ghuluw, berlebihan.
Seiring dengan itu, sebagai kader yang berada dalam satu rumpun organisasi, perlu mengembangkan team work, alih alih membangun sikap one man show. Ini tentu ditopang oleh kematangan sistem organisasi, pembagian fungsi dan kerja yang merata. Seraya itu, kebudayaan mementingkan kemasalahatan organisasi harus terus diimplementasikan dalam laku hidup para kader. Hindari sikap oportunis dan aji mumpung, membajak organisasi demi kepentingan diri sendiri.