sumber: Majelis Rasulullah SAW
Ahli ilmu qiraat Imam Syatibi dikenal berkat salah satu karya monumental dengan melahirkan Syathibiyyah, julukan bagi syair-syair yang telah dilahirkannya dan terdapat materi-materi qiraat sabah, baik mengenai Ushul al-Qiraat (kaidah-kaidah bacaan) atau Farsy al-Huruf (bacaan khusus pada surah-surah Alquran yang tidak tunduk pada satu kaidah tertentu).
Sebenarnya, Syahthibiyyah ini memiliki nama lengkap yang diberikan oleh Imam Syatibi adalah Hirz al-Amani wa Wajh at-Tahani, yang memiliki arti merengkuh cita-cita dengan wajah ceria.
Penamaan tersebut memiliki tujuan agar pembaca mempunyai kesan bahwa qasidah ini dibikin dan disusun sebaik-baiknya.
Selain itu, karya yang sangat monumental dan masyhur serta menjadi rujukan bagi para ulama ahli qiraat sesudahnya ini juga memiliki sarat akan makna dalam redaksi yang padat agar bisa merengkuh cita-cita dengan menampilkan wajah-wajah yang ceria sebagai pertanda mereka menyukai qasidah ini.
Imam Syatibi Menyusun Syatibhiyyah ini dengan memakai Bahar Thawil atau irama syair yang setiap baitnya mengikuti wazan. Pada irama Thawil ini, sering jug digunakan oleh penyair Jahili yang sangat kondang seperti Imri’il Qais. Hal itu dikarenakan iramanya yang panjang, sehingga penyusun bisa memadatkan isi dan satu bait dengan leluasa.
Selain itu, qasidah ini juga dinamakan Lamiyyah, karena setiap akhir baitnya pasti berakhir dengan huruf Lam. Syathibiyyah ini memuat 1.173 bait sebagaimana dinyatakan Imam Syatibi dalam bait ke-1.161.
Menurut Ibnu al-Jazari, karya yang ditulis oleh Imam Syatibi ini telah dimulainya sejak Beliau berada di Andalusia (Spanyol) dengan menuliskan 45 bait. Kemudiaan, bait-bait berikutnya, diteruskan saat menjadi guru besar di Madrasah Al-Fadhliyyah, Kairo, Mesir.
Meski begitu, belum ada informasi mengenai berapa lama Imam Syatibi merampungkan karya monumentalnya tersebut. Tetapi, banyak yang menilai bahwa karya tersebut diselesaikan dengan waktu yang tidak begitu lama.
(Sadam Al-Ghifari)