MADRASAHDIGITAL.CO- Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan dalam berpikir. Lebih jelasnya, Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berpikir, sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari kesalahan cara berpikir. Manusia sebagai makhluk yang berpikir tidak akan lepas dari kegiatan berpikir. Namun, saat berpikir, manusia seringkali dipengaruhi oleh berbagai tendensi, emosi, subyektifitas dan lainnya sehingga ia tidak dapat berpikir jernih, logis dan obyektif.
Kita sudah begitu sering berpikir. Rasa-rasanya berpikir begitu mudah. Semenjak kecil kita sudah biasa melakukannya. Setiap hari kita berdialog dengan diri kita sendiri, berdialog dengan orang lain, berbicara, menulis, membaca suatu uraian dan lain-lain. Namun apabila diselidiki lebih lanjut, terutama jika harus dipraktikkan secara sungguh-sungguh ternyata berpikir dengan teliti dan tepat merupakan kegiatan yang cukup sulit dilakukan. Keinsafan akan adanya kesulitan-kesulitan mendorong seseorang untuk memikirkan cara ia berpikir, dan meneliti asas-asas hukumnya yang harus mengatur pemikiran manusia untuk dapat mencapai kebenaran, sehingga kemudian memunculkan suatu ilmu yang disebut logika.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dunia Islam tidak terlepas dari pemikiran-pemikiran para filsuf muslim klasik seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibn Rusy, Ibnu Thufail, Al Ghazali, Ar Razi dan lain-lain. Abu Abdillah Muhammad ibn Umar ibn al-Husain ibn al-Hasan ibn ‘Ali, yang dikenal dengan nama gelar Fakhruddin Ar-Razi atau secara ringkas al-Fakhr ar-Razi, ia adalah seorang ensiklopedis yang mendalami, menguasai dan menulis karya-karya dalam bidang tafsir, kalam, fiqh, ushul fiqh, logika dan filsafat. Salah satu diantara karya-karya besarnya dalam ilmu logika adalah kitab Mantiq al-Mulakhos. Tema logika dalam penjelasan ar-Razi tidak sebanyak penjelasan para ahli teori seperti Farabi, Ibn Sina dan Ibn Zeyle. Uraian kali ini membahas bagaimana memahami logika (mantiq) secara sederhana dan logika berpikir filsafat dalam konteks keilmuan Islam yang disampaikan oleh Fakhruddin ar-Razi.
Profil Fakhruddin Ar-Razi
Fakhrudin Ar-Razi (554-606 H/1150-1210 M) bernama asli Muhammad bin Umar bin Hasan bin Husain at-Taimi al-Bakri. Dia seorang imam ahli tafsir; orang yang paling cemerlang pada masanya, baik di bidang logika (al-ma’qul), teks agama (al-manqul), maupun ilmu-ilmu kuno. Dia bernasabkan suku Quraisy dan berasal dari Tabaistan, Iran. lahir di kota Ray yang menjadi nisbah namanya. Berkenaan dengan kata “ar-Razi”, ar-Razi adalah bentuk nisbah kepada kota Ray (Rey) yang
menjadi tempat kelahirannya pada tahun 554 H. Ar-Razi juga memiliki banyak syair dalam bahasa Arab dan Persia, karena dia memang sangat menguasai kedua bahasa ini.
Ar-Razi lebih sering tinggal dan mengajar di Khawarizm. Kemudian ia menetap di Herat yang saat ini termasuk wilayah Afghanistan. Ar-Razi wafat tahun 606 H. Berkenaan dengan ar-Razi, Ibnu Khalikan menuturkan, “Dia orang terhebat dimasanya, dia mengungguli semua ulama yang hidup sezaman dengannya dalam ilmu kalam dan logika. Dia memiliki banyak karya tulis yang sangat bermanfaat di berbagai bidang ilmu.”(Razi:2015)
Kitab Mantiq Al-Mulakhos
Di dalam kitab Mantiq al-Mulakhos, ar-Razi ingin menguraikan beberapa hal mengenai logikanya, seperti pengertian tasawur, tashdiq dan macam-macam dilalah. Sama seperti ilmu mantiq lainnya, hanya saja mantiq Ar-Razi ada sedikit perbedaan. Ar-Razi lebih dahulu menjelaskan pengertian tasawur dan tashdiq.
a.Tasawur (konsepsi)
Memahami sesuatu tanpa mengenakan (meletakkan) suatu (sifat) yang lain kepadanya ataupun hakikat-hakikat arti dari lafadz yang mufradz, seperti memahami kata, manusia, kerbau, gunung, dsb. Tasawur juga diartikan dengan mengetahui hakikat-hakikat objek tunggal dengan tidak menyertakan penetapan kepadanya atau meniadakan penetapan dirinya.
Tasawur asli meliputi 3 bentuk : pertama, bentuk Makna Mufrad, seperti; Manusia, kayu, batu, besi, dan lain-lain. Kedua, Bentuk Murrakab Idhafah, seperti: Kebun Binatang, kembang sepatu, dan lain-lain. Ketiga, Bentuk sifat-sifat Murrakab, seperti; hewan yang berfikir, Muhammad yang berakal, dan lain-lain.(Djalil:2012)
b.Tashdiq
Tashdiq yaitu memahami atau mengetahui kenyataan kenisbatan, hubungan antara dua kata, ada atau tidak ada kenyataan itu, seperti pemahaman bahwa air laut asin, langit tidak dibawah kita. Misalnya lagi ketika kita memahami Husein sebagaimana adanya, tanpa menetapkan sesuatu yang lain kepadanya maka ilmu mengenai Husein itu masih dalam tahap tasawur. Tetapi ketika seseorang mengatakan Husein sakit berarti kita memahaminya dengan menetapkan (meletakkan) sifat sakit pada Husein, maka pemahaman tersebut sudah berpindah dari tasawur kepada tashdiq.
Untuk dapat sampai pada tashdiq (memahami nisbat) harus lebih dahulu tasawur (memahami atau menemukan arti mufrad), jadi tasawur harus ditemukan terlebih dahulu.Pemahaman terhadap tasawur ini sebagai dasar pemahaman terhadap tashdiq jika pemahaman terhadap lafazh (tasawur) benar, maka pemahaman (temuan pikiran) terhadap tashdiq juga benar atau mendekati benar. Perumpamaan lain yakni, kalimat “Zaid berdiri” mengandung empat tasawur, yaitu gambaran pikiran (tasawur) mengenai Zaid, mengenai berdiri, mengenai nisbah (hubungan) antara zaid dan berdiri, kemudian yang terakhir gambaran pikiran mengenai wujud atau terjadinya nisbah, gambaran pikiran yang terakhir dinamakan tashdiq.
Pengertian Dilalah dalam Mantiq Ar-Razi
Menurut Ar-Razi dilalah adalah lafadz yang mempunyai batas (Muqayyad) Contohnya adalah air, yang sebelum dibatasi
adalah umum (mutlak) tapi air yang sudah dicampur dengan sesuatu seperti teh maka air itu bukan mutlak tetapi lawan dari mutlak yaitu muqayyad dibatasi artinya air tersebut sudah berubah menjadi air yang berwujud rasa atau air teh. Teh tersebut adalah pembatasnya (muqayyad). Dilalah ada tiga bentuk. Pertama menunjukkan makna yang sempurna (dilalah Muthabaqah) menjelaskan makna secara spesifik. Kedua menunjukan Makna yang bertingkat (Dilalah tadhomun) artinya menunjukan banyak arti dalam suatu objek. Ketiga makna yang menunjukan sesuatu (dilalah Iltijam) yang pasti dalam pikiran yang sudah tergambar dalam perspektif.(Razi:2002)
Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan dalam berpikir. Lebih jelasnya, Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berpikir. Dalam mantiq Fakhruddin Ar-Razi lebih membahas secara umum bagaimana cara berfikir dan bernalar yang benar. Dan Ar-Razi menguraikan beberapa hal tentang logika nya. Seperti pengertian tasawur, tashdiq dan macam-macam dilalah. Sama seperti ilmu mantiq lainnya hanya saja ada sedikit perbedaaan.
Red: Amin Azis