Pengajaran Al-Qur’an yang dilakukan tahun 1990-an, menimbulkan bekas mendalam pada sosok yang berada di belakang sampul buku Iqra’. Sosok tersebut sangat fenomenal, bahkan menjadi meme di beberapa akun media sosial. Para pengguna sosial media menceritakan sosok tersebutlah yang selalu terbayang-bayang saat melihat buku Iqra’.
Sosok yang berada di belakang sampul buku Iqra’ digambarkan sebagai seorang laki-laki yang membawa tongkat lengkap dengan kaca mata. Kemudian perawakannya sedikit kurus dan memakai peci serta jas berwarna hitam. Benar, dialah sang penemu metode Iqra’ yang hingga kini banyak diajarkan kepada anak-anak untuk mempelajari Al-Qur’an. Metode yang digunakan beliau tidak hanya tersohor di Indonesia, lebih luas lagi, Brunei Darussalam, Malaysia dan Singapura juga mengadopsi metode Iqra’ sebagai salah satu metode baca Al-Qur’an.
Beliau bernama KH. As’ad Humam. Dilahirkan di Selokraman, Kotagede, Yogyakarta pada tahun 1933. Kata Human pada belakang namanya, merupakan kata rujukan pada orang tuanya, berprofesi sebagai pedagang yang cukup sukses di Pasar Bringharjo Yogyakarta. Sebagai seseorang yang membawa pengaruh besar, KH. As’ad Humam memiliki keluasan pandangan yang berasal dari sikap keterbukaan dalam metode belajar.
Meskipun begitu, studi yang dilakukan oleh KH. As’ad Humam tidak berjalan lancar. Dicatat oleh Mitsuo Nakamura bahwa KH. As’ad Humam menempuh pendidikan di SD Muhammadiyah Kleco, SMP Negeri di Ngawi, dan SMA di Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Naas, saat kelas 2 SMA, beliau mengalami pengapuran tulang belakang yang diakibatkan oleh peristiwa jatuh dari pohon. Kejadian tersebut, membuat beliau harus melakukan perawatan selama setengah tahun.
Maka tampaklah beliau seperti di cover buku Iqro’ dengan memakai tongkat karena leher beliau tidak bisa digerakkan, dan ketika berjalan harus menggunakan tongkat. Meskipun begitu, kecelakaan tersebut tidak mempengaruhi semangatnya untuk belajar. Tercatat dalam sejarah, KH. As’ad Humam pernah melakukan pembelajaran di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak.
Historitas Penemuan Metode Iqra’
Metode Iqra’ ditemukan oleh KH. As’ad Humam karena keinginan beliau untuk menyempurnakan metode Qiroati karya Kiai Dahlan Salim Zarkasyi. Saat itu, metode Qiroati telah tersebar luas, terutama di TK Alquran Mujawwidin Semarang yang menjadi pusat penyebaran metode Qiroati. Di Yogyakarta, KH. As’ad Humam juga mengajarkannya kepada anak-anak, dan muncul keinginan untuk menyempurnakan metode tersebut agar anak-anak bisa membaca Al-Qur’an dengan waktu yang lebih cepat.
Pada akhirnya, KH. As’ad Humam berusaha menemukan metode baru di pohon jambu sebelah rumahnya. Setelah lama melakukan berbagai macam studi dan diskusi, akhirnya KH. As’ad Humam berhasil menemukan metode yang dianggap lebih cepat mengantarkan anak pada penguasaan ilmu membaca Al-Qur’an. Penemuan metode Iqra’ tidak terlepas dari pegiat Muhammadiyah lain yang ikut menyumbangkan gagasan, diantaranya Jazir Asp yang kini dikenal sebagai sosok penting di Masjid Jogokarian Yogyakarta.
Meskipun begitu, penemuan metode Iqra’ ini sempat memunculkan kesalahpahaman diantara KH. As’ad Humam dengan Kiai Dahlan Salim Zarkasyi. Kesalahpahaman tersebut muncul dikarenakan adanya beda pendapat dalam pengajaran metode baca Al-Qur’an. Pada akhirnya, Departemen Agama melalui Usep Fathudin melakukan mediasi pada kedua belah pihak, yang tidak lain maksud dari keduanya, sama-sama ingin menjadikan anak-anak lebih cepat menguasai ilmu baca Al-Qur’an.
Awal penyebarluasan metode Iqra’ dimunculkan melalui beberapa lembaga pendidikan agama, seperti Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Berkisar di umur 4-12 tahun, kedua lembaga pendidikan tersebut dianggap paling potensial untuk mengajarkan metode Iqra’. Karena di usia itu, tingkat kefokusan anak-anak sedang naik, begitu juga dengan tingkat penasaran mereka. Sehingga bisa ditebak, metode Iqra’ mulai dikonsumsi oleh warga sekitar, bahkan mulai menyebar ke berbagai daerah.
KH. As’ad Humam tidak sendiri, beliau dibantu banyak orang yang tergabung dalam Tim Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushola (AMM) Yogyakarta untuk bersama-sama mengajarkan metode Iqra’. Usaha yang sangat keras dari mereka akhirnya membuahkan hasil. Banyak anak-anak yang terbantu dengan metode pengajaran yang mudah dan efektif. Bahkan sampai puncaknya, metode Iqra’ juga digunakan di beberapa negara, seperti Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
Kelebihan Metode Iqra’
Metode Iqra’ dirancang oleh KH. As’ad Humam dengan memperhatikan 10 aspek, yaitu variatif, komunikatif, fleksibel, menggunakan modul, asistensi, praktis, sistematis, keaktifan anak, menggunakan bacaan langsung, dan bisa diajarkan secara privat. Pembagian 10 aspek tersebut, terdapat dalam setiap jilid dari keseluruhan 6 jilid yang ada dalam metode Iqra’. Tentunya ini akan memudahkan anak.
Pada prinsipnya, metode Iqra’ menggunakan sistem suku kata yang dianggap lebih mudah diingat oleh anak. Kata-kata seperti “a-ba, ba-ta, ta-tsa” memiliki konotasi sederhana sehingga ketika dilakukan pembacaan berulang, otomatis bisa diingat oleh anak. Kemudian pada jilid selanjutnya, digunakan kalimat-kalimat pendek, dan apabila telah menguasai, dilanjutkan dengan kalimat-kalimat yang lebih panjang. Ada juga ayat-ayat Al-Qur’an yang dimasukkan dalam metode Iqra’ yang dapat membantu anak mengenal Al-Qur’an sekaligus membantu penghafalan Al-Qur’an itu sendiri.
Menarik untuk dicermati, bagian cover dari jilid Iqra’ yang berjumlah total 6 jilid, dilengkapi dengan cover berwarna-warni. Hal ini dilakukan agar lebih menarik perhatian anak dan memancing semangat mereka untuk belajar membaca Al-Qur’an. Setiap detail dari metode Iqra’ dimanfaatkan sebagai suatu bentuk kelebihan yang tujuan akhirnya ingin mewujudkan generasi pembaca Al-Qur’an secara cepat.
Tercatat kurang lebih 160 ribu TPA dan TPQ saat ini mengadopsi metode Iqra’ sebagai metode baca Al-Qur’an. Tidak hanya di kalangan Muhammadiyah saja, bahkan lebih luas metode Iqra’ telah diakui oleh Menteri Agama dan disebarkan luas secara nasioanal ke seluruh wilayah. Maka tidak kaget apabila metode Iqra’ sangat terkenal dan dapat ditemukan dengan mudah jilid-jilidnya di berbagai lembaga pendidikan Islam.
Red: Amin Azis