MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Esti Permata Jofi, Guru Bimbingan dan Konseling di SMK Plus Pelita Nusantara Cibinong (Bogor)
Assalammualaikum, namaku adalah Esti Permata Jofi. Aku anak pertama dari dua bersaudara, Saat ini kesibukanku adalah sebagai pendidik yaitu guru Bimbingan dan Konseling. Disalah satu sekolah swasta derah Bogor. Aku akan menceritakan kisah tentang adik kandungku satu-satunya yang bernama Rega Aparta Jofi. Ya, His name is Rega Aparta Jofi. Keren kan Namanya? Berikut arti nama Rega Aparta Jofi. “Re” Diambil dari tangga nada kedua setelah Do adalah Re, karna ia anak kedua. “Ga” yaitu generasi. “Aparta” adalah anak Pariaman Tarusan (Nama daerah kelahiran mama dan papaku tepatnya di Provinsi Sumatra Barat). “Jofi” diambil dari nama kedua orang tuaku yaitu ibu Afidriani, dan pak Joni Alwis. Kini Rega Aparta Jofi lebih dikenal dengan panggilan Jofi.
Usia Jofi saat ini adalah 21 tahun, Jofi lahir pada tanggal 23 Juni 1999. Alhamdulillah saat itu, Jofi lahir selamat dengan kondisi fisik yang normal dan sehat, sama seperti bayi pada umumnya. Memasuki usia 1 tahun jofi sudah pandai mengatakan “Mama dan Papa”. Pada usia tersebut pula Jofi dapat berdiri dan berjalan, walaupun masih sedikit sempoyongan. Giginya sudah tumbuh 2 di bawah, dan 2 diatas. Sungguh, saat itu sangat cepat pertumbuhan fisik Jofi. Pertumbuhan fisik yang cepat membuat jofi sangat aktif melakukan aktifitas seperti memainkan alat musik mainan, merangkak jauh ke arah pagar didepan rumah bolak-balik secara berulang-ulang. Melakukan perihal seperti duduk dan berdiri di tempat secara berulang-ulang.
Jofi sangat aktif di usia 1 tahun sampai kekhawatiran kedua orangtuaku adalah Jofi mengalami gejala Hiperaktif. Pemikiran tersebut bukanlah spontan, namun terjadi karena sedang semaraknya gejala hiperaktif yang di alami oleh generasi saat itu. Kedua orangtuaku berinisiatif konsultasi menemui dokter untuk di cek semua kondisi fisik dan psikis Jofi. Alhamdulillah Jofi tidak seperti apa yang dicemaskan oleh keduaorangtuaku. Dokter justru mengatakan Jofi adalah tipe anak yang cerdas memiliki keinginan yang tinggi, rasa ingin tahunya tinggi sehingga mengakibatkan ia seperti hiperaktif padahal tidak.
Perbedaan usiaku dengan jofi adalah enam tahun. Terkadang aku membantu mengasuh Jofi setiap pulang sekolah. Sungguh menggemaskan adikku ini ciri-ciri Jofi ketika ia bayi adalah kulit putih mulus kalau bahasa sekarang seperti memakai skin care, imut, pipi kenyal, rambut hitam tegak. Jika tersenyum alisnya naik sebelah, bentuk alisnya sudah terbentuk rapi, seperti oppa-oppa Korea (Oppa, penyebutan kakak laki-laki dalam Bahasa Korea), sebut saja Lee Min Ho.
Banyak fans Jofi dari kaum hawa. Mulai anak kecil sampai ibu-ibu menyukai paras Jofi. Jika Jofi sudah merangkak jauh ke luar pagar depan rumahku, ibu-ibu komplek antre melihat parasnya. Wah, kalau dipikir-pikir adikku ini caper juga ya. Terkadang aku dibuat lelah oleh Jofi karna harus mengejarnya kedepan rumah. Mengingat jarak dari pintu rumah sampai teras depan pagar, aku merasakan cukup jauh. Aku seperti diajak berolahraga setiap harinya.
Tak lama kemudian, Jofi diberi ujian sakit demam oleh Allah. Awalnya, demam biasa yang tak kunjung sembuh. Sebelum sampai rumah, sepulang dari tempat kerja. Papa teringat anak bungsunya yaitu Jofi, menyukai donat. Sebelum sampai rumah papa membelikan Aku dan Jofi donat. Usut punya usut sebelum memakan donat, ada yang memberikan Jofi untuk minum air es. Hal tersebut membuat kedua orang tuaku merasakan penyesalan, karena setelah memakan donat tak lama kemudian Jofi mengalami sakit demam tinggi (step). Papa dan Mama merasa kurangnya wawasan mereka menangani anak ketika mengalami demam. Semua panik, Mama langsung menggendong Jofi.
Mama memasukkan jari dan sendok ke dalam mulut Jofi, untuk menahan rasa sakit Jofi. Hasil dari kecemasan atau rasa panik mama, papa, dan aku. Kami melarikan Jofi ke rumah sakit dalam keadaan kejang-kejang. Penanganan dari rumah sakit, Jofi langsung di beri infus. Tiba-tiba saja Jofi drop, mengalami penurunan yang sangat drastis. Jofi benar-benar hanya bisa berbaring dan menangis kesakitan. Otak belakangnya menciut, sehingga sampai saat ini Jofi sulit untuk berbicara dengan sempurna. Tangannya sering otomatis naik setengah lengan, dan kaki tidak dapat berdiri tegak. Efek dari kejang-kejang yang di alaminya.
Semenjak step itu rasanya kebahagiaan keluargaku di uji untuk belajar sabar, ikhlas dan saling menguatkan prinsip “Allah Maha Penyayang”. Aku dan keluarga selalu membawa Jofi pulang pergi ke rumah sakit yaitu daerah Jakarta-Bogor. Membawa Jofi terapi di Rumah Sakit Cipto untuk melatih sensorik motoriknya.
Kami secara bergantian menemani Jofi terapi. Menggunakan kendaraan umum naik bis miniarta dan bajaj. Aku membantu mama membawa tas perlengkapan Jofi dari baju ganti, susu, gendongan, dan makanan ringan seperti biskuit dan perbekalan untuk menghemat biaya perjalanan kami. Mengingat saat itu kondisi ekonomi kami masih pas-pasan. Mama khusus menggendong Jofi, dan aku selalu memegang pinggiran baju mama atau kain gendongan Jofi, karna pemikiranku saat itu daerah Jakarta rawan penculikan anak.
Aku tidak ingin diculik oleh orang-orang jahat saat Mama fokus menggendong Jofi. Walaupun saat itu badanku berbobot lebih, dan sepertinya tidak mungkin ada orang jahat yang kuat menggendongku. Tetap saja aku cemas diculik dan hilang. Setelah ada bapak-bapak yang menggoda Mama di bus sekejap rasa cemasku berubah menjadi lebih khawatir lagi. Mama yang akan diculik oleh bapak tersebut. Tapi, alhamdulillah kami selalu dilindungi Allah. Sampai tujuan dengan selamat.
Sekitar setahun Jofi menjalani terapi di rumah sakit, Alhamdulillah ada sedikit peningkatan pada perkembangan Jofi. Jantungnya sempat lemah. Ada bunyi barang jatuh sedikit Jofi langsung kaget dan lemas, lalu perlahan sudah mulai kuat, yang sebelumnya tidak dapat duduk. Sudah mulai duduk dan perlahan-lahan berdiri lagi untuk bangkit. Lidahnya dilatih untuk menyebutkan benda-benda, sudah mulai bisa namun masih belum sempurna.
Kawan Papa dan Mama mengusulkan Jofi ikut terapi pijit tradisional. Ternyata ada anak lain yang mengalami kehidupan seperti Jofi, ia bisa sembuh karena hal tersebut. Kemudian Mama dan Papa tidak ingin diam di satu tempat mereka mencoba ke alternatif pijit/urut tradisional khusus untuk penyembuhan anak-anak seperti Jofi. Hingga kami sekeluarga menjelajah ke daerah-daerah sejawa barat demi kesembuhan Jofi. Pada tempat pijit yang pertama Jofi menjerit kesakitan. Kami sungguh tak tega mendengar jeritannya. Padahal kalau kami yang melihat sepertinya belum diapa-apakan oleh terapis tersebut. Kakinya baru di pegang sedikit langsung menjerit hingga terdengar keluar.
Papa tidak kuat sehingga mencari terapis tempat pijit yang lain. Sampai setiap ada informasi alternatif urut Papa dan Mama tidak berhenti mencoba demi kesembuhan Jofi. Finnaly Jofi bertemu dengan terapis yang tepat ia sudah tidak menjerit lagi saat di pijit. Jika melihat perkembangannya dari tempat pijit yang satu ke lainnya. Satu persatu Allah sembuhkan organ-organ yang ada di dalam tubuhnya.
Alhamdulillah, mulai dropnya jofi dari jantung yang lemah, tidak dapat duduk, tidak dapat berjalan. Sekarang sudah bisa berlari, bahkan membantu aku dalam pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci piring, menjelang maghrib ia otomatis menutup semua jendela dan pintu rumah. Ia sudah mulai mandiri. Makan, mandi, merawat diri. Tetapi ada satu hal yang belum. Gaya berbicara Jofi masih seperti anak balita. Ia sulit berbicara dengan jelas. Aku tetap bersyukur karna Jofi sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik. Ia mengerti apa yang aku bicarakan. Baik berupa ajakan, perintah dan nasihat.
Adikku Rega Aparta Jofi tidak pernah pudar ketampanannya dan imutnya. Menggemaskan kalau ia sudah berbicara dan bersikap. Di usianya yang kini 21 tahun cara bicara Jofi masih sama seperti anak kecil yang manja, namun penurut jika aku meminta tolong untuk suatu pekerjaan. Saat-saat malas ketika ia merasa lelah pasti ada, namun itu adalah hal yang wajar.
Jofi menjadi hiburanku saat aku sedang galau. Aku mengajak Jofi berbincang. Terkadang sebagai seorang kakak timbul sifat isengku, yaitu membuat Jofi geram karna siaran TV favoritnya diganti, seperti Ultraman dan Upin Ipin. Kini Jofi mengalah karna ada nenek di rumah. Nenek suka menonton drama Indonesia yang ada lirik lagunya “Ku Menangis…”
Alhasil, kini Jofi menyukai film singkat tersebut. Lebih marah lagi ketika aku iseng mengganti Channel tersebut. Ia langsung berteriak. Jofi sulit untuk mengungkapkan isi hatinya dengan berbicara. Oleh sebab itu Jofi mengungkapkan dengan gerakan tubuhnya. Terkadang ia hampir saja memukulku dengan benda disekitarnya. Keberaniannya pula yang membuatku kini menahan diri untuk tidak berlebihan saat bercanda. Badannya kini sudah tinggi besar, Aku sudah tidak bisa menahan badannya lagi Ketika Jofi bereaksi seperti bergulat.
Tak pernah terbayangkan olehku. Sekarang Jofi kuliah di Vokasi IPB khusus ABK (anak berkebutuhan khusus) atau anak-anak Inklusi. Jofi belajar Bertani dan beternak disana. Jofi adalah energi kekuatanku, motivasiku sampai akhir hayat. Berkat Jofi kini aku menjadi seorang pendidik bagian konselor. Mempelajari ilmu-ilmu psikologi juga.
Jofi adalah jackpot bagiku dan keluarga ia adalah hadiah terindah dalam hidupku. Tanpa Jofi mungkin aku sudah menjadi wanita yang sombong, angkuh, dan melupakan keluargaku. Berkat jofi aku semakin ingin membahagiakan keluargaku. Allah sayang kepada keluargaku. Aku tidak menjadi anak tunggal perempuan. Jika terjadi mungkin aku akan menjadi anak yang manja. Setiap hal minta dipenuhi oleh kedua orangtua.
Teringat dalam surah ar-Rad ayat 11: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Aku berharap cerita ini dapat memotivasi siapa pun pembacanya. Semoga terbuka pintu hatinya ketika di beri ujian hidup oleh Allah. Dapat tegar menghadapi. Ikhlas dengan bersyukur kepada Allah. Husnuzan terhadap Allah telah menyiapkan tempat untuk di akhirat nanti. Dunia ini fana banyak ujian yang datang. Allah tidak menginginkan kita manja pada setiap hal. Allah menginginkan manusia kuat, beriman dan berakhlak. Sebab, kado yang akan diberikan pun akan bernilai mahal nantinya bahkan tidak ternilai harganya.
Masya Allah. Sangat menginspirasi💞💞
tetap semangat ya kak, di tunggu karya selanjutnya 🙂