MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Amir Mujahid, Seorang Bapak Paruh Waktu di SMP Muhammadiyah 4 Jakarta
Akhir-akhir ini aku begitu bingung, banyak sekali bisik-bisik yang berdengung pada dinding tetangga, di kolong meja makan, di bilik kakus, bahkan di roda kereta sayur Kang Asep. Kabar burungnya rakyat akan diberi nanah sapi yang terkena teluh ke dalam tubuhnya! Tentu semuanya menolak, kabarnya jika sampai nanah itu masuk ketubuh rakyat, maka satu jam pertama kita akan kejang-kejang, dua jam selanjutnya tubuh akan menjadi seperti termos yang didalamnya panas namun diluar akan terasa sedingin Es.
Maka pada pertengahan malam kala bulan di ubun-ubun saat itu pula ekor sapi akan tumbuh dari bokong, mengerikan! Yang lebih mengerikan adalah ketika secara perlahan katanya rakyat yang telah dimasukan nanah sapi akan berubah menjadi sapi! Aku masih tidak yakin dengan kabar itu namun aku ngeri jika itu benar terjadi, bagaimana mungkin manusia bisa berubah menjadi sapi.
Hih, mengerikan! Akhirnya mereka yang berbisik-bisik sepakat untuk mengajukan keberatan ke Residen, dalam benak mereka semua berdemo di depan keresidenan berbaris dengan rapi sambil membawa parang dan cangkul, walaupun hanya sebatas angan, setidaknya mereka bisa menyampaikan pendapat mereka walau hanya dalam pikiran, karena pemerintah sudah tentu tidak akan bisa memenjarakan pikiran! Di benak mereka, semuanya terus berteriak walau hanya sunyi senyap karena ngeri kalau suara mereka keluar bisa-bisa ketulah didapat.
Seminggu telah berlalu, bisik-bisik berdengung kembali pada dinding tetangga, dikolong meja makan, di bilik kakus, bahkan diroda kereta sayur kang Asep. Bisik–bisik ini agaknya melegakan masyarakat yang sedang gundah, ternyata orang yang akan mencicipi nanah sapi hanya mereka orang-orang yang terkena teluh, mereka yang diseluruh ditubuhnya muncul bintik-bintik bernanah dan mereka yang satu hunian dengan mereka, hih!
Untung abah dan ambu tidak terkena teluh, bisa jadi mengerikan. Aku belum mau menjadi sapi, menjadi sapi itu mengerikan, mereka hanya makan dan makan, setelah perutnya terisi mereka bersantai dikubangan atau terlelap di balik pepohonan, hih! Tidak seperti manusia! Aku tidak mau menjadi sapi, aku hanya cocok menjadi manusia, bahkan saat terakhir aku mencoba ingin menjadi ikan, baru saja 1 menit aku menyelam dadaku merasa sesak, kata ambu aku tidak cocok hidup di air.
Namun walau begitu kasihan sekali mereka yang menjadi korban teluh sapi, aku tak tega, bahkan kang dadang di ambil paksa oleh pasukan residen, Kang Dadang yang terkena teluh dirumahnya hanya bisa terdiam ketika diangkut oleh pasukan residen. Untung kang Dadang hanya sebatang kara! Tapi sebetulnya aku agak lega karena tak jadi bagian dari mereka yang harus berubah menjadi sapi. Namun untuk apa pemerintah menjadikan manusia menjadi sapi? Bukan kah sapi di Buitenzorg ini sudah banyak?
Bahkan jika tuan residen ingin memakan sapi sampai perutnya seperti sapi. Atau mengadakan selamatan mengundang seluruh warga di keresidenan ini, sapi disini lebih dari cukup untuk memuaskan perut-perut yang busung dengan tubuh yang kurus itu. Aku tidak mengerti orang-orang besar memang berbeda. Tidak sama seperti kami yang kecil, hih. Mengerikan!
Tiba-tiba kegemparana terjadi lagi, Kang Dadang yang di ambil untuk menerima nanah sapi dia berjalan ke kampung dengan gagah kembali, namun yang mengherankan tak ada bagian tubuhnya yang berubah menjadi sapi, aku pikir tadinya ketika orang-orang heboh dengan pulangnya kang Dadang, dia akan berubah menjadi setengah sapi, karena orang-orang masih mengenali dia.
Namun ternyata yang berubah dari Kang Dadang hanya tubuhnya yang dipenuhin teluh sudah menghilang, dan yang tersisa bintik-bintik hitam yang ada pada sekujur tubuhnya, semua orang langsung menggeruduk rumahnya, dia yang sebatang kara ini tidak henti-hentinya mendapatkan tamu, bahkan anak-anak saling berebut melihat dari sela bilik, ada juga yang berani dan masuk kedalam, ada yang hanya melihat dari jauh termasuk aku.
Dari tempat yang agak berjauhan namun tetap bisa melihat dan mendengar kang Dadang aku memperhatikan, jangan-jangan tubuhnya tidak berubah menjadi sapi, tapi suaranya, dan tingkahnya berubah! Namun setelah aku perhatikan tidak ada yang seperti sapi, bahkan dia tidak memakan rumput seperti sapi, dia makan singkong rebus yang dibawa oleh tetangganya.
Kata kang Dadang “aku diambil dan dibawa keruangan terbuka, hatiku berdebar, namun tubuhku terlalu lemah untuk mengeluh, ditengah- tengah ruangan mereka yang di ambil oleh residen dikumpulkan, untuk mendapatkan nanah sapi, aku sudah pasrah dan siap menerima takdirku walau harus menjadi sapi. Tapi ternyata itu bukanlah untuk mengubah aku menjadi sapi, tapi untuk melawan teluh pada tubuhku! Kata mereka teluh pada nanah sapi lebih hebat dari pada teluh yang ada pada tubuhku, sampai akhirnya aku bisa sembuh kembali seperti saat ini, dan kata mereka teluh ini bernama cacar begitu” semua hanya termangut-mangut mendengar penjelasan kang Dadang
Pada akhirnya aku merasa takjub, sekaligus ngeri ternyata di dunia ini, teluh manusia bisa dikalahkan dengan teluh sapi! Mungkin kabar orang akan berubah menjadi sapi, karena orang-orang merasa takut. Lain kali, aku tak boleh takut jika ada bisik-bisik. Mungkin lebih baik aku mencari tau, siapa tahu itu seperti teluh sapi yang baik.