Madrasah Digital
  • Berita
    • Rilis
    • Komunitas
    • Surat Pembaca
  • Gaya Hidup
    • Tips
    • Hobi
    • Life Hack
  • Wawasan
    • Analisis
    • Wacana
    • Tadarus Tokoh
    • Resensi
    • Bahasa
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Esai Sastra
  • Ruang Madrasah
    • Materi Pelajaran
    • Online Learning
    • Ruang Konsultasi
Friday, February 26, 2021
Register
No Result
View All Result
  • Berita
    • Rilis
    • Komunitas
    • Surat Pembaca
  • Gaya Hidup
    • Tips
    • Hobi
    • Life Hack
  • Wawasan
    • Analisis
    • Wacana
    • Tadarus Tokoh
    • Resensi
    • Bahasa
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Esai Sastra
  • Ruang Madrasah
    • Materi Pelajaran
    • Online Learning
    • Ruang Konsultasi
No Result
View All Result
Madrasah Digital
No Result
View All Result
Home Sastra

Cerpen: Luka yang Indah

admin by admin
November 13, 2020
in Sastra
13 min read
1
Bunga (Tribunnews)

Bunga (Tribunnews)

176
SHARES
587
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

MADRASAHDIGITAL.CO – Oleh: Esti Permata Jofi

“Orang gila…”

Baca Juga

Miftahul Hidayat

Spanduk

February 2, 2021
Ilustrasi/Sumber Gambar: https://id.pinterest.com/pin/722264858965178911/

Puisi: Wanita Luar Biasa

February 1, 2021
Amir Mujahid

Cerpen: Perkara Teluh Sapi yang Mengubah Jadi Sapi

January 30, 2021

“Orang gila…”

Begitulah teriakan bocah kompleka yang masih imut-imut namun menyebalkan. 

Sebut saja Yarnah. Wanita usia remaja yang menjalani hidupnya dengan memulung. Rambut kusut, wajah kusam, aroma tubuh yang bercampur dengan sampah. Tak tentu apa yang dikonsumsi olehnya, bagi Yarnah perut terisi, dahaga hilang, merupakan kepuasan dalam hidupnya. 

Yarnah mengalami depresi ringan. Ia mengalami depresi di usia 16 tahun. Gejala yang dialami berhalusinasi, mudah tersulut amarah, berbicara sendiri, bahkan terkadang berbicara dengan hewan salah satunya adalah kucing. (Warning: setelah membaca keterangan ini. Jangan sampai pembaca merasakan hal yang sama atau membandingkan dengan orang-orang disekitarnya. Aku menjelaskan seperti ini karna mempelajari sisi kejiwaan Yarnah, dan aku mempelajari gejala tersebut sewaktu kuliah prodi Bimbingan dan Konseling). 

Yarnah setiap harinya mengorek-ngorek sampah didepan rumah warga, yaitu di daerah tempat tinggalku. Usiaku saat itu 5 tahun. Teman-temanku yang sepantaran denganku membully Yarnah dengan berteriak “Orang gila…, Orang gila…”. Setiap ada tanda-tanda Yarnah akan datang mengelilingi daerah kompleks, teman-temanku segera berkumpul yaitu menunggu di depan gang untuk membully Yarnah. Entah mereka kurang aktivitas, atau memang mencari kesenangan yang tidak berfaedah. Mereka selalu membully Yarnah, ketika ia sudah mulai tersulut emosi untuk melempar batu, dengan tertawa terbahak-bahak anak-anak itu lari dengan cepat seperti bermain-main dengannya.

Aku sebagai anak kecil yang penakut. Setiap Yarnah melewati gang depan rumah, aku segera berlari masuk kedalam rumah. Masuk ke kamar orangtuaku dan mengintip dibalik jendela. Wajahku seketika pucat, gemetar, dan takut melihat Yarnah, namun rasa penasaran tetap ada. Aku penasaran dengan apa yang sedang dilakukannya. 

Yarnah mengalami depresi, sementara aku mengalami trauma, karna takut melihat wajahnya jika sedang marah saat di bully oleh teman-teman. Kejadian tersebut berlangsung sampai aku bersekolah kelas 6 SD. Setelah beberapa tahun kabar Yarnah mulai surut, ternyata ia sudah jarang mengelilingi daerah tempat tinggalku. 

Aku fokus kepada perjalanan karierku. Aku berkuliah di UHAMKA (Universitas Prof DR Hamka) lokasi kampusku di Jakarta Timur, program studi Bimbingan dan Konseling, dan aku tinggal di asrama kampus. Seminggu sekali atau bahkan dua minggu sekali aku pulang ke rumah. Saat itu dosenku memberikan tugas kepada mahasiswa nya untuk melakukan observasi, sekaligus terapi berupa konseling pribadi kepada orang yang mengalami depresi ringan.

Hal tersebut merupakan tantangan terbesar dalam hidupku. Aku mencoba menjadi relawan di salah satu rumah sakit jiwa daerah Bogor, namun ternyata banyak prosedur yang harus di penuhi. Akhirnya pamanku mengusulkan untuk memberi terapi kepada tetangga di dekat rumahnya. Akhirnya Aku bersedia atas usulan paman.

Pembelajaran dan tantangan tersebut ku jalani. Awalnya aku sangat siap setelah paman ceritakan tentang individu yang akan ku terapi. Paman menceritakan individu yang akan aku hadapi adalah seorang ibu yang bekerja sebagai pemulung, dan merawat anaknya yang sedang mengalami sakit luka koreng bertahun-tahun. Sesuai dengan kriteria yang di tugaskan oleh dosenku. 

Aku berinisiatif untuk berkunjung ke rumah individu tersebut melalui salah satu saudaranya yang tinggal di sekitar sana. Alasanku berkunjung ingin menjenguk anaknya yang sakit. Walaupun aku belum mengetahui wajahnya seperti apa, tetapi aku sempatkan seminggu sekali pulang kerumah dan megunjungi individu tersebut. 

Waktu pertama kali aku datang ketempat tersebut, aku sangat terkejut! Bahkan hampir tidak berkutik. Aku terkejut ternyata individu yang akan aku terapi adalah Yarnah. Dalam hatiku berbicara jika orang ini yang aku hadapi, maka aku harus terlebih dahulu menerapi diriku sendiri untuk tidak takut. Selama beberapa menit aku mencoba menarik napas, sebisa mungkin aku memposisikan diri dengan profesional.

Aku seolah-olah tidak tampak gugup dan takut, namun tetap saja tanganku tidak dapat bersandiwara. Tanganku tetap berkeringat, wajahku sedikit pucat. Untung saja bibi dari Yarnah pandai menetralisir keadaan. Sepertinya ia tahu aku terkejut. Bibi pun mengajak aku untuk berkomunikasi dengan Yarnah dan Yarnih (anak kandung Yarnah berusia 12 tahun).

Alhamdulillah, sepertinya Allah menginginkan aku untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, untuk tidak berprasangka buruk kepada ciptaan-Nya. Pertemuan pertamaku dengan Yarnah berjalan dengan baik. Berikut percakapan SKSD (sok kenal sok deket) ku dengan Yarnah.

“Assalammu’alaikum teteh, Apa kabar? Gimana kabar Yarnih Teh?” tanyaku.

Dengan lembut Yarnah menjawab, “Alhamdulillah teteh, Begini aja, tiduran terus Yarnih nya, gak bisa ngapa-ngapain.” 

“Makasih teteh udah mau jengukin Yarnih, jarang-jarang orang mau nengokin Yarnih karna korengan kayak gini, rata-rata pada takut nular penyakitnya. Memangnya teteh gak takut?” sahutr Yarnih menyambut senyum rintihku.

Permulaan ini sungguh membuatku seperti diusap lembut oleh Yarnih. Seketika rasa takutku hilang total dan menahan haru. 

“Ngapain takut Yarnih kita sama-sama manusia, teteh juga pernah sakit kok. Inshaa Allah bisa sembuh,” kataku sambil berusaha menghibur Yarnih. 

Maha Besar Allah yang membolak-balikkan hati manusia. Awalnya aku takut dengan Yarnah. Seketika Allah rubah hatiku yang lemah ini menjadi kasihan kepadanya. Bibi Yarnah sempat berpikir aku takut karna melihat koreng disekujur tubuh Yarnih, padahal bukan hal itu yang membuatku terkejut. Aku merasa bersalah, karna sebelumnya takut kepada Yarnah. Aku semakin tulus ingin membantu mereka, diluar tugas kuliahku. Pertemuan pertama ini memotivasiku untuk membantu dengan ikhlas.

Teman-teman yang dulu membully Yarnah pun sudah menjadi dewasa awal. Mereka tidak membully Yarnah lagi melainkan bergosip. Mereka menceritakan kepadaku bahwa Yarnah diperkosa oleh tukang ojek. Akhirnya lahirlah Yarnih. Sebelumnya aku pun sempat bingung, mengapa Yarnah bisa memiliki anak kandung, bahkan ia belum pernah menikah. Aku melanjutkan observasiku dengan mewawancarai saudara Yarnah.

Hasil penyelidikanku benar yang diperbincangkan oleh teman-teman, bahwa Yarnah memiliki anak karna di perkosa beberapa kali oleh tukang ojek. Sebelum diperkosa, aku mendapat informasi tambahan bahwa Yarnah sebelumnya sudah mengalami depresi saat remaja. Penyebabnya adalah stres ditinggal meninggal oleh kedua orangtua nya. Yarnah mengalami depresi karna tidak ada yang mengerti pikiran dan perasaannya. 

Tindakan awal yang baik saat menghadapi anak remaja yang stres di tinggal oleh kedua orang tua adalah dirangkul oleh orang sekitar yaitu saudaranya. Bukan di diamkan berjalan sendiri tidak tentu arah kemana. Yarnah di biarkan pergi sendirian tanpa tujuan untuk menghilangkan stresnya. Tidak ada pendengar setia yang mendengarkan curahan hatinya, apalagi nasihat keagamaan. 

Pertemuan kedua, aku mencoba memperdalam informasi dari sumbernya langsung yaitu berkomunikasi dengan Yarnah.

“Teteh maaf mau tanya, ayahnya Yarnih kemana teh?” tanyaku.

Yarnah pun menjawab dengan sangat lancar dan panjang, “Gak tau itu kadang datang kadang enggak. Bapaknya berubah-rubah. Pertama datang terus ngilang. Saya di tinggal di kebun, gak balik-balik. Terus datang lagi tapi beda muka. Terus alasannya mau ketemu cewek yang satu lagi. Abis itu ngilang. Terus ada lagi bawa makanan buat saya, diajak jalan-jalan. Terus tiba-tiba ngilang lagi. Sampai Yarnih udah lahir ditengokin sebentar, terus cerita-cerita dia udah punya istri di tempat lain. Jadinya dia balik lagi ke istrinya yang satu lagi, saya di tinggal. Sampai terakhir saya suka takut di amuk-amukin bapaknya suka minum-minum, mabok. Akhirnya saya lari saya berantem dan gak balik-balik lagi.”

Aku menyimak sambil memahami bahasa Yarnah, dan menganalisa yang diceritakan olehnya. Setelah mendapat cerita tersebut dan sudah mewawancarai bibinya, aku segera berdiskusi kepada dosenku mengenai alur cerita yang dibicarakan Yarnah serta informasi dari bibinya. Hasil diskusi dan analisa kami, Yarnah telah diperlakukan tidak baik (diperkosa) oleh orang tersebut sebanyak lima kali, atau beberapa kali dengan pria yang berbeda-beda. Yarnah tidak merasakan lagi sakit yang dideritanya, karena dengan mudah ia menceritakan semuanya tanpa beban. Kemungkinan karna penyakit depresi ini ada efek kepada saraf Yarnah, sehingga ia tidak lagi merasakan dilecehkan oleh orang tersebut. Perasaanku campur aduk, rasanya aku yang mendendam kepada laki-laki yang diceritakan olehnya. 

Aku menanyakan kepada dosen mengenai terapi yang harus aku terapkan kepada Yarnah. Aku menanyakan kepada dosen ku, apakah diperbolehkan membantu Yarnah dari segi materi, namun dosen ku menjelaskan kepada kami (semua mahasiswa yang sedang melakukan terapi). Tidak boleh memberikan harapan yang bersifat ketergantungan, salah satunya materi. Tujuan terapi yang diberikan adalah menjadikan konseli (orang yang diberi konseling), untuk dapat mandiri menjalani hidupnya seperti manusia pada umumnya. Lebih tepatnya lagi dengan istilah memanusiakan manusia. Kembali kepada konsep awal dimana hakikat dasar manusia yaitu untuk menghargai dirinya. Menjalani hidup yaitu harus mampu memenuhi tugas-tugas perkembangannya minimal sesuai dengan rentang usia yang dimilikinya. 

Catatanku saat perkuliahan konseling individu depresi ringan seperti berikut:

  1. Membuat konseli nyaman (perhatian tidak berlebihan atau sewajarnya).
  2. Menyadarkan kembali tujuan manusia diberi kehidupan yaitu dengan menyelesaikan kewajiban sebagai manusia (mengajarkan konseli menjaga kebersihan, merawat diri, menghargai diri sendiri dan orang lain)
  3. Mengajak konseli untuk dapat menyelesaikan masalah dalam hidup sesuai kemampuan bahkan lebih.
  4. Menanamkan nilai-nilai ibadah dan memperkenalkan aturan-aturan yang harus di jalankan dalam hidup sesuai aturan agama. 

***

Pertemuan demi pertemuan aku coba terapkan hal-hal yang disarankan oleh dosenku. Tahap demi tahap dilalui. Hal-hal menghibur yang membuat diriku tertawa tentu saja ada selama aku memberi konseling kepada Yarnah. Sambil memberi konseling kepada nya, aku pun memberikan sedikit bantuan untuk merawat Yarnih. Berikut percakapanku dengan mereka.

“Assalammu’alaikum, apa kabar teteh, gimana kabar Yarnih?” kataku.

“Masih gini teh, liat itu nanahnya keluar terus,” jawab Yarnih, sedikit resah.

“Udah pernah di bawa ke rumah sakit belum teh?” timpalku.

“Udah waktu itu ke puskesmas, terus dikasih obat ini,” kata Yarnah sambil menunjukkan obat ctm dan demam kepadaku. 

Ternyata, resep yang diberikan dokter hanya penghilang rasa gatal dan demamnya saja. Tidak diberi obat untuk membersihkan luka-lukanya. Yarnah dapat ke puskesmas pun dapat bantuan dari pak RT dan warga sekitar. Aku mendapat informasi dari bibi Yarnah, bahwa putrinya sempat rawat inap di rumah sakit, namun Yarnah tidak sabar membawa Yarnih pulang ke rumah. Sampai menjerit dan menangis seperti anak kecil, maka dari itu Yarnih tidak mendapat penanganan khusus untuk kesembuhannya, karna Yarnah tidak bisa pisah dengan putri semata wayangnya. 

Kuperhatikan satu persatu kondisi tempat tinggal dan kondisi fisik mereka. Kuku Yarnih dan Yarnah sudah sangat Panjang, kain kumuh menumpuk disekitarnya. Rumah mereka adalah rumah sepetak yang mungkin bagi sebagian orang sudah tidak layak untuk di tempati. Tidak ada fentilasi sama sekali, Rumah tersebut hanya memiliki satu pintu dan bak mandi yang hanya tersekat oleh papan. Sangat miris, namun aku salut mereka masih bisa bertahan hidup dengan keadaan seperti itu. 

Yarnah suka sekali dengan kucing dan ayam. Bahkan seringkali terlihat ia berkomunikasi dengan binatang kesayangannya tersebut. Aku melihat ada kucing, lehernya diikat dengan tali rapia kemudian di sangkutkan tali tersebut ke kursi plastik yang ada di rumahnya. Kucing itu adalah kucing liar yang dibawa Yarnah untuk di rawat serta untuk menemani dirinya. 

“Teteh ini kucing siapa?” tanyaku.

“Kucing teteh, bagus kan?” jawab Yarnah.

“Kenapa di iket? leher kucingnya liat tu teh udah kayak keselek kucingnya, kayak sesak nafas,” lanjutku menimpali.

“Oh, iya udah laper kali ya, yaudah ini teteh kasih biskut aja,” ujar Yarnah sambil lalu meletakkan biskuitnya jauh dari tempat kucing itu diikat.

“Ya ampun teteh, kasian itu kucingnya malah gak bisa makan, kayaknya kucingnya bilang lepasin talinya aku gak bisa makan,” ujarku.

Tiba-tiba Yarnih menegur ibunya, “Iya ini ibu ada-ada aja dari kemarin kucingnya kayak kelaperan, buka aja bu tali rapianya kasian itu kucingnya.”

Sambil ngedumel membuka tali rapia, Yarnah menjawab, “Iya ini kucingnya kabur-kaburan terus sih makanya ibu iket, biar gak kemana-mana. Soalnya tiap ibu keluar kucingnya malah kemana-mana.”

Aku spontan aku tertawa terbahak-bahak.

“Hahaha, Teteh kan kucingnya juga bosen didalam rumah terus teteh, biarin dia main sesekali, ya cing,” kataaku mengajak bercanda mereka.

Pertemuan berikutnya aku mengajarkan Yarnah agar dapat merawat dirinya, dan merawat Yarnih. 

“Teteh itu kain yang di keranjang kain apa teh?” tanyaku.

“Kain campur-campur ada baju dikasih orang sama baju saya,” jawab Yarnah.

Sesekali Yarnah mengabaikanku, ia sibuk dengan imajinasinya berkomunikasi dengan kucing, atau anak zaman sekarang mengistilahkan suka halu.

“Wah udah adzan maghrib teh, teteh ada mukena?” kataku.

“Ada tapi kotor teh, kalau yang bersih pinjem ke tetangga dulu ya…” jawab Yarnah.

Alhamdulillah, ternyata Yarnah menyadari bahwa mukena yang dimilikinya kumuh, tidak baik untuk dipakai shalat. Sampai-sampai ia hampir beranjak untuk meminjam mukena ke tetangga sebelah atau pak RT, namun aku menahannya. 

“Teteh punteun, kan teteh tau mukenanya kurang bersih, besok dicuci ya mukenanya biar khusyuk sholatnya. Kan buat ngedoain Yarnih juga biar bisa cepet sembuh. Kita minta sama Allah buat di angkat penyakit Yarnih. Biar gak tiduran terus bisa jalan-jalan keluar liat pemandangan bagus disekitar,” kataku sedikit hati-hati.

Mereka fokus mendengarkan dengan tulus nasihat dariku. Ia sedikit malu setelah sadar bahwa rumahnya sudah lama tidak dibersihkan. 

“Teteh ada gunting kuku gak?” ujarku.

“Gak ada,” jawab Yarnah.

“Teteh mau Yarnih sembuh?” tanyaku lagi.

Yarnah menjawab dengan singkat, “Iya mau”

“Okey, besok cari gunting kuku ya teh, boleh pinjem ke saudara atau siapa aja, biar besok kuku Yarnih di potong soalnya udah panjang banget. Aku belajar juga dari pak dokter dan bu dokter. Itu penyebab koreng Yarnih lama sembuh, terus Yarnih kalau mandi gimana kan gak bisa duduk apalagi diri?, kalau lagi haid gimana?” timpalku

“Iya teh, Yarnih tiduran aja, gak kemana-mana kadang di bantu bersihin kain sama bibi atau sama ibu,” jawabnya.

“Kalau lagi gak haid, shalat gak?” tanyaku lagi.

Yarnih hanya tersenyum lirih, “Yarnih gak hafal teh bacaan shalat,” katanya.

Aku pun menanyakan hal yang sama kepada Yarnah, “Teh Yarnah hafal bacaan sholat?”

Yarnah menjawab, “Iya hafal yang 3 kul,” (Maksud Yarnah adalah surah Al-Ikhlas Al-Falaq dan An-Nas).

“Tapi yang lainnya lupa, makanya suka sholat ke mushala,” katanya melanjutkan.

“Iya, tapi ibu jarang ke mushola,” jawab Yarnah.

“Gak apa-apa teteh dan Yarnih masih bisa, Coba yuk kita baca sama-sama surat 3 kulnya,” aku mengingatkan kembali tata cara sholat dan berwudhu.

Aku melanjutkan, “Yarnih kan gak lagi haid, bisa wudhu?”

Yarnih dan Yarnah serempak bertanya “Gimana caranya teh?”

“Allah itu Maha Penyayang gak mempersulit hambanya, caranya teteh ambil air, baskom, dan kain atau handuk,” aku mengajarkan tahapan wudhu untuk orang yang sedang sakit dalam keadaan berbaring.

Sebelum pulang ke rumah, aku mengajak Yarnah untuk membersihkan koreng di sekujur tubuh Yarnih dengan memasak air dan kain lap. Yarnah segera menyiapkan air dan menyalakan kompor. Beberapa menit kemudian.

Aku bertanya, “Teteh masak air?”

“Enggak,” jawab Yarnah singkat.

“Itu kompor nyala kayaknya ada air udah mendidih deh teh?” kataku.

“Wah nyala sendiri itu kompornya?” ujarnya.

Karena dalam terapi aku harus mengikuti roleplay Yarnih, maka aku menjawab, “Wah iya hebat bisa nyala sendiri kompornya, besok-besok kalau nyala sendiri kompornya segera matikan ya teteh biar rumahnya kebakaran. Yarnih juga ingetin ya…” 

Sebetulnya aku sedikit cemas jika mereka hanya berdua di rumah.

Pertemuanku dengan mereka memang jarang, kadang seminggu sekali atau dua minggu sekali, namun setiap pertemuan dengan mereka pasti selalu berkesan. Pamanku juga memperhatikan mereka setiap harinya. Aku terkadang menghubungi paman untuk mengetahui perkembangan mereka, alhamdulillah berjalan dengan baik sesuai harapanku. Paman mengabarkan bahwa setelah aku berkunjung ke rumah Yarnah, yaitu mengajarkan mereka untuk sholat dan menjaga kebersihan, Keesokan harinya Yarnah sibuk mencuci kain-kain dan menjemurnya serta membereskan rumah. Seperti menyapu, mengepel, semuanya dibersihkan. Rumahnya sudah tampak bersih dan indah dipandang mata.   

Kepuasan batinku adalah setelah berhasil menuntun Yarnah. Cara membersihkan luka koreng putrinya dengan air hangat dan di bersihkan dengan kain bersih. Mengajarkan mereka untuk merawat diri dan shalat. Alhamdulillah mereka sudah mulai rajin beribadah. Koreng di sekujur tubuh Yarnih sudah mulai berkurang. Ternyata setelah beberapa kali aku datang ke rumah Yarnah, aku mendapat kabar dari paman, bahwa ada beberapa mahasiswa kampus lain yang ingin menolong Yarnih untuk ke rumah sakit, itupun atas persetujuan RT. Lagi-lagi Yarnah menculik Yarnih dari rumah sakit dan dibawa pulang. Akhirnya mahasiswa tersebut diusir oleh Yarnah untuk tidak menyentuh putrinya. Mahasiswa tersebut kesulitan untuk melakukan pendekatan kepada Yarnah. 

Aktifitas di kampus sungguh padat sehingga aku belum sempat lagi menemui Yarnah dan Yarnih. Hampir sebulan lamanya. Aku sangat rindu dan penasaran kabar dari mereka. Seketika tertidur di asrama, Aku memimpikan mereka berdiri di depan gedung tinggi, putih, mewah, dan bercahaya bagaikan surga. Mereka berpenampilan tidak kumuh, melainkan putih, bersih dan memakai pakaian yang cantik.

Yarnih pun terlihat sehat. Ia dapat berdiri tegap dan nyaman. Mereka menyapaku, aku langsung menghampiri mereka. Seperti nyata aku memeluk mereka berdua. Aku bersyukur atas keindahan yang Allah ciptakan. Mereka mengucapkan terimakasih kepadaku. Aku hanya dapat tersenyum dan memeluk rindu kepada mereka. Aku tersentak, terjaga dari tidurku dan segera mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah. Aku berdoa andai itu semua menjadi kenyataan, Yarnah dan Yarnih sehat wal afiat. 

Liburan semester telah tiba, aku pulang ke rumah. Niatku selanjutnya adalah mengajari Yarnah dan Yarnih membaca Al-Quran. Aku mempersiapkan diri berkunjung ke rumah Yarnah. Diperjalanan sebelum tiba ke rumah Yarnah. Aku bertemu dengan bibinya. Ia mengabari bahwa Yarnih dua minggu yang lalu telah berpulang ke Rahmatullah, kemudian Yarnah menyusul Yarnih seminggu yang lalu.  Kakiku gemetar, badanku seketika lemas, aku terduduk dan tidak dapat berkata.

Aku benar-benar rindu dan tak sadar air mata telah menetes di pipiku. Terbayang wajah mereka yang polos dan sosok di dalam mimpiku. Aku pun teringat perkataan dan pertemuan terakhir Yarnih kepadaku “Teteh makasih udah datang di kehidupan Yarnih, Yarnih senang. Teteh kayak malaikat yang cantik.” Ternyata hal tersebut merupakan sebuah pentujuk bahwa hidupnya tidak lama lagi. Aku mendapat kabar Yarnah meninggal saat sujud melakukan sholat ashar di mushola. Masya Allah.  

Manusia hanya berusaha, sementara Allah yang menentukan. Manusia hanya akan merugi ketika hidupnya habis untuk hal yang tidak manfaat. Dosa atau pahala sebenarnya Allah yang menentukan di akhirat. Kita manusia hanya berusaha. Islam sungguh sempurna, dalam islam ada yang dinamakan sholat taubat. Allah tidak menyulitkan. Hanya manusia terkadang malas belajar. Bayangkanlah indahnya surga dan sungguh mencekamnya neraka. Hal tersebut mutlak yang dapat memotivasi manusia untuk terus menjalankan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya. Semoga Yarnah dan Yarnih bertemu dengan surganya Allah. Mereka tidak sakit lagi dan keduanya sehat serta dilindungi. Aamiin Ya Rabbalalamiin.

Semoga cerita ini dapat membuka hati dan pikiran masyarakat luas bahwa setiap manusia adalah makhluk sosial, pasti butuh bantuan sesama. Belajarlah terus memanusiakan manusia, orang gila pun manusia, orang depresi manusia, orang stres manusiawi. Tidak ada manusia yang sempurna, tetapi berusaha menyempurnakan yaitu sebagai khalifah di muka bumi. Ingat kata habluminallah dan habluminannas.

Usia remaja adalah mencari jati diri, rentan bimbang, rentan ingin bebas, rentan ingin dipuji dan disayangi. Sebagai orangtua atau orang disekitarnya (Saudara), harus saling memotivasi. Agama pun menjadi pondasi sebagai penuntun agar tidak celaka. Kewajiban sebagai orangtua (orang yang lebih dewasa) membantu tugas-tugas perkembangan anak agar tidak mengalami depresi. 

Berikut 3 istilah yang baik untuk diterapkan orang tua dalam proses mendidik anak. Pertama Konsumsi Akal (Ilmu-ilmu pembelajaran), kedua Konsumsi Akhlak (Ilmu agama), dan ketiga Konsumsi Fisik (Pola makan, pola tidur, dan pola-pola lain yang terhubung dengan kesehatan). Kewajiban anak pula menerima itu semua dengan lapang serta tulus. Semuanya akan menjadi sehat jika sama-sama menjaga dan merawat. 

Kasih sayang yang murni bukan hanya dilihat kasat mata saja melainkan doa dan harapan untuk menjadi lebih baik. Pelajarilah rasa. Semua berawal dari rasa, jika tidak merasakan apapun maka itu yang dinamakan mati rasa. Kendalikanlah rasa, agar tidak sesat dengan rasa, yaitu rasa yang berlebihan. 

Hal bernilai dipandang tak bernilai yaitu harapan

Hal berharga  dipandang tak berharga yaitu potensi

Hal terpenting dipandang tak penting yaitu kasih sayang

Hal membanggakan dipandang tak membanggakan yaitu usaha

Hal perlu dipandang tak perlu bersyukur 

Hal mencemaskan dipandang tak mencemaskan putus asa

Sadarilah maknanya. Pahamilah maksudnya. Ketahuilah fungsinya. 

Tags: cerpen
Share70Tweet44SendShare
Previous Post

Hari Konservasi Sungai dan Harapan Perbaikan Ciliwung

Next Post

Hikmah Berbagi Sebungkus Biskuit

admin

admin

Related Posts

Miftahul Hidayat

Spanduk

by admin
February 2, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO-Oleh: Miftahul Hidayat, Forum Lingkar Pena Ranting UIN Alauddin Makassar   Ketika menjelang pemilu Jalan menjadi ramai dengan orasi bisu...

Ilustrasi/Sumber Gambar: https://id.pinterest.com/pin/722264858965178911/

Puisi: Wanita Luar Biasa

by admin
February 1, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO – Puisi oleh Muhammad Nur Faizi* Kasihan sekali Wanita berjuang seorang diri Meriuk pagi dengan kerasnya tulang dibanting lagi...

Amir Mujahid

Cerpen: Perkara Teluh Sapi yang Mengubah Jadi Sapi

by admin
January 30, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Amir Mujahid, Seorang Bapak Paruh Waktu di SMP Muhammadiyah 4 Jakarta Akhir-akhir ini aku begitu bingung, banyak sekali...

Ahmad Soleh

Puisi: Catatan Harian Indonesia

by admin
January 28, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO - Puisi oleh Ahmad Soleh* SEPENGGAL CATATAN HARIAN Di saat-saat sulit dan terjepit kumelihat bangsaku kian morat-marit kepala-kepala diperdagangkan...

Gambar: Line Today

Puisi: Duka Nusantara

by admin
January 21, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Rohman Priyanto* Duka Nusantara Demi Nun yang terpancar sinar Matanya membendung air, Seolah berkata; “Ada apa dengan Januari?”...

Cerpen: Nenek Ontoh dan Surau Tua

by wendy dikarawan
December 5, 2020
0

MADRASAHDIGITAL.CO - Suatu hari di surau tua di tengah hutan dekat desa, terlihat nenek tua usianya sekitar 60 tahun sedang...

Next Post
Biskuit

Hikmah Berbagi Sebungkus Biskuit

Sayyid Ahmad Khan: Teologi Islam Berhadapan dengan Modernitas

Prof Gunawan (Dok Istimewa)

Buka Uhamka Award 2020, Dadang Kahmad Ajak Sivitas Uhamka Jadi Muhsinin

Comments 1

  1. Aditya Utama says:
    3 months ago

    Very Inspired, semangat terus kakak

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

Recent Posts

  • Gampang Menuduh Liberal, Bukan Ciri Islam Berkemajuan
  • IMM dan Transformasi Kader
  • Hakikat Tugas Kekhalifahan Manusia
  • Pimpinan IMM Kota Yogyakarta Resmi Dilantik.
  • Ingin Mempunyai Mental Strength? Lakukan Kebiasaan Ini

Recent Comments

  • Yunita on Pembelajaran Daring, Orang Tua Siswa Harus Melek Teknologi
  • Najib on Pembelajaran Daring, Orang Tua Siswa Harus Melek Teknologi
  • Aulia Septi on Pembelajaran Daring, Orang Tua Siswa Harus Melek Teknologi
  • Dinda on Pembelajaran Daring, Orang Tua Siswa Harus Melek Teknologi
  • Anita Lestari on Pembelajaran Daring, Orang Tua Siswa Harus Melek Teknologi

Archives

  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • October 2020
  • September 2020
  • August 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • January 2020
  • December 2019
  • November 2019
  • October 2019
  • September 2019
  • August 2019
  • July 2019
  • June 2019
  • May 2019
  • April 2019
  • March 2019
  • February 2019
  • January 2019

Categories

  • Analisis
  • Bahasa
  • Berita
  • Cerpen
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Life Hack
  • Materi Pelajaran
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Resensi
  • Rilis
  • Ruang Konsultasi
  • Ruang Madrasah
  • Sastra
  • Surat Pembaca
  • Tips
  • Umum
  • Wacana
  • Wawasan

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

Madrasah Digital

Madrasah Digital

Madrasah Digital

Kategori

  • Analisis
  • Bahasa
  • Berita
  • Cerpen
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Life Hack
  • Materi Pelajaran
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Resensi
  • Rilis
  • Ruang Konsultasi
  • Ruang Madrasah
  • Sastra
  • Surat Pembaca
  • Tips
  • Umum
  • Wacana
  • Wawasan

Sekretariat

Learning Center Madrasah Digital

Alamat
Graha Inkud Lt. 6, Jln. Warung Buncit Raya No. 18-20, Jakarta Selatan, 12740.

Telp
0817123002/085717051886

E-mail
redaksimadrasah@gmail.com

  • Redaksi

© 2019 Madrasah Digital

No Result
View All Result
  • Masuk / Daftar
    • Tulis Postingan
    • Tulisan Saya
  • Berita
  • Wacana
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Opini
  • Sastra
  • Umum

© 2019 Madrasah Digital

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In