MADRARAHDIGITAL.CO – Namanya juga hidup, pasti ada masalah.
Sering kali kita mendengar kalimat d iatas, atau bahkan mungkin kita ucapkan sendiri. Entah untuk menghibur diri sendiri atau untuk membuat orang lain yakin bahwa masalah ini akan cepat berlalu. Di sisi lain, pada kenyataannya kita akan selalu berdampingan dengan masalah. Masalah ringan, sedang, maupun masalah berat terkadang bisa mengganggu aktivitas kita sehari- hari. Sekalipun kita merasa “baik–baik saja”, barangkali itu yang menjadi masalah.
Berbicara tentang masalah, ada satu karya menarik dari Mahasiswi Prodi PAI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Buku karya Alifah Agustina ini membahas tentang masalah yang dikemas menjadi sesuatu yang bermanfaat. Biasa orang melihat masalah sebagai beban hidup yang sungguh rumit, pada buku ini penulis merefleksikan masalah menjadi berkah.
Sudut pandang tentang masalah, menjadi berbeda dalam buku karya Alifah ini. Setiap waktu, setiap manusia, pasti dihadapkan dengan masalah. Tua, muda, miskin, kaya, wanita maupun pria, pasti pernah menghadapinya. Perlu diingat bahwa masalah tidak memandang status sosial, gender, dan lainnya. Hanya saja kapasitas nya yang berbeda dan kedewasaan seseorang diukur setelahnya.
Kapasitas dan kedewasaan yang dimaksud adalah seberapa besar masalah yang dihadapi, pasti manusia mampu melewatinya dan seberapa besar masalah yang dilalui, tindakan yang diambil mampu mempengaruhi kedewasaannya. Dalam buku ini mencantumkan salah satu ayat QS Al-Baqarah ayat 286, artinya “Allah tidak akan membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Jelas di sini bahwa yang kita pikir masalah ini sangat berat untuk kita lalui, justru Allah selalu paham porsi masalah sesuai kesanggupan hamba Nya.
Sudah disinggung sebelumnya, bahwa seringkali masalah dianggap sebagai beban yang mengganggu aktivitas sehari–hari. Hampir semua orang pasti akan mengeluh dan selalu melihat masalah sebagai bentuk dari musibah, cobaan, dan penderitaan lainnya. Masalah kerapkali dilihat dari sisi negatif, sebelum dihadapi dengan berfikir dan mencari solusi. Bahkan sering terucap kata–kata umpatan untuk mengekspresikan rasa marah terhadap masalah.
Berhubungan dengan sudut pandang, memaknai masalah juga akan berujung pada solusi dan cara penyelesaiannya. Karena ketika kita menganggap ini adalah musibah, maka yang tertanam dalam diri kita hanya berupa kesedihan, keterpurukan tanpa memikirkan hikmah yang didapat. Berbeda ketika kita memaknai masalah sebagai wujud pendewasaan, maka yang tertanam dalam pikiran kita adalah pesan tersirat dibalik masalah.
Ada yang menarik dari podcast Dedy Corbuzier, Alm Syekh Ali Jaber dan Gus Miftah berhubungan dengan penerimaan masalah. Satu hari setelah kejadian penusukan pada Alm Syekh Ali. Dedy melempar pertanyaan “apa yang harus kita lakukan saat tertimpa musibah atau masalah?”. Kemudian dengan santun Alm Syekh Ali menjawab “cukup ucapkan Alhamdulillah, Laa Ilaaha Ilallah, ini ujian darimu, aku menerimanya”.
Ini bukan cerita kita harus menjadi seperti Alm Syekh Ali. Tapi ini tentang bagaimana cara kita menanggapi sebuah masalah. Bukan kata umpatan, hinaan, hujatan yang keluar dari mulut kita. Justru rasa syukur dan menerima bahwa ini adalah ujian, ini tanda bahwa Yang Maha Kuasa masih memperhatikan kita.
Allah memperhatikan kita, pasti Allah pun yakin kita bisa melewati masalah. Bahkan kita bisa menjadikan masalah menjadi suatu yang bermakna. Dalam bukunya, Alifah mengajak untuk mengabadikan masalah menjadi sebuah karya. Saat ini zaman dihiasi dengan berbagai macam platform media sosial. Kita bisa mengabadikan apa pun didalamnya. Paling sering diunggah adalah kata–kata galau, sakit hati, kecewa yang berhubungan dengan masalah. Terkadang hanya ingin orang lain tau bahwa kita sedang tidak baik–baik saja.
Menjadi suatu yang positif apabila kita menuliskan kata–kata yang mampu memotivasi orang lain. Menjadi suatu yang negatif apabila kata–kata yang kita tuliskan hanya sekedar curhat tanpa arti, narsis yang berlebihan.
Memang tidak semua orang berhati besar menerima apa yang Allah berikan. Marah dan kecewa itu manusiawi. Tapi tidak pada menyalahkan takdir-Nya. Tanamkan dalam dirii bahwa tidak ada kejadian yang sia–sia. Selalu ada hikmah dalam setiap masalah.
*Disarikan dari buku Berkat Masalah karya Alifah Agustina