MADRASAHDIGITAL.CO – Puisi-Puisi Fatur Rahman
Menjawab Pertanyaan Usang
apakah mimpi-mimpimu?
seketika ribuan kata menjadi bimbang, lalu terdiam
ketimbang memberi jawaban ketika pertanyaan itu
dilontarkan secara ulang.
tapi, siapakah engkau yang selalu
menanyakan perihal mimpi-mimpiku itu?
kataku menuding tajam tubuhku
tubuh yang berjibaku memilih beku
dan dingin di hadapan sebuah cermin.
tak ada jawaban,
—selain menodong pertanyaan yang sama—
hidup memang sering memberi pertanyaan
yang tak pernah memahami jawaban.
maka, keadaan memaksa untuk menjawab secepatnya.
kemudian seperti orang yang putus asa, aku menjawab.
mimpiku adalah mempunyai mimpi
yang tak pernah aku harapkan sebelumnya.
aku tak ingin pergi ataupun mencari
biarkan ia datang semaunya
biarkan ia menjadi kebahagiaan yang tak ku sadari
pun menjadi kekecewaan selepasnya.
2021
Nyanyian Penyesalan
aku melihat wajahmu dalam kabut malam
pada rembulan yang membayang di balik awan hitam
bagai bayang-bayang cahaya yang gegas meninggalkan
setelah kita mampu saling mencintai perpisahan
di setiap penyerahan, pertengkaran, dan pintu yang selalu
terbuka untuk sebuah perjalanan.
oh kehidupan yang legam, oh hati yang terkatup setan,
pewaris segala kepuduran.
sendiri ini adalah tikaman sepi yang mematikan.
dalam kerumunan orang-orang yang saling berlari mengejar keramaian,
membunuh sepinya sendiri, menghamba lampulampu kehidupan
dari ingarbingar jalanan kota.
sedang aku, masih saja menunggu waktu belas kasihan
membelakangi perjalanan jam, memungut detikdetik penderitaan
mengulang segala yang terlewatkan dalam satu ingatan yang disakitsakitkan
oh bayangan hitam, oh tubuhku yang malang,
biarkan aku tualang sampai hilang segala penyesalan ini badan.
Koto Berapak, 2021
Perihal Kematian
Begitu saja kita berjalan ke pintu kematian. Sebuah tempat yang senantiasa dibayangkan begitu jauh untuk didatangi terlalu dini. Dan usia, oh usia
Sering kali menjadi sasaran bagi kita dalam membidik kematian. Tapi kematian adalah diam yang bermaksud atau seperti kemarahan wanita yang tiba-tiba. Sesuatu yang dirahasiakan, namun juga telah berulang kali kita ketahui. Dan kehilangan, ya kehilangan sesungguhnya tidak pernah mengajarkan kita tentang apa pun. Karena mungkin, kita tidak akan pernah menjadi seperti apa yang diharapkan oleh tuhan.
Meski semenjak dari pertama kali kita diciptakan? Tanyamu.
Padang, 2021
Nasihat Bapak
melihat kedalaman diri sendiri
tidak dapat hanya menggunakan sepasang mata.
maka pejamkan sebentar matamu, nak
mungkin kamu tak akan melihat siapa-siapa
melainkan diri sendiri yang terlihat tak berdaya
di hadapan lawan yang sebetulnya tak pernah ada.
jangan sesekali kamu menyekat tubuh
menjadi ruang sempit yang tak berpintu
sehingga setiap gerak dibuat terbatas
dan ketakutan leluasa memetakan setiap tempat itu
serupa singgasana tanpa raja.
jadilah sebuah ketakutan bagi ketakutan itu sendiri.
sebab, pikiran dapat menjadi jeruji besi
yang senantiasa mengurung keberanian.
melepas keraguan sampai menerawang jauh
hingga perjalanan tak pernah menemui tujuan.
dan kendalikan dirimu yang berulang menghitung satu kegagalan
karena itu akan menjadi pemburu paling menakutkan yang mematikan keberanian.
hingga segala yang rasanya dapat tergapai menjadi hambar
apabila kamu masih saja mencoba untuk tidak mengerti diri sendiri, nak.
Koto Berapak, 2021
Senandung dari Tanah Indonesia
:untuk saudara kami di Palestina
kami akan berangkat sebagai mimpi baik, sebagaimana mimpi yang kau inginkan.
kehidupan yang lebih hangat seperti dalam kandungan ibu atau sebagaimana damainya pagi.
inilah cinta, mata lampu yang nyalang atau hamparan luas penuh cahaya
tempat di mana jarak menyimpulkan peluk dalam doa, meski belah dada kita selalu saling meraba peristiwa.
kami selalu membayangkan kehidupan lain tanpa perang
sebab, kami tak rela bilamana udara terus bergerak membawa anyir darah dan bau menyengat daging yang terbakar dari tanahmu, seperti kami masuki kota dengan doa-doa yang terlipat cepat dari bentangan nasib buruk.
“kabar-kabar tentang kematian melesat sampai pada kami
sementara catatan-catatan perihal kemanusiaan seakan mudah lepas dari tangan”
dan orang-orang masih saja bersantai-santai seolah sedang memasuki dendang terbaik. menyimak tangisan anak-anak yang berkelumun dalam nyeri dan resah hari depan, tentang ingatan yang berulang mengiangkan suara ledakan di sepanjang usia.
di sini, beribu doa telah kami rapal bagai mantra penawar dari segala luka
bagai mimpi baik, atau bagai seberkas cahaya di tengah panorama asap hitam:
di mana doa-doa bersungguh-sungguh peduli dan meratapi saudara kami yang mengelilingi setapak jalan kebebasan.
kami akan berangkat sebagai mimpi baik, sebagaimana mimpi yang kau inginkan.
dan suatu pagi kita akan bangun dari mimpi yang sama
tentang kehidupan lain tanpa perang, dari ledakan bom, mortir,
bunyi senjata api atau tentara buta yang sering membikin cuaca menjadi celaka
lindap dan pengap dengan bau mesiu.
Padang, 2021
Biodata Penulis:
Fatur Rahman lahir dan besar di Bayang. Pesisir Selatan. Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas ini kini bergiat di Rumah Baca Pelopor 19. Alamat emailnya frahman137@yahoo.com.
Redaktur: Ahmad Soleh