MADRASAHDIGITAL.CO – Puisi-Puisi oleh Fatur Rahman
Mencari Cahaya Lain
seperti batu, aku berbicara padamu.
kau mungkin tidak akan menjawab apalagi mendengar nasihat.
di bawah langit yang putih, kau mencari cahaya lain di siang hari ketika matahari tegak lurus tepat di atas kepala.
sehari penuh kau mencari cahaya-cahaya itu
malam ataupun siang. seperti orang tersesat di dalam kegelapan.
selalu menatap langit, hitam malam atau putihnya siang.
menyaksikan kumpulan cahaya yang saling bertengkar di langit sana.
menanti, lalu mengambil cahaya yang paling bercahaya dari cahaya lainnya.
untuk dipasangkan pada kedua bola matamu. untuk penglihatanmu.
katamu, ketika gelap semua jalan mungkin akan tampak sama
dan kita tidak pernah tahu, apa yang menanti di balik kegelapan tersebut.
meski berjalan dalam kegelapan membikin semakin tersesat
namun sedari awal sebuah jalan telah dipilih, dari semula jalan ini bercabang,
di saat orang menentukan semuanya, di saat keyakinan seperti cahaya yang kalah
atau sepercik yang tak henti berkedip di kejauhan, telah membawaku melangkah ke jalan ini. maka tidak ada yang dapat ditinggalkan begitu saja, walaupun jalan ini gelap seperti dinding-dinding tinggi tanpa pintu, atau seperti ruangan yang tidak berwarna, pengap dan kedap.
seperti batu, aku berbicara padamu.
dan kau malah berdiri menelusuri kembali jalan yang gelap ini.
lupakan tentang cahaya dari bintang-bintang yang jauh, itu. lupakan warna-warna yang saling berpacu mencari gairah, lupakan dan lupakanlah. mari kembali, barangkali akan kita temui sepercik cahaya, cahaya yang lain. cahaya yang tidak pernah saling bertengkar hanya untuk menonjolkan diri, cahaya yang tidak berasal dari api, atau cahaya yang tidak pernah menyilaukan cahaya yang lain. sahutku
namun seperti batu, aku berbicara padamu.
Padang 2021
Di Depan Cermin Pertama
Tuhan, bawalah aku
untuk sejenak beranjak dari cermin
yang tak hentinya menafsirkan
diriku dengan diriku
lalu, pejamkanlah mataku sekejap
sehingga aku bisa melihat kedalaman diriku
yang senantiasa digenangi oleh nafsu
Tuhan, bawalah aku
ke mana semestinya tubuhku tak
membayang angkuh. Kecuali ke gelap malam
yang selalu memekikkan suara keheningan.
Lalu, bukalah kembali kedua mataku
sesampainya aku mampu mengukur diriku
tanpa bayang-bayang.
Tuhan, bawalah aku
ke tempat yang belum pernah
aku lalui sebelumnya,
lalu sadarkanlah aku
terhadap segala
segala yang engkau punya
segala yang engkau cipta
segala yang engkau kuasa
dan semuanya…
Padang 2021
Di Depan Cermin Terakhir
tiba-tiba tak kukenali
tubuhku yang terperangkap
dihadapan sebuah cermin
yang senantiasa menuding waktu
berjalan begitu cepat
sebab dihadapanya
tahun-tahun tak terlihat
walaupun daun demi daun
sudah membayang warna tanah
dan bunga-bunga telah dipetik sengaja
untuk meramu aroma kematian
dan yang diketahuinya hanyalah
tubuhmu yang kian hari kurang tegap
yang selalu gagap untuk saling mengingatkan
bahwa maut akan pasti menjelang
sehabis tualang.
Padang 2021
Hanya Doa
beberapa untaian doa
yang tak henti putus-putusnya.
telah bising dalam tenggorokannya
kadang diam dan kadang memberontak;
pada kamar, dipan, dan asbak.
menunggu tuhan yang tak kunjung keliru
untuk menjamu segala doa-doanya; semu!
Padang 2021
Memercayai Diri Sendiri
bagaimana aku melihat kedalaman diri sendiri
kalau pikiran selalu membatasi kemampuan.
karena setiap langkah melulu patah dengan keraguan
dan ingatan kegagalan hari belakang.
sedang hati dan pikiran terus berjalan dengan dua arah berlawanan
membikin setiap perjalanan tak lagi ingin mengenal tujuan
pun menjadikan kehidupan bergetar menanggung bimbang.
hingga segala yang rasanya dapat tergapai menjadi hambar
akibat diri ini masih senantiasa bertekuk lutut pada ketakutan.
dan mimpi-mimpi telah berkabung dalam tidur panjang
membuat harapan seperti igauan di saat demam tinggi
yang acap kali mengeluarkan perkataan tak karuan.
ketika yang lain berteriak kemenangan
aku dari jam ke tahun malah semakin leluasa membolak-balik kekalahan.
kenapa harus pulang sebelum pergi
kenapa telah mengeluh sebelum memulai lagi?
maka kini, aku akan berangkat dari sebuah perjalanan yang terhenti
kembali mengembara di antara kemarau keras atau musim gugur
yang selalu berkeinginan meranggaskan daun-daun di pekarangan.
meninggalkan pusaran waktu hitam yang menjangkau mukim keberanian
tanpa ketakutan maupun ratapan kegagalan yang dikaji berulang
atau pikiran yang senantiasa menerawang masa depan dengan keraguan.
sebab, setiap jalan yang pernah dicatat
tidak boleh hanya menjadi sebuah nukilan bagi cerita perjalanan di hari depan.
Bayang, 16 April 2021.
Koto Berapak 2021
Profil Penulis: Fatur Rahman lahir dan besar di Bayang. Pesisir Selatan. Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas. Bergiat di Rumah Baca Pelopor 19.
Redaktur: Ahmad Soleh