*Muh. Akmal Ahsan
Hingga hari ini, wacana pembaharuan pendidikan Islam dalam makna yang seluas-luasnya masih terus digelar oleh para ahli pendidikan Islam. Tentu tidak saja dalam menanamkan aspek filosofis yang fundamental dalam dinamika kependidikan Islam, pembaharuan Islam harus bermakna rekonstruksi pada aspek paedagogis, metodologis hingga praksis. Demikian pendidikan Islam di Indonesia menarik perhatian besar tentang ke arah mana sebetulnya intelektualisme Islam dijalankan.
Sementara ingatan sejarah agenda pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia tak mungkin akan melupakan sesosok muslim yang sangat kritis, kreatif dan konstruktif. Beliau adalah Harun Nasution, cendekiawan muslim Indonesia yang pada sejarahnya sempat memimpin IAIN Syarif Hidayatullah selama 11 tahun lamanya.
Tampaknya pemikiran Harun Nasution tak pernah bisa lepas dari karakteristik pemikiran kedua orang tuanya yang sejak kecil telah menanamkan dasar agama yang kuat kepada Harun. Kelak dasar pemikiran yang diberikan orangtuanya turut bersumbangsih dalam bangunan keilmuannya, khususnya pada soal pendidikan Islam.
Harun Nasution sempat merasakan pendidikan tingginya di Universitas al-Azhar, Kairo pada fakultas ushuluddin tahu n 1940. Ia juga sempat menambah pendidikannya di Universitas di Amerika. Pada tahun 1953, Harun sempat kembali ke Indonesia dan mendapatkan tugas di Departemen Luar Negeri Bagian Timur Tengah. Harun sempat melanjutkan studinya ke Mesir di Al-Dirasah Al-Islamiyah tetapi tak menyelesaikan studinya sebab terbentur biaya. Namun selanjutnya Harun mendapatkan beasiswa dari Institute Of Islamic Studies McGill di Montreal Kanda dan allu mendapatkan gelar Magister of Art pada studi Islam dengan ajuan tesis The Islamic State in Indonesia: The Rise of The Ideology, The Movement for Its Creation and The Theory Of The Majumi. Jelang tiga tahun kemudian Harun Nasution memperoleh gelar Doktor dalam studi Islam di McGill Kanada dengan disertasinya yang berjudul The Place of Reason in Abduh’s Theology. Its Impact on His Theological system and Views.
Beberapa karya intelektual Harun Nasution yang hingga kini dapat dibaca ialah: Teologi Islam Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa, Perbandingan (1972), Falsafat Agama (1973), Falsafat dan Mistisme dalam Islam (1973), Islam ditinjau Dari Beberapa Aspek (1974), Teologi Islam (1977), Pembaruan dalam Islam (1975), Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah (1978), Akal dan Wahyu dalam Islam (1982) serta Islam Rasional (1995)
Pembaharuan Islam
Dengan penuh kesadaran, Harun Nasution mengharapkan adanya transformasi paradigma dari pemikiran asy’ariyah menuju paradigma mu’tazilah yang lebih mengedepankan rasionalitas. Harun tampak sangat dipengaruhi oleh gagasan Muhammad Abduh yang olehnya dianggap sejalan dengan pemikiran teologi Mu’tazilah. Bersama dengan pemikiran Abduh, Harun menganggap bahwa kejumudan ialah penyebab utama kemunduran ummat Islam. Namun betapapun ia terinspirasi dengan pemikiran Mu’tazilah, bukan berarti Harun menentang konsepsi wahyu yang dalam hal ini meyakini Islam serta keilahian Tuhan.
Pembaharuan Islam dalam pemaknaan Harun Nasution ialah upaya untuk menyelaraskan pandangan berIslam dengan kemajuan ilmu pengetahuan modern. Maka hal ini menandakan gagasan Harun sebabagai bukan dekonstruktif, sebagaimana banyak tuduhan yang diberikan kepadanya. Pembaharuan bukan berarti mengurangi, menambah teks al-Qur’an atau hadis, melainkan upaya penyesuaian pemahaman atas kedua sumber pengetahuan Islam tersebut sesuai dengan jalannya zaman.
Berangkat dari cara pandang demikian, kegigihannya dalam melakukan pembaharuan Islam membuatnya melakukan sejumlah gebrakan sekalipun banyak kalangan yang tidak sepakat dengan ide pembaharuan yang dibawanya. Salah satu gebrakan yang dibawanya ialah kala merombak kurikulum IAIN Jakarta. Ia berpandangan bahwa mata pelajaran yang selama ini diajarakan di IAIN Jakarta terbatas pada orientasi pembelajaran fikih yang menghasilkan pemikiran jumud. Harun Nasution benar-benar merombak kurikulum dan selanjutnya memasukkan beberapa mata kuliah yang baru seperti pengantar ilmu agama, filsafat, tasawuf, ilmu kalam,tauhid, sosiologi serta etode riset. Hal ini dilakukan sambil berharap ada perubahan paradigma Mahasiswa. Semula ide ini mendapatkan penolakan sebelum akhirnya mendapatkan jalan tengah, yakni dengan syarat bahwa tafsir, hadis dan fiqh tidak ditinggalkan (Ahmad & dkk, 1989, hal. 41). Dalam hal ini, Azyumardi Azra mengutarakan bahwa ketika menjabat sebagai Rektor di IAIN Jakarta, Harun Nasution menjadikan lembaga pendidikan tersebut sebagai lembaga yang berdiri di garis depan gerakan pembaharuan IAIN secara keseluruhan. Harun, sebagai mana anggapan Azyumardi, bercita-cita untuk menjadikan IAIN sebagai pusat modernisasi ummat Islam. Maka langkah konkret yang dilaksanakannya ialah dengan merekonstruksi kurikulum IAIN secara keseluruhan (Azyumardi, 2012, hal. 215)
Pembaharuan Pendidikan Islam
Pada dasarnya agenda pembaharuan pendidikan Islam ialah upaya reintepretasi yang berkelanjutan dan eksplisit yang ditujukan kepada pengembangan fitrah keberagamaan peserta didik agar lebih mamou memahami, menghayati serta mengamalkan ajaran agama sesuai dengan kondisi zaman. Hal ini berimplikasi pada pada pandangan bahwa pendidikan agama Islam adalah komponen yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan lebih dari itu, pendidikan dapat menjadi instrumen dalam orientasi pengintegrasian wawasan agama dengan bidang studi yang lain. Dengannya pula, maka implikasi lebih praksis bahwa pendidikan agama harus dilaksanakan sejak usia dini dengan pendidikan keluarga sebelum anak mendapatkan pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu yang lain (Husnol Hidayat, 2015, hal. 29).
Laju pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam negeri dan Swasta dalam sejauh ini dari segi kuantitas harus diiringi dengan kualitas dan subtansi pembaharuan yang utuh. Dalam konteks itu, Harun dengan terang menyatakan perlunya rekonstruksi pola pendidikan Islam yang masih bersifat tradisioal ke arah pendidikan yang modernis. Hal ini dapat diupayakan terutama kali dengan memasukkan ilmu pengetahuan yang sifatnya modern ke dalam kurikulum sekolah Islam atau madrasah-madrasah. Dengan demikian, maka diharapkan akan muncul intelektual-intelektual Islam yang di bidang Iptek, merekalah yang selanjutnya diharapkan akan membawa ummat kepada kemaslahatan hidup duniawi (Harun, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, 1992, hal. 208).
Sebagai Intelektual yang terlibat langsung dalam geliat pendidikan Islam di perguruan tinggi , Harun mempraktikkan sendiri upaya pembaharuanya dalam bentuk pengajaran. Misalnya dengan mengadakan pengajaran yang demokratis serta terbuka. Salah satu upaya yang dilakukannya adalah dengan menyegarkan metode pembelajarannya, jika banyak dosen masih menggunakan metode ceramah monolog dalam kuliahnya, Harun lebih mengedepankan metode presentasi dan diskusi, Ia juga berupaya untuk terus melatih kemampuan sintetik-analitik mahasiswa dengan mekanisme pemberian tugas makalah.
Keseriusan Harun Nasutioon dalam mengadakan pembaharuan dalam tubuh ummat Islam, khususnya dalam lembaga Pendidika Tinggi Islam juga tercermin dalam dirinya yang turut terlibat dalam transformasi IAIN menuju UIN..
Simpulnya dalam upaya perombakan tradisi pemikiran Islam di perguran tinggi Islam, Harun melakukan tiga perubahan yakni: (1) Merubah sistem pengajaran yang masih dianggapnya feodal, menuju sistem yang lebih baik dengan metode diskusi dan seminar, (2) merubah budaya lisan dengan tulisan. Ini tergambara seagaimana diutarakan diatas melalui perannya untuk terus melatih mahasiswa mengadakan sintetik-analitik dengan menulis, (3) Harun Nasution memperkenalkan pemahaman Islam yang utuh serta universal. Aspek pendekatan fiqh yang selama ini mendominasi disangkanya telah membuat kajian Islam mandek (Harun, Refleksi Pembaharuan Islam, hal. 94).
Referensi
Ahmad, S., & dkk. (1989). Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam 70 Tahun Harun Nasution. Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat.
Amin, A., & Dkk. (2007). Islamic Studies; Dalam Paradigma Integrasi-Interkoneksi. Yogyakarta: Suka Press.
Azyumardi, A. (2012). Pendidikan Islam; Tradisi Modernisasi DI Tengah Tantangan Millenium III. Jakarta: Kencana Prenada Meja Group.
Harun, N. (1992). Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang.
Harun, N. (n.d.). Refleksi Pembaharuan Islam. Jakarta: LSAF.
Husnol Hidayat, M. (2015). Harun Nasaution Dan Pembaharuan Pendidikan Islam. Jurnal Tadris.
*Kepala Madrasah Digital Yogyakarta