MADRASAHDIGITAL.CO – Belum pulih kesedihan atas kematian dua kiai besar (KH. Haetami dan KH. Najib Hamid), seminggu lebih berlalu, tokoh ulama teladan Bali, KH. Hasan Ali menghadap Tuhan Semesta. Beliau adalah sosok karismatik yang selalu menyebarkan Islam dalam lingkungan non muslim. Beliau bisa berkomunikasi secara halus dan merangkul semua orang sebagai teman.
Intelektualitas yang tinggi membuat beliau disegani. Tokoh besar Muhammadiyah ini sempat mengenyam pendidikan di SGHA (Sekolah Guru dan Hakim Agama) Bandung dan dinyatakan lulus pada tahun 1955. Sebelumnya, beliau juga mengenyam pendidikan Madrasah Tsanawiyah di Palembang. Berkat kepintarannya, setelah kelulusannya dari SGHA, beliau langsung mendapat amanah sebagai PNS dan ditugaskan sebagai guru Agama Islam di SMPN 1 Mataram.
Beliau membuat ukiran gemilang sebagai guru. Sehingga KH. Hasan Ali dipindah tugaskan menjadi guru Agama Islam di SMAN 1 Mataram. Meskipun telah menjadi guru, semangat belajarnya tidak pernah kendor. KH. Hasan Ali tetap menjalankan kuliah dengan semangat mengajarnya. Intelektualitas adalah hal utama yang harus dicapai dirinya. Prinsipnya dalam memegang teguh pendidikan, mengantarkannya menjadi sosok yang mulia. Indah dalam perbuatan, cerdas dalam perkataan dan pikiran.
Lima belas tahun beliau mengabdi di Provinsi NTB, melahirkan pengalaman yang mendalam. Kekaguman beliau akan ilmu pengetahuan, membuatnya menyerap apa saja yang ada disana. Termasuk kultur sosial dan sikap yang harus dijalankan sebagai pendakwah yang merangkul semua orang. Penguasaan lapangan yang beliau perlihatkan selama pengabdian, dilirik tajam oleh negara. Hingga pada akhirnya, beliau diangkat menjadi ketua MUI di Provinsi Bali.
Tahun 1971, beliau dipindah tugaskan dalam jabatan baru menjadi Kepala Seksi Madrasah di Kantor Wilayah Departemen Agama di Provinsi Bali. Kemudian, tahun 1975, beliau bertugas sebagai Kepala Sekolah PGAN Jembrana. Dan di tahun 1985, beliau sempat mendapat promosi sebagai Kepala Pengawas Pendidikan di Kantor Departemen Agama Provinsi Bali hingga pension di tahun 1993.
Disana beliau menghadapi kultur yang lebih baru dengan masyarakat yang lebih beragam. Persoalan juga menjadi kompleks, karena Bali merupakan lokasi strategis yang banyak dikunjungi wisatawan. Beliau harus benar-benar piawai menempatkan diri, agar tidak salah melangkah dan gegabah mengambil keputusan.
Selama masa tugasnya di Bali, KH. Hasan Ali mendapat hadiah yang tidak akan pernah terlupakan. Sosok wanita cantik jelita yang melahirkan untuk dirinya 10 orang putra putri tercinta. KH. Hasan Ali resmi menjadikan Hj. Nimas Salmah sebagai seorang bidadari dalam hatinya. Akan tetapi, saat usia mereka sama-sama menginjak senja, Hj. Nimas Salmah mendahului suaminya untuk bertemu Sang Pencipta. Dan tidak lama berselang itu, sang suami, KH. Hasan Ali juga menyusul istrinya ke pangkuan Allah swt.
Sebagai seorang suami, beliau sangat bertanggung jawab pada keluarganya. Membimbing istrinya menuju jalan kebenaran serta merangkul anak-anaknya dalam dekapan kasih sayang. Petuah- petuah yang keluar dari lidahnya, didasarkan pada ketulusan hati dan rasa cintanya pada keluarga. Sehingga di kemudian hari, seluruh anggota keluarganya bisa menyumbang keteladanan untuk seluruh umat manusia, terutama untuk organisasi tercinta juga negara.
Maka tidak ada yang bisa mereka lakukan, selain menitipkan kepercayaan serta estafet perjuangan kepada anak-anak mereka. Kini, kesepuluh anak ulama kharismatik itu sudah menjadi dewasa. Bahkan diantara mereka sudah dikaruniai keturunan dan cucu yang bisa dibanggakan. Maka kesepuluh anak inilah yang nantinya menjadi penggerak perjuangan kedua orang tuanya.
Perjuangan KH. Hasan Ali sangat besar, baik untuk negara maupun organisasi tercinta. Dalam lingkup organisasi keagamaan, beliau mendapat mandat sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Bali di tahun 1978. Pemilihannya sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Bali, didasarkan pada sosoknya yang penuh pengalaman, bisa merangkul semua orang, dan mampu berkomunikasi secara santun dan sederhana kepada siapapun orangnya.
Kemampuan itu yang membawa beliau cukup lama mengemban amanah itu. Tercatat sejak diangkat tahun 1978, beliau baru lengser di tahun 1995. Pengaruh beliau dalam organisasi, turut membawa PW Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) Bali terus hidup dan hadir dalam berbagai kegiatan nasional maupun regional. Beliau tidak lelah berjuang untuk menyumbangkan karya-karya terbaik untuk memajukan organisasi.
Selain tersohor di kalangan umat muslim, beliau juga cukup populer di kalangan non muslim. Beliau yang sempat menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) selama dua periode, menjadi bukti kapabilitasnya di lingkungan sosial. Sosok yang tawadlu dan sopan menjadi kebanggaan semua orang untuk memimpin suatu jabatan. Oleh karenanya, nilai-nilai perjuangan KH. Hasan Ali ini tidak boleh dihilangkan setelah kepergiannya menghadap Allah swt. Semangat berjuang dan pantang menyerah dari beliau, harus dijadikan teladan untuk terus berkembang dan menjadi manusia yang amanah sekaligus bermanfaat bagi sesamanya.
Terutama kader-kader militan Muhammadiyah harus bisa menyamai ataupun melebihi kapabilitas tokoh besar KH. Hasan Ali. Karena dengan begitu, KH. Hasan Ali akan tersenyum bangga di surga melihat perjuangannya yang terus dihidupkan oleh generasi berikutnya. Maka jadilah orang yang selesai dengan dirinya sendiri. Melakukan serangkaian perjuangan tanpa melihat keuntungan yang didapat. Semoga semangat KH. Hasan Ali ini bisa terus berkobar dan menjadi ujung tombak pembakar api perjuangan generasi selanjutnya. Hiduplah Bangsaku! Hiduplah Perjuanganku!. Semoga.