Madrasah Digital
  • Wacana
    • Opini
    • Pemikiran Tokoh
    • Resensi
  • Gaya Hidup
    • Tips
  • Komunitas
  • Umum
    • Berita
  • Sastra
Saturday, January 23, 2021
No Result
View All Result
  • Wacana
    • Opini
    • Pemikiran Tokoh
    • Resensi
  • Gaya Hidup
    • Tips
  • Komunitas
  • Umum
    • Berita
  • Sastra
No Result
View All Result
Madrasah Digital
No Result
View All Result
Home Opini

Tantangan dan PR di Milad 108 Tahun Muhammadiyah

admin by admin
November 17, 2020
in Opini
6 min read
0
34
SHARES
112
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Raja Faidz el Shidqi, Kader IMM FISIP UMJ dan Bid. Advokasi PD IPM Kota Depok.

Pada 18 November 2020 ini, persyarikatan Muhammadiyah berulang tahun yang ke–108 tahun sejak didirikan pada 18 November 1912 di Kampung Kauman, Yogyakarta, oleh Muhammad Darwisy atau yang lebih dikenal dengan nama KH Ahmad Dahlan. Dalam perjalanannya, semenjak didirikan, Muhammadiyah banyak mengalami peristiwa-peristiwa bersejarah atau bahkan ikut membentuk sejarah Republik Indonesia ini. Dalam pergerakan masa awal berdirinya Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan sering kali mendapatkan pertentangan-pertentangan hingga pem-bully-an.

Baca Juga

Problem Pengutamaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik

January 23, 2021
Lukman Harun

Lukman Harun: ‘Mari Berlomba dalam Kebaikan’

January 21, 2021

FPI Lahir karena Muhammadiyah dan NU Elitis? Jangan Mengada-ada!

January 21, 2021

Hal itu karena pergerakannya dianggap menyimpang, memihak pada Belanda, atau bahkan dianggap menjauhkan masyarakat Kauman dari praktik-praktik ritual keagamaan yang terlalu sibuk mengurusi tahayul, bid’ah, dll. Terlebih, pada saat itu, sebagian masyarakat masih terpengaruh dan salah tafsir terhadap ajaran yang dibawa oleh Syeh Siti Jenar yang menempatkan tahta seorang Raja sebagai perwujudan Tuhan di muka bumi.

Hal ini membuat urusan-urusan dalam kesejahteraan masyarakat kurang diperhatikan. Terlebih, adanya sistem tanam paksa yang dilancarkan oleh pemerintah kolonial Belanda kala itu dan justru didukung oleh sebagian masyarakat priyai (kelas sosial atau golongan bangsawan dalam suku Jawa). Masyarakat kelas menengah ke bawah pada saat itu tidak dapat merasakan manfaat dari pendidikan karena instansi-instansi pendidikan yang ada dikhususkan untuk golongan tertentu saja. Hal ini membuat semangat KH Ahmad Dahlan semakin besar untuk melakukan gerakan revolusi atau perubahan terhadap masyarakat Indonesia, khususnya Yogyakarta.

Dimulai sejak Gerakan KH. Ahmad Dahlan yang mengajak diskusi beberapa tokoh masyarakat dan agama pada saat itu terkait salahnya kiblat Masjid Gede, melaksanakan shalat Tarawih secara terpisah di Langgar Kidul, hingga mengajar pelajaran agama di sekolah Belanda sehingga dirinya dianggap ‘Kiai Kafir’.

Sebetulnya masih banyak sepak terjang KH Ahmad Dahlan yang dapat dijadikan contoh, tapi intinya hampir dari semua kita mengetahui bahwa KH Ahmad Dahlan adalah seseorang yang pemikir, pembaharu, revolusioner. Ia tidak segan-segan untuk berpikir dan bertindak berbeda dari kebanyakan masyarakat dan hal tersebutlah yang membuat beliau dianggap menyimpang bahkan di-bully Kiai Kafir oleh masyarakat. Dalam perjalanannya berdakwah dan melawan TBC KH Ahmad Dahlan juga kerap kali mengalami ancaman-ancaman serius bahkan sampai Langgar Kidul yang diwariskan oleh ayahnya dirobohkan.

Muhammadiyah Masa Kini

Lalu bagaimana dengan gerakan Muhammadiyah pada saat sekarang ini? KH Ahmad Dahlan sendiri pernah berpesan dalam buku Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhmmadiyah yang ditulis oleh Prof Dr Munir Mulkhan. “Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu hendaklah warga muda-mudi Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut ilmu pengetahuan (dan teknologi) di mana dan ke mana saja. Menjadilah dokter sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan (profesional) lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu.”

Hendaknya dan memang sudah seharusnya pesan dari pendiri Muhammadiyah ini direnungkan dan dijalani bersama untuk kemajuan persyarikatan dalam menghadapi usianya yang sudah memasuki abad kedua.

Jika KH Ahmad Dahlan sendiri saja seorang yang revolusioner dan berani berpikir serta bertindak berbeda, mengapa pada zaman sekarang ini yang terjadi seolah-olah ada batas untuk berpikir dan bertindak? Rasanya sulit sekali untuk melakukan hal yang demikian jika berpikir dan bertindak berbeda sedikit saja langsung dicap negatif oleh sebagian orang?

Kultus dan Taklid

Jika penulis mengaitkannya dengan fenomena yang baru-baru ini terjadi, seperti kepulangan HRS ke Indonesia sampai dengan isu pilkada serentak, miris sekali rasanya. Melihat sikap-sikap yang bertebaran di masyarakat, khususnya sikap yang diwakili dari status-status di media sosial entah itu Facebook, WhatsApp, Instagram, bahkan Twitter.

Semenjak kepulangan HRS ke Indonesia pada tanggal 10 November yang lalu, kondisi di Indonesia ini seakan menjadi langsung ramai bak pasar atau supermarket sedang dalam promosi besar-besaran. Bayangkan saja, ketika HRS pulang ke Indonesia diawali dengan kemacetan yang terjadi di jalan-jalan ke arah Bandara Soekarno-Hatta dan sekarang sedang panas bergulir terkait isu ributnya massa pendukung HRS dengan massa pendukung Nikita Mirzani.

Nikita Mirzani oleh para pengikut HRS dianggap telah menghina Imam Besar FPI itu. Yang membuat penulis prihatin adalah sikap dari sebagian besar umat Islam yang ‘seolah’ memaksakan setiap individu yang beragama Islam untuk cinta kepada setiap keturunan Nabi.

Hal ini bukan saja terjadi dalam skala universal umat Islam saja, tetapi sudah terjadi dalam internal-internal organisasi Islam di Indonesia, seperti Nahdlatul Ulama dan tentu saja internal Muhammadiyah. Sebagai umat Islam tentu kita diharuskan saling mencintai, menghargai, serta saling menasihati satu sama lain terlepas siapa pun orangnya, dari mana asalnya, dan dari keturunan siapa orang itu berasal. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin diwajibkan merahmati, melindungi, dan mengayomi seluruh makhluk yang ada di bumi ini, bahkan di seluruh alam semesta ini. Bukankah hal tersebut juga sebagai dakwah KH Ahmad Dahlan ketika ia pertama kali menjadi khatib di Masjid Gede sejak kepulangannya dari Mekkah dalam rangka mempelajari Islam selama lima tahun lamanya?

Dalam hal penghormatan memang sudah sejak dahulu kita diajarkan untuk menghormati satu sama lain, tetapi berbeda konteks jika sudah sampai pada pengkhultusan terhadap tokoh-tokoh tertentu atau bahkan mengidolakan suatu tokoh secara berlebihan selain kepada Nabi Muhammad SAW. Pada sekarang ini yang saya lihat hanyalah pengultusan tokoh-tokoh tertentu dan mengidolakan secara berlebihan sehingga memungkinkan kita untuk kehilangan pandangan objektif terhadap sesuatu, jujur saja penulis sendiri juga mengidolakan beberapa tokoh nasional dan agamis tetapi tidak sampai fanatik terhadap sesuatu. Apa yang salah memang sepantasnya kita katakan salah, apa yang benar sudah seharusnya dikatakan benar adanya.

Pandangan objektif dan sehat seperti itulah yang seharusnya diperjuangkan oleh Muhammadiyah. Dan bukankah memang Islam sendiri muncul dalam keadaan terasing dan akan kembali pada keadaan terasing pula? Maka, beruntunglah mereka yang terasing tersebut karena mereka yang memperbaiki segala sesuatu yang salah? Poinnya di sini adalah mereka yang memperbaiki segala sesuatu yang salah, dan yang terjadi sekarang adalah banyak sikap-sikap fanatik yang dimunculkan, mengidolakan secara berlebihan sama ketika pada zaman KH Ahmad Dahlan berjuang dahulu.

Fanatik Itu Bodoh

Terlepas dari tindakan seseorang tersebut benar atau salah yang dipandang pertama kali adalah jabatan atau ketokohan yang bersangkutan, dan ini jelas pasti akan mendapatkan banyak pertentangan. Maka dari itu, coba lah kita fahami dan kita renungkan sudah sejauh mana kita memberikan penghormatan kepada orang lain atau mengidolakan orang lain? terlebih bagi warga Persyarikatan Muhammadiyah itu sendiri, bahkan soal fanatik ini sendiri KH Ahmad Dahlan pun pernah mengatakan: “Kita boleh mempunyai prinsip, tetapi jangan fanatik. Karena fanatik adalah ciri orang bodoh.”

Pusaran Politik

Dalam isu pilkada serentak juga misalnya, banyak sekali tanda-tanda disintegrasi bangsa yang muncul di tengah-tengah masyarakat belum selesai persoalan emosi soal Pemilu 2019 lalu yang saling mencaci maki sekarang ditambah persoalan Pilkada 2020 yang banyak orang membela jagoannya masing-masing bahkan sampai terkesan memutus tali silaturahmi satu sama lain. Ini sudah jelas-jelas salah dan salah satu bentuk kekeliruan luar biasa hebat.

Mereka yang membela mati-matian jagoan mereka hingga kehilangan pandangan objektif mereka dan hanya bisa menyalahkan satu sama lain, menghancurkan satu sama lain, menginjak satu sama lain atau memfitnah satu sama lain atas dasar yang tidak begitu kuat alias hanya asumsi pribadi saja. Di internal Muhammadiyah sendiri banyak kader-kadernya yang berseberangan pilihan ketika Pilkada Serentak 2020 sekarang ini, dan beberapa dari mereka justru terkesan membawa Muhammadiyah kepada kepentingan pragmatis demi untuk memenangkan jagoan mereka dan ini adalah kesalahan yang juga terjadi.

Perjuangan mereka untuk memenangkan jagoannya sampai melupakan bahwa Muhammadiyah memiliki Khittah atau garis perjuangan dalam pergerakan Organisasi salah satunya adalah Khittah Ujung Pandang (1971) yang mana dijelaskan bahwa Muhammadiyah adalah Gerakan dakwah Islam yang beramal dalam bidang kehidupan masyarakat dan tidak mempunyai afiliasi dengan Partai Politik manapun. Dalam hal ini, Prof Dr Haedar Nashir MSi berpesan bahwa: “Partai hendaknya menggunakan perannya sebagai partai, ormas berperanlah sebagai ormas dan jangan ditukar ormas sebagai partai dan partai menjadi ormas.” Pernyataan itu disampaikan pada saat menerima secara virtual kunjungan AHY ke PP Muhammadiyah di Jakarta, Kamis (12/11).

Jika saja saya membayangkan bila mereka-mereka yang memiliki sikap seperti itu (mudah mem-bully, mudah menilai seseorang, dll) dapat berkesempatan hidup sezaman dengan KH Ahmad Dahlan pada awal perjuangannya apakah mereka akan mengikuti langkah seorang KH Ahmad Dahlan, di mana beliau adalah seorang revolusioner, berani berpikir dan bertindak berbeda dengan yang lain atau justru mereka lah yang akan menjadi penentang-penentang dan pembully KH Ahmad Dahlan yang mengolok-olok KH Ahmad Dahlan sebagai Kiai Kafir?

PR Muhammadiyah

Selain daripada masalah-masalah tersebut masih banyak PR-PR lain di Muhammadiyah yang hendaknya juga dipikirkan serta menjadi prioritas. Misalnya saja dalam soal perkaderan pada setiap organisasi otonom. Ini menjadi salah satu hal terpenting dan vital dalam gerakan setiap organisasi jika menginginkan adanya regenerasi kepemimpinan. Semestinya kader Muhammadiyah yang berada di seluruh ortom memprioritaskan dan ikut berjuang dalam hal perkaderan ini.

Terlebih, pada masa sekarang ini Indonesia masih belum terlepas dari penyebaran wabah Pandemi Covid-19 terlepas dari kita mempercayai dahsyat atau tidak akibat dari Virus ini tetaplah perkaderan harus berjalan dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku. Mengingat bahwa Muhammadiyah akan melaksanakan Muktamar pada 2021 mendatang dan juga hampir seluruh ortom disetiap tingkat akan melaksanakan Musywarahnya masing-masing menjadi sangat penting untuk mengurusi perkaderan guna mendapatkan penerus-penerus yang akan menjadi regenerasi tampuk Pimpinan umat nanti.

Maka, dalam menghadapi segala tantangan yang ada atau yang akan muncul di masa perjuangan Muhammadiyah pada Abad kedua ini tentu diperlukan satu kesatuan antar kader Muhammadiyah terlepas dari persoalan regional, perbedaan pilihan, perbedaan pendapat, dan perbedaan-perbedaan yang lain. Semoga tulisan ini dapat menjadi perenungan kita bersama selaku kader Muhammadiyah dan juga penerus bangsa, sebagaimana tugas kita semua yang telah dititipkan Persyarikatan ini untuk dijaga dengan sebaik mungkin seperti yang dikatakan oleh KH Ahmad Dahlan.

“Karena itu, aku titipkan Muhammadiyah ini kepadamu sekalian dengan penuh harapan agar engkau sekalian mau memelihara dan menjaga Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar Muhammadiyah bisa terus berkembang selamanya.” Dan tetap menjaga marwah organisasi sebagai mana mestinya, karena tujuan diberi nama Muhammadiyah pada organisasi ini tidak lain ialah sebagai harapan bahwa seluruh umat yang berjiwa Islam akan selalu tetap mencintai junjungan Nabi Muhammad SAW.

Dengan mengamalkan segala tuntutan dan perintahnya, yang kita semua tahu bahwa Nabi Muhammad SAW. Bukanlah seorang pendendam, pencaci maki, atau sifat tercela lainnya. Nabi Muhammad SAW. Adalah orang yang ceria dan menghormati satu sama lain dan memang beliau akan sangat marah jika agama Islam dihinakan tetapi beliau tidak mudah marah jika pribadi nya yang disinggung sebagai bukti bahwa beliau adalah pribadi yang mudah memaafkan.

Tags: Muhammadiyah
Share14Tweet9SendShare
Previous Post

Reformulasi Gerakan Intelektual IMM: Menuju IMM New Normal

Next Post

Tradisi Intelektual di Dunia Islam

admin

admin

Related Posts

Problem Pengutamaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik

by admin
January 23, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Taufik Indarto, Pemerhati dan Dosen Bahasa Indonesia Pemanfaatan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara sekaligus bahasa pemersatu sudah di...

Lukman Harun

Lukman Harun: ‘Mari Berlomba dalam Kebaikan’

by admin
January 21, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Ahmad Soleh, Penulis Buku Wajah Islam Kita “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu...

FPI Lahir karena Muhammadiyah dan NU Elitis? Jangan Mengada-ada!

by Raja faidz el shidqi
January 21, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Raja Faidz el Shidqi, Sekretaris Bidang HIKMAH PK IMM FISIP UMJ Barusan saja, saya menerima sebuah pesan singkat...

Catatan Buat Pandji Soal FPI, Muhammadiyah, dan NU

by admin
January 21, 2021
0

Oleh: Robby Karman Pernyataan Pandji Pragiwaksono, seorang komika yang cukup intelek viral dan ramai di medsos, yang membandingkan FPI (Front...

Bola (Berita Satu)

Meneropong Nasib Sepak Bola Indonesia

by admin
January 20, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO - Oleh: Farhan Ramadhan, Mahasiswa Pendidikan Olahraga Universitas Muhammadiyah Jakarta Liga 1 dan Liga 2 sampai saat ini belum...

Kemajuan Teknologi Informasi Berdampak Pada Sosiologi Masyarakat Perkotaan

by admin
January 20, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO,- Zulfikar Ali Husen   Kemajuan teknologi yang pesat dan cepat menuntut masyarakat untuk beradaptasi sehingga banyak perubahan yang terjadi....

Next Post

Tradisi Intelektual di Dunia Islam

Catatan Reflektif Milad 108 Tahun Muhammadiyah

108 Tahun Muhammadiyah: Mencerahkan dan Menggembirakan Kemanusiaan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

Recent Posts

  • Problem Pengutamaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik
  • PC Aisyiyah Colomadu Peduli Korban Bencana Alam
  • Lukman Harun: ‘Mari Berlomba dalam Kebaikan’
  • Puisi: Duka Nusantara
  • FPI Lahir karena Muhammadiyah dan NU Elitis? Jangan Mengada-ada!

Recent Comments

  • Aditya Utama on Cerpen: Luka yang Indah
  • Salman on Ilusi Kedaulatan Hukum
  • Catatan Belajar Mandiri Filsafat Islam 01 – Judul Situs on Apa Hukum Berfilsafat dalam Al-Quran?
  • CATATAN BELAJAR MANDIRI KE-1 MATA KULIAH FILSAFAT ISLAM – CATATAN BELAJAR MANDIRI FILSAFAT ISLAM on Apa Hukum Berfilsafat dalam Al-Quran?
  • Bunda alifa on Kisah di Balik Senyum Indah Jofi

Archives

  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • October 2020
  • September 2020
  • August 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • January 2020
  • December 2019
  • November 2019
  • October 2019
  • September 2019
  • August 2019
  • July 2019
  • June 2019
  • May 2019
  • April 2019
  • March 2019
  • February 2019
  • January 2019

Categories

  • Berita
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Resensi
  • Sastra
  • Tips
  • Umum
  • Wacana

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org
Facebook Instagram

Madrasah Digital

Madrasah Digital

Madrasah Digital

Kategori

  • Berita
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Resensi
  • Sastra
  • Tips
  • Umum
  • Wacana

Sekretariat

Learning Center Madrasah Digital

Alamat
Graha Inkud Lt. 6, Jln. Warung Buncit Raya No. 18-20, Jakarta Selatan, 12740.

Telp
0817123002/085717051886

E-mail
redaksimadrasah@gmail.com

© 2019 Madrasah Digital

No Result
View All Result
  • Masuk / Daftar
    • Tulis Postingan
    • Tulisan Saya
  • Berita
  • Wacana
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Opini
  • Sastra
  • Umum

© 2019 Madrasah Digital

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In