MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh: Ramadhan Widiantoro (Peserta Sekolah Da’I DPD IMM DIY)
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai bagian dari organisasi otonom Muhammadiyah memiliki cita-cita, yaitu “mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah”. Dalam rangka mewujudkan cita-cita tersebut, IMM melakukan berbagai upaya dengan menjadikan trilogi dan trikoda sebagai spirit gerakan. Terlebih pada situasi yang penuh dengan tantangan saat ini. IMM harus memiliki kepekaan terhadap setiap persoalan yang muncul dengan berlandaskan pada akhlak, kompetensi dan literasi.
Memasuki Era 5.0, IMM dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Ditambah lagi dengan fenomena 3S (Sudden shift, Speed, Surprise) yang memaksa IMM harus beradaptasi dengan perubahan zaman yang serba cepat. Dalam konteks ini, Surat Al-‘Alaq memberikan jalan keluar dengan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai sumber jawaban dari setiap persoalan yang ada. Pada ayat tersebut, Allah memerintahkan agar kita mampu membaca, tidak hanya secara literal, tapi mampu melihat persoalan dari setiap sudut pandang yang berbeda. Karena itulah, pentingnya posisi ilmu pengetahuan sebagai problem solver dari setiap persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Selain itu ia juga harus dibarengi dengan spirit kemanusiaan yang berorientasi pada kemaslahatan.
Perkembangan dunia saat ini berdampak pada seluruh kehidupan aspek umat manusia, tak terkecuali IMM. Namun di tengah laju pesat tersebut, muncul berbagai persoalan yang turut berjalan beriringan dengan kemajuan zaman. Satu diantaranya adalah dengan semakin menempatkan manusia pada posisi sebagai masyarakat konsumtif. Di satu sisi, modernitas menawarkan gagasan akan berbagai kemudahan, namun pada sisi lain menyebabkan manusia menjadi masyarakat yang serba pragmatis dan materialis. Kondisi ini diperparah dengan perkembangan media massa. Keadaan postmodernisme menjadi tantangan baru bagi kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang sangat cepat membuat semakin sempitnya batas kehidupan dunia.
Postmodernisme
Banyak istilah yang menyebutkan makna kata dari postmodern. Ada pula yang mengatakan bahwa keadaan posmo juga disebut sebagai fase post realitas; pula ada yang menyebut keadaan post truth. Namun dari berbagai definisi tersebut, paling tidak postmodernisme memberikan pemahaman bahwa globalisasi senantiasa menawarkan cara, pola dan gerakan pemikiran yang selalu mendatangkan hal baru dalam kehidupan masyarakat kita, dan berpeluang menjadi viral. Perkembangan teknologi adalah bukti bahwa ilmu pengetahuan mewarnai dominasi perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat.
Namun, perkembangan postmodern yang identik dengan kritik atas realitas nampaknya menimbulkan masalah baru dalam masyarakat. Masalah tersebut tampaknya menjadi sebuah refleksi catatan kritis bagi kader IMM. Salah satunya adalah era baru yang menawarkan sebuah gagasan, pemikiran dan doktrin sosial. Masyarakat kita melihat adanya Revolusi Industri 4.0 yang menawarkan kemajuan dalam aspek industri teknologi. Sementara pada 2019 lalu, Jepang secara mengejutkan sedang berada pada fase peralihan dengan menawarkan kemajuan era yang dinamai dengan Society 5.0.
Faktor Jepang melatarbelakangi gagasan 5.0 adalah pertama, tenaga kerja yang tidak terserap dengan efisien. Kedua, banyak profesi yang hilang tergerus zaman. Ketiga, lingkungan yang semakin terancam oleh banyaknya produksi teknologi yang tidak difilter dengan baik.
Artinya, Society 5.0 didefinisikan sebagai keadaan di mana masyarakat berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dengan sistem yang mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik. Peluang inilah yang sebenarnya harus menjadi perhatian bagi IMM, dengan beradaptasi pada kemajuan dan perkembangan zaman, sehingga dapat menyelesaikan persoalan secara konkret di tengah masyarakat sekaligus sebagai ladang dakwah IMM di era Society 5.0.
Tantangan IMM
Tantangan Society 5.0 harus menjadi catatan kritis bagi setiap kader agar dapat menghadapi segala permasalahan yang terjadi dengan wacana gerakan yang menyegarkan. Terlihat pada dekade ini bahwa hambatan seorang kader terlihat jelas dengan berbagai macam realitas sosial saat ini mengenai berbagai persoalan. Secara umum terdapat beberapa persoalan yang patut dicermati IMM agar menumbuhkan wacana kritisnya menghadapi era Society 5.0.
Pertama, komersialisasi dunia pendidikan menjadikan mahasiswa kuliah hanya untuk mencari ijazah. Hal-hal yang lebih substansial terindikasi tergerus oleh paradigma pragmatis yang apatis. Pada akhirnya menyebabkan daya kritis mahasiswa terhadap isu sosial berkurang. Tantangan bagi IMM untuk tetap menjaga daya kritis kader terhadap isu sosial kemasyarakatan di tengah komersialisasi pendidikan. Kedua, era postmodernisme, di mana kebenaran mutlak digantikan dengan kebenaran relatif yang membuat hambatan baru bagi IMM yaitu kader mulai mempertanyakan arah gerak IMM yang telah dirancang oleh para pendahulu. Salah satunya adalah adanya bias data, informasi dan konfirmasi mengenai sebuah fakta sosial yang ada dalam organisasi. Ketiga, terdapat tarikan kepentingan yang berorientasi pada gerakan politik praktis, salah satunya persoalan gaya hidup para kader IMM yang semakin pragmatis dan materialis.
Keempat, persoalan lain yang muncul adalah berkaitan dengan mentalitas individu tiap kader yang mengalami kemunduran moral dan karakter sebagai kader intelektual. Kemunduran ini disebabkan bukan hanya kader tidak berusaha mencari informasi dengan banyak membaca buku dan melatih skill, tetapi juga secara emosional dan spiritual, kader tidak memiliki ikhtiar untuk memperdalam sisi humanitas dan religiusitas. Kelima adalah kurangnya kesadaran kader IMM terkait perannya terhadap perkembangan media digital. Sehingga media digital hanya dijadikan sebagai bahan konsumsi dan bukan sebagai sumber informasi mengenai realitas sosial yang tengah terjadi di tengah masyarakat. Kader IMM juga tidak boleh apatis dalam melihat, memverifikasi, mengolah, menyimpulkan dan mengevaluasi setiap kejadian dengan media digital sebagai alat untuk membantu problem solving.
Red: Saipul Haq