MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Annisya Kurniasih – Pada waktu belakangan ini, masyarakat Indonesia sedang disibukkan dengan pemberitaan terkait narasi yang disampaikan oleh Menteri Agama Indonesia yaitu, Yaqut Cholil Qoumas. Pasalnyal apa yang disampaikan oleh Yaqut, cukup menghebohkan dan menimbulkan banyak pandangan dari beberapa masyarakat khususnya umat Islam.
Mengutip dari CNN Indonesia, Yaqut menyampaikan “Iya itu kemarin kita terbitkan edaran pengaturan. Kita tak melarang masjid musala gunakan toa, tidak. Karena itu bagian syiar Agama Islam. Tapi ini harus diatur bagaimana volume sepikernya. Toanya enggak boleh kencang-kencang, 100 db. Diatur bagaimana kapan mereka gunakan speaker itu sebelum Azan, setelah Azan. Ini tak ada pelarangan.
Aturan ini dibuat semata-mata agar masyarakat kita makin harmonis. Menambah manfaat dan mengurangi ketidakmanfaatan. Kita tahu di wilayah mayoritas muslim, hampir tiap 100-200 meter ada musala dan masjid. Bayangkan kalau kemudian dalam waktu bersamaan mereka nyalakan toanya di atas kaya apa? Itu bukan lagi syiar, tapi gangguan buat sekitarnya.
Kita bayangkan lagi, kita muslim, lalu hidup di lingkungan nonmuslim, lalu rumah ibadah saudara kita nonmuslim bunyikan toa sehari lima kali dengan kencang-kencang secara bersamaan itu rasanya bagaimana. Yang paling sederhana lagi, tetangga kita ini dalam satu kompleks, misalnya, kanan kiri depan belakang pelihara anjing semuanya, misalnya, menggonggong dalam waktu bersamaan, kita ini terganggu enggak?
Apapun suara itu kita atur agar tak jadi gangguan. Speaker di musala masjid monggo silakan dipakai, tapi diatur agar tak ada merasa terganggu. Agar niat penggunaan toa dan speaker sebagai sarana dan wasilah lakukan syiar bisa dilaksanakan tanpa mengganggu mereka yang tak sama dengan keyakinan kita.”
Namun hal tersebut menjadi perdebatan beberapa pihak, dikarenakan Yaqut membandingkan suara Adzan dengan suara anjing yang menggonggong. Ia memperumpamakan bahwa, jika disekitar rumah kita memelihara anjing lalu ia menggonggong setiap 5 kali sehari dalam waktu bersamaan, maka akan mengganggu masyarakat disekitarnya juga.
Cukup banyak masyarakat yang pada akhirnya memberikan komentar disejumlah media sosial. Ada yang berpandangan bahwa hal tersebut tidak patut dibandingkan karena bukanlah perbandingan yang setara. Antara suara adzan yang mengandung makna yang baik dengan suara anjing yang tidak memiliki makna. Secara tidak langsung Yaqut dinilai telah membuat suatu penistaan terhadap agama Islam.
Dalam tulisan ini kita tidak akan terlalu banyak membahas terkait fenomena ini dari segi pernyataan yang telah disampaikan, namun penulis ingin mengajak pembaca sama-sama mengomentari fenomena tersebut dari sudut pandang yang lebih fundamental. Bukan sekedar menyalahkan salah satu pihak atau membahas permasalahan adzan yang akan dibatasi volume kumandangnya.
Seperti judulnya, apakah ketika suara adzan saat ini dibatasi pada akhirnya membuat segala hal terutama hidayah Allah pun menjadi terbatas untuk seseorang memenuhi seruan sholat? Seharusnya bisa kita jawab dengan mudah. Tentu tidak.
Coba kita renungkan bersama, ketika saat ini suara adzan masih berkumandang keras disetiap masjid ketika masih waktu sholat. Berapa banyak dari kita yang mendengarnya, namun tak bergegas memenuhi panggilannya untuk segera meninggalkan aktivitas duniawi dan melaksanakan seruan sholat.
Berapa banyak juga dari kita ketika mendengar suara adzan, masih menunda untuk melaksanakan sholat. Dan sudah sejauh mana kita mendalami esensi dari adzan tersebut. Karena dalam lafadz adzan, memiliki arti yang cukup bermakna jika kita bedah satu persatu kalimatnya. Namun apakah kita sudah mengetahui arti kalimat perkalimat tersebut?
Maka perihal kecil atau besarnya suara adzan, atau ada dan tidaknya suara adzan, sholat harus tetap ditegakkan. Jangan terfokus dengan ritualnya, namun kitapun perlu fokuskan diri pada esensi yang terkandung dari setiap apapun yang kita kerjakan.
Bahkan beribu-ribu abad yang lalu pun, di jaman para nabi tidak terdapat adzan untuk melaksanakan sholat. Namun Islam dan hidayah Allah tetap ada hingga saat ini. Jika kita hanya fokus pada yang nampak, maka kita akan disibukkan dengan hal itu. Sehingga tidak dapat melihat hal tersirat dibalik hal tersebut. Ubah mindset kita lebih dalam lagi, agar dapat menyikapi sesuatu tidak dengan amarah, hawa, yangpada akhirnya dapat menimbulkan perselisihan antar kelompok.