MADRASAHDIGITAL.CO Oleh : Adam Ali Muhammad (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
Pendahuluan
Menurut Aristoteles filsafat merupakan “Mother of Science” ibu dari segala ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan filsafat mempunyai karakteristik berupa cara berpikir yang mendasar (basic) dan mengakar (radics), tidak hanya sekedar luaran atau kerak dari suatu hal yang dikaji, akan tetapi sampai hal yang mendasar dari sesuatu, hingga menemukan titik terang mengenai kebenaran dan keberadaannya secara ilmiah dan rasional.
Adapun pengertian secara bahasa, filsafat berasal dari Bahasa Yunani (Greek), yaitu Philo dan Sophia, terdiri dari kata Philos yang berarti love (cinta) dan Sophia yang berarti wisdom (kebijaksanaan) atau science (pengetahuan). Dapat disimpulkan pengertian secara bahasa, filsafat atau Philosophia bermakna mencintai kebijaksanaan atau mencintai kebenaran, dalam hal ini kebenaran sama halnya dengan ilmu pengetahuan (Poedjiadi & Al-Muchtar, 2014).
Filsafat bagi beberapa tokoh
Adapun pandangan beberapa tokoh mengenai filsafat, yang pertama adalah Aristoteles (381/322 SM) filsafat merupakan ilmu yang mencakup realitas yang mengandung ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Kedua, menurut Al-Farabi (258-339 H/870-950 M) dalam Al-Tsamarat Al-Mardhiyyah 26-27 mengungkapkan bahwa hakikat filsafat adalah satu kesatuan, oleh karena itu para filsuf besar harus selaras bahwa satu-satunya tujuan adalah mencari realitas.
Ketiga, Immanuel Kant (1724-1804) filsafat merupakan inti dan dasar dari segala pengetahuan yang mencakup empat persoalan; metafisika, etika, agama, dan antropologi. Menurut beberapa pandangan tokoh yang sudah disebutkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat secara terminologi adalah pengkajian kebenaran yang menjadi tujuan akhir dari pemikiran, filsafat merupakan sistem pemikiran yang menghasilkan teori, teknik, dan penelitian akhir suatu objek penelitian atau pemikiran yang berdasar pada syarat-syarat yang telah diatur secara ilmiah dari masa ke masa yang meliputi hakikat penyebab, pertama, pencipta, alam, dan manusia (Nawawi, 2017).
Memaknai FIlsafat
Filsafat ibaratkan pisau analisis yang membedah sesuatu yang ada dan bahkan tidak ada. Secara ilmiah dan diterima oleh akal sehat (common sense) yang memungkinkan manusia melihat suatu kebenaran di antara kebenaran lain. Filsafat juga membimbing dengan metode berpikir yang mendasar guna menyelaraskan logika, rasa, rasio, pengalaman, dan agama. Adapun cabang filsafat antara lain; Ontologi, yang membahas mengenai apa yang ingin diketahui dan seberapa jauh keingintahuan atau bisa disebut dengan pengkajian mengenai sesuatu yang ada dan tidak ada.
Kedua, Epistemologi atau disebut sebagai cabang filsafat yang membicarakan keberadaan ilmu, epistemologi menentukan kebenaran yang dianggap patut diterima dan yang patut ditolak. Ketiga adalah Aksiologi yang membahas mengenai tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Aksiologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan (Suwarlan et al., 2023).
Sejarah Singkat Filsafat
Sejarah singkat munculnya filsafat pertama kali yaitu pada Zaman Yunani (Greek) pada abad ke 7 SM. Pada masa ini, filsafat muncul ketika manusia mulai mempertanyakan tentang keberadaan alam, dunia, dan lingkungan. Pada masa tersebut mereka tidak bergantung terhadap agama untuk mencari jawaban atas pertanyaan mereka.
Sejarah filsafat pada abad pertengahan, yang ditandai dengan doktrin Agama Kristiani yang sangat besar. Pemikiran harus sesuai dengan ajaran Kristiani, perkembangan filsafat pada masa pertengahan mengalami kemunduran dikarenakan doktrin yang kuat dan perkembangan Agama Kristiani yang mengikis nilai filsafat (Juliwansyah & Ahida, 2022).
Filsafat terus berkembang hingga masa Renaisans atau bisa disebut zaman kelahiran kembali (rebirth) dan kebangkitan intelektualitas. Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pemikiran abad pertengahan yang dogmatis. Sehingga melahirkan revolusi dalam pemikiran manusia dan membentuk pemikiran baru dalam filsafat yang tidak terikat dengan doktrin agama. Zaman ini disebut juga zaman kelahiran kembali kebebasan berpikir seperti pada masa Yunani Kuno (Musakkir, 2021).
Cara berfikir ala Filsafat
Cara berpikir filsafat adalah proses berpikir yang mendalam. Adapun salah satu hasil yang paling mendasar dari berpikir filsafat adalah perilaku seseorang tersebut. Socrates mengatakan “Cogito ergo sum” (aku berpikir maka aku ada) hal ini memperlihatkan bahwa pemikiran seseorang dapat membuktikan bahwa sesuatu yang pasti adalah realitas (keberadaan) individu itu sendiri (Oktaviana & Ediyono, 2015).
Adapun pemikiran filsafat memiliki hambatan yang dialami oleh setiap individu yaitu, keterbatasan kognisi (cara memperoleh pengetahuan) dan alasan untuk percaya, sederhananya ragu untuk mempercayai sesuatu. Solusi untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan dan keraguan untuk mempercayai suatu hal yang dikaji dengan cara berpikir filsafat antara lain; membaca, berdiskusi, menganalisis, dan berasumsi.
Hal tersebut dapat mengasah critical thinking individu menjadi lebih tajam. Dengan membaca dapat membuka cakrawala dan memperbanyak kosakata dengan berdiskusi bisa melihat suatu hal dari perspektif yang berbeda. Dengan menganalisa dapat melatih otak untuk berpikir sistematis, serta dengan berasumsi dapat mengekspresikan semua elemen yang ada sebelumnya.
Di sisi lain mengkolaborasikan luasnya pengetahuan dengan berbagai perspektif yang tersusun secara sistematis dan dikeluarkan dalam bentuk argumen yang lebih tajam dan mengakar. Secara ilmiah dengan dasar dan sumber yang konkret, Tidak hanya mengandalkan common sense individu itu sendiri.
*****
Filsafat bertujuan untuk menjawab pertanyaan apa, kenapa, mengapa, siapa, dan bagaimana mengenai segala sesuatu yang ada disekitar manusia. Pertanyaan dalam bentuk indrawi maupun non indrawi. Bahkan di dalam diri manusia sendiri merupakan sesuatu yang dapat diilmiahkan dan muncul berbagai pertanyaan fundamental. Pertanyaan mengenai bagaimana penciptaan, hakikat berpikir, siapa hakikat manusia, bagaimana pemikiran mampu mengubah fenomena kehidupan dalam manusia.
Hal terpenting dalam filsafat adalah akal sehat yang terus-menerus diasah. Tak Sekedar mendekam di dalam otak tanpa adanya keselarasan dengan pengetahuan dan hati nurani. Sekalipun dalam dunia pendidikan terdapat didalamnya banyak pertanyaan yang hanya akan didapat jawabannya dengan mengasah akal dan pengetahuan melalui filsafat. Hampir di setiap program studi yang mengarah ke dalam pendidikan maupun di luar pendidikan, mempelajari filsafat sebagai jembatan untuk mengasah akal sehat, pengetahuan, serta critical thinking.
Catatan Penutup
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa berpikir filsafat memiliki berbagai pengaruh dalam perilaku seseorang. Mengingat faktor paling mendasar dalam pemikiran filsafat adalah ketajaman berpikir. Banyak dari filsuf yang setuju bahwa akal manusia merupakan hal terpenting dalam kehidupan setiap individu (Oktaviana & Ediyono, 2015).
Sebagai pembelajar dan pengajar setiap manusia tentunya harus memiliki kemampuan berpikir yang logis dan memiliki dasar serta filosofi dari apa yang dipelajari dan diajarkan. Sehingga segala sesuatu yang dipikirkan, diucapkan, dan dilakukan dapat dipertanggungjawabkan dengan argumen dan akal sehat berdasar pada pengetahuan atau ilmiah, tentu saja hal ini didapat dalam mempelajari filsafat.
Demikianlah penghujung dari bahasan mengenai filsafat yang disusun secara ringkas dan sistematis untuk bisa memberikan gambaran singkat mengenai filsafat dan segala hal yang berhubungan dengannya secara singkat, serta memberikan feedback pada akal sehat manusia untuk bisa membudayakan berpikir, mengutamakan ilmu dan akal sehat sebelum bertindak maupun berucap.
Red : M. Rendi Nanda Saputra