Oleh: Riza A. Novanto*
Muhammadiyah yang didirikan KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 membawa misi keumatan, dengan tujuan menciptakan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Saat ini, Muhammadiyah memasuki abad kedua, tantangan demi tantangan semakin berat dan hebat, maka untuk mempertahankan eksistensi Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar dimasa mendatang harus mengupayakan berbagai cara agar generasi baru Muhammadiyah bisa membawa misi keumatan yang dibawa KH Ahmad Dahlan sebagai tujuan awal didirikannya Muhammadiyah dengan berlandaskan Qur’an dan hadis sehingga ideologi Muhammadiyah tetap kokoh didalam sanubari para kader penerus.
Ideologi Muhammadiyah yang dirumuskan pada awal berdirinya telah membentuk paham serta perilaku warga Muhammadiyah sehingga mampu merubah kehidupan beragama, sosial, politik, budaya hingga ekonomi. Pandangan dasar yang dibawa menerangkan bahwa Islam merupakan agama yang rasional sehingga menjadikan rujukan utama bagi pembaharuan. Ini berarti bahwa Muhammadiyah pada sisi ini tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ajaran Islam dan mendukung perubahan dengan prinsip tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini tentu menjadi harapan Muhammadiyah agar kader-kader generasi muda saat ini tetap berpegang teguh dan komitmen dengan ideologi Muhammadiyah.
Generasi muda dikenal dengan generasi yang kritis dan kreatif serta masih memiliki idealisme tinggi. Selain itu generasi muda juga masih memiliki energi yang besar baik tenaga maupun fikiran. Peran generasi muda sudah seharusnya menjadi motor penggerak diberbagai lini, namun masih membutuhkan bimbingan dan arahan dari para orang tua. Adapun yang menjadi problematika generasi muda yakni masih mencari jati diri untuk menuju dewasa serta masih menstabilkan diri dengan lingkungannya.
Komitmen kepada Islam dan Loyal kepada Muhammadiyah
Sebagai generasi umat, tentu kader Muhammadiyah harus memiliki komitmen kepada Islam. Namun, bentuk komitmen itu tidak sebatas ucapan akan tetapi dalam bentuk aksi nyata. Bentuk ke-Islaman dan keimanan seseorang ialah dengan adanya amal nyata dam kehidupan, baik dalam individu maupun kelompok khususnya di persyarikatan Muhammadiyah. Adapun salah satu prinsip Aqidah dalam Islam adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah yaitu dengan cara mencintai dan memberikan wala‘ (loyalitas) kepada umat.
Sementara bentuk loyalitas kepada Persyarikatan Muhammadiyah yakni dengan cara peduli dengan Persyarikatan, peduli untuk menghidupi, peduli untuk dakwah, peduli pengkaderannya, peduli pengembangan AUMnya, serta peduli terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di tubuh persyarikatan, baik internal maupun eksternal. Sebab awal berdirinya Muhammadiyah untuk dakwah Amar Ma’aruf Nahi mungkar, bukan kepentingan pribadi atau sekelompok orang. Bentuk komitmen kepada Islam dan loyalitas kepada Muhammadiyah bisa dijadikan landasan dasar untuk para kader untuk terus menghidupi Muhammadiyah dengan ikut meramaikan pengajian-pengajian yang diselenggarakan Persyarikatan, mulai dari tingkat Ranting, Cabang, hingga Daerah.
Sebagai kader Muhammadiyah, terutama Organisasi Otonom (Ortom) Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Tapak Suci dan Hizbul Wathan sudah seharusnya ikut serta untuk mengikuti jenjang pengkaderan yang ada di masing-masing Ortom, hal ini sebagai salah satu penguatan ideologi Muhammadiyah kedepan serta dalam rangka mengokohkan dan mendidik kader-kader berikutnya agar semakin komitmen kepada Islam dan loyal dengan Muhammadiyah.
Kader Muhammadiyah Sadar Pendidikan
KH. Ahmad Dahlan sejak mendirikan Muhammadiyah menyadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa membawa perubahan secara signifikan. Yakni ungjk memperbaiki kondisi kehidupan bermasyarakat, sebab masyarakat kala itu masih terbayang-bayang TBC (Tahayul, Bid’ah, khurafat). Tentu dengan pendidikan harapannya bisa membuka pola pikir dan membuka cakrawala pengetahuan yang lebih luas.
Muhammadiyah sudah membuktikan gerakan itu dengan banyaknya jumlah sekolah-sekolah Muhammadiyah. Dengan banyaknya sekolah yang didirikan Muhammadiyah secara tidak langsung mengajak kita semua, kader Muhammadiyah untuk sadar pendidikan. Selain sadar pendidikan, hal itu juga untuk meng-Implementasikan kita dalam menghidupi Muhammadiyah. Selain berfungsi untuk sekolah, misi lain dijadikan sebagai ladang perkaderan. Hal ini perlu ditegaskan kembali agar pendidikan Muhammadiyah benar-benar melaksanakan misi pengkaderan. perguruan tinggi Muhammadiyah juga membuka peluang besar bagi kader Muhammadiyah agar bisa kuliah dengan menyediakan beasiswa kader.
*Ketua PCPM Talang II