MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh: Pena Merah
Tulisan ini merupakan seri pertama dari tiga serial essay bertema kematian IMM
Beberapa waktu belakangan ini muncul diskursus tentang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah khususnya membahas tentang matinya organisasi tersebut. Tapi, apakah benar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah mati? Sementara saat ini, banyak sekali program dan kegiatan yang menghiasi lini kehidupan kemahasiswaan. Bagi penulis, kehadiran dari semua program itu tidak lebih dari citra yang dihadirkan untuk menutupi kondisi busuk yang ada di dalam.
Secara pribadi, saya tidak ingin mengecilkan pentingnya aspek program dalam tubuh ikatan adalah suatu hal yang menyedihkan, jika program yang dibuat dalam proses kaderisasi di Ikatan harus tunduk pada tujuan diluar hakikatnya. Tidak mengherankan jika kematian Ikatan merupakan hal nyata saat ini.
Kematian IMM ditandai oleh kondisi internal yang busuk, berupa terjadinya disorientasi yang sangat fundamental dari hakikatnya sebagai organisasi mahasiswa. Selain itu, faktor eksternal juga sangat mempengaruhi dan turut serta menjadi penyebab kematian Ikatan. Bahkan, kedua faktor tersebut saat ini tidak disadari oleh setiap elemen yang ada dan terjebak pada kefanaan. Selain itu, mereka tidak sadar bahwa IMM tidak lebih dari kenangan masa lalu yang telah padam, mati, dan sirna.
Matinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Seperti sudah disebutkan, kematian IMM salah satunya dipengaruhi oleh faktor internal berupa disorientasi Ikatan. Langkah gerak organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya, yaitu sebagai organisasi otonom Muhammadiyah sekaligus sebagai organisasi mahasiswa. Peran ini sudah runtuh dan hilang dimakan oleh kepentingan dan keegoisan kader dalam menjalankan organisasi. Ada beberapa hal yang menyebapkan matinya IMM.
Pertama, kader maupun pimpinan IMM sangat disibukkan dengan agenda kaderisasi utama dan menjadikannya sebagai tujuan dari berjalannya organisasi, secara khusus ini dapat dilihat di akar rumput. Dimana mempersiapkan Darul Arqam Dasar (DAD) adalah satu-satunya kewajiban yang dimiliki oleh Ikatan. Tugas-tugas kaderisasi lain sebagai bentuk penciptaan karakter dan gen kader hilang, sirna dan tidak tersisa. Selain itu, tugas dan peran sosial Ikatan telah terkikis dengan hanya berorientasi pada proses kaderisasi utama, jarang sekali saat ini muncul diskusi-diskusi yang membahas permasalahan sosial, apalagi melakukan gerakan akar rumput.
Selain mengkultuskan DAD, proses inipun kehilangan esensi dasarnya. DAD yang merupakan gerbang masuk dan penanaman pondasi awal untuk pengembangan kader hanya dimaknai sebagai proses akumulasi kader. Oleh karena itu, ini tak lebihnya merupakan penindasan gaya baru. Kita turut bertanggung jawab menuntun mereka kedalam neraka bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Kedua, gerakan intelektual merupakan ruh dari IMM, bahwa ia adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari IMM itu sendiri. Tapi, jika membaca tulisan ketua Umum DPD IMM DIY berjudul “matinya gerakan intelektual IMM” dimana memuat tentang disorientasi gerakan intelektual IMM. Kita bisa mengatakan bahwa ruh yang dimiliki oleh IMM itu sudah berpindah. Tapi bagi saya, ruh itu bukanlah berpindah, melainkan benar-benar hilang atau sudah mati.
Semangat gerakan Intelektual IMM sejatinya termanifestasikan dalam slogan “Fastabiqul Khairat”. Slogan ini bukan sebagai slogan belaka, akan tetapi menjadi gerakan akar rumput dan diwujudkan ke dalam semangat literasi. Saat ini, ditengah wadah yang begitu banyak serta dibenturkan dengan sumber informasi dan pengetahuan yang berlimpah. Bahkan jarang sekali menemukan kader yang memiliki semangat literasi, dengan senjata andalan “saya tidak suka membaca kak”.
Ketiga, menjalankan organisasi saya analogikan seperti membawa sebuah kapal yang akan mengitari samudra. Sebelum memulai berlayar, seorang nahkoda dan seluruh awak kapal harus mempersiapkan banyak hal. Seperti menentukan tujuan, menentukan jalan, dan persiapan-persiapan lain. Pertanyaannya adalah apakah pimpinan yang akan memimpin sudah memikirkan ini sebelum berjalannya kepemimpinan?. Pertanyaan ini saya tanyakan karena masih banyak ditemukan di level struktural yang tidak tahu akan membuat program apa. Jika ada program, tidak tahu apa esensi, fungsi dan alasan adanya program. Padahal, program itu merupakan bentuk aktualisasi dan pengejawantahan dari tujuan.
Keempat, kaderisasi IMM hanya dipahami sebagai agenda formal dan resmi. Bahwa aspek kultural yang dulu menjadi aspek utama kaderisasi telah hilang dan ditinggalkan. Padahal, kaderisasi adalah proses penciptaan, proses pembentukan, proses penanaman. Sebagaimana kader yang berarti bingkai (Cadre=bahasa prancis) dan sebagaimana tujuan IMM “mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia..”.
Jika dimaknai, maka kita akan sadar bahwa proses pembentukan tidak bisa dibebankan pada aspek formal melainkan harus dijalankan melalui aspek-aspek kultur juga. Hilangnya aspek kultur dalam proses kaderisasi menandakan kematian IMM. Selain itu, perkaderan formal akhirnya terjebak di ruang materil yang sangat terbatas implikasinya pada materi(kaderisasi). Inilah kematian IMM, dimana materi adalah segalanya.
Kelima, Point terakhir dari faktor internal ini adalah yang paling gila. Bagaimana tidak, kader IMM menjadikan struktural sebagai tujuan dan orientasi. Struktural disini maksudnya menjadi pemimpin dalam organisasi internal, eksternal maupun pemimpin sebuah kegiatan. Organisasi menjadi lahan perebutan politik kekuasaan yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hal tersebut.
Kita dapat melihat hal ini di berbagai tingkatan organisasi. Sekarang, semangat kader adalah memikirkan bagaimana mencapai posisi di struktural dibandingkan memikirkan bagaimana setelah mendapatkan posisi di struktural. Hal ini menandakan bahwa mencapai struktural adalah puncak kejayaan dan menjalankan organisasi adalah hal lain dan terpisah. Ketika hal tersebut tidak tercapai, maka akan menghilang dan jika tercapai itu tidak lebih baik dari mengulang kesalahan yang sama. Bodohnya, hal ini turut divalidasi oleh yang lain (teman-temannya).
Kelima point itu merupakan ciri yang cukup untuk mengatakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah mengalami kematian. Selain lima point itu, ada beberapa point yang berhubungan dengan kondisi Internal namun memiliki korelasi yang kuat terhadap Faktor Eksternal, saya akan menjelaskan itu di tulisan selanjutnya.
Red: Saipul Haq