MADRASAHDIGITAL.CO – Banyak orang yang tidak menyadari tentang pentingnya gerakan literasi, khususnya di Indonesia. Terbukti dengan fakta bahwa minat baca orang Indonesia masih sangat rendah. Anak mudanya kebanyakan memilih bermain media sosial daripada membaca buku. Tidak hanya itu, minimnya kesadaran orang Indonesia tentang pentingnya gerakan literasi dapat kita lihat juga dengan masih minimnya forum-forum literasi yang ada di negeri ini.
Padahal, selain menjadi wadah pengembangan keilmuan yang dalam hal ini melalui kegiatan membaca dan menulis, literasi tanpa disadari juga ikut serta dalam mendukung majunya generasi bangsa Indonesia. Karena yang seperti kita tahu bahwa membaca merupakan jendela ilmu sedangkan menulis adalah sesuatu yang bisa mencetak keabadian kelimuan sehingga nantinya bisa bermanfaat untuk generasi berikutnya. Seperti yang pernah diungkaplan seorang penulis ulung bapak Pramoedya Anantha Toer dalam kata-katanya mengatakan, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Untuk dapat menulis orang harus banyak membaca. Read, read, read, than write. Konsep itulah yang harus di pahami oleh orang-orang yang ingin bisa menulis. Mustahil seaeorang bisa menulis suatu karya tanpa ia banyak membaca. Karena dengan membaca seseorang itu tidak menyadari bahwa ia sedang belajar menyusun kalimat dengan baik, mengenal model bahasa, menambah pengetahuan tentang diksi dan lain sebagainya.
Di Indonesia, saat ini belum banyak dibentuk forum literasi. Padahal, jika kita merujuk pada pembahasan di atas, forum literasi berperan sangat penting untuk bisa mendukung gerakan literasi. Khususnya di Indonesia. Karena di dalam forum literasi akan ada kegiatan-kegiatan yang amat sangat bermanfaat. Seperti bedah buku ilmu pengetahuan, karya sastra, cara menulis yang baik dan benar, dan masih banyak lagi hal lainnya yang berhubungan dengan literasi.
Entah apa yang membuat gerakan literasi di Indonesia terkesan sulit dilakukan. Apakah orang Indonesia kurang menyadari pentingnya gerakan literasi? Atau kita berpikir bahwa literasi itu tidak perlu di bentuk sebagai gerakan khusus? Padahal, sudah jelas bahwa literasi merupakan bagian penting untuk mendukung majunya bangsa dan negara ini.
Muhammadiyah dan Literasi
Muhammadiyah sebagai salah satu gerakan berkemajuan yang bertujuan untuk melawan kebodohan dan kejumudan berpikir, berusaha memberikan solusi dalam menghadapi masalah ini. Salah satunya adalah menerbitkan majalah Suara Muhammadiyah. Majalah Suara Muhammadiyah didirikan pada tahun 1915 dan mulai terbit pertama kali pada Januari 1915. Pada penerbitan pertama ini menggunakan huruf jawa dan bahasa jawa ragam ngoko serta lebih membahas tentang agama.
Seiring berjalannya waktu, Suara Muhammadiyah mengalami perkembangan dan pada 1928 perubahan dari bahasa jawa ke bahasa melayu. Hal ini diikutin dengan distribusinya yang tidak hanya di pulau Jawa, akan tetapi meluas hingga ke luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan sebagainya. Pada tahun 1960-an, pembahasannya pun ikut meluas yang dimana terdapat kisah para nabi, sahabat nabi, cerita pendek, dan esai sastra.
Dan hingga saat ini, Suara Muhammadiyah masih eksis dan mulai masuk ke dunia percetakan, dan bisnis dengan membuka toko Suara Muhammadiyah. Hal ini sebagai upaya resmi dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk meningkatkan budaya literasi dan melawan kebodohan maupun kejumudan berpikir, bisa diartikan juga sebagai dakwah formal Muhammadiyah.
Geliat Media
Dalam sektor informal, banyak kader Muhammadiyah yang melakukan upaya serupa. Salah satunya adalah melalui media daring. Banyak situs internet yang bertujuan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis dari masyarakat. Baik situs tersebut terdapat embel-embel Muhammadiyah maupun tidak, rata-rata yang mengelola situs tersebut adalah kader muda Muhammadiyah.
Ada beberapa situs yang dikelola oleh generasi muda Muhammadiyah, di antaranya IBTimes.ID, Tajdid.id, Pucukmera.id, Madrasahdigital.co, Rumahbacakomunitas.org, Santricendekia.com, Pustakamu.id, Masa-kini.id, Barajuang.com, dan Sastrajendra.id. Banyaknya media ini menunjukkan bahwa meningkatnya budaya literasi di kalangan anak muda Muhammadiyah. Sebab, jika dilihat dari penulis yang ada di situs tersebut merupakan kader Muhammadiyah, bahkan tidak hanya lingkup Muhammadiyah, tetapi meluas karena dari beberapa situs tersebut memang ditujukan kepada khalayak.
Dakwah media bisa menjadi metode kultural Muhammadiyah dalam menggembirakan dakwah dan gerakan literasi. Bahkan, dari beberapa situs tersebut ada yang juga menjadi penerbit. Fenomena seperti ini dengan didukung oleh canggihnya teknologi, semakin menegaskan bahwa narasi Muhammadiyah berkemajuan yang berjuang melawan kebodohan dan kejumudan berpikir merupakan sesuatu yang nyata dan tidak hanya sebatas teori. Lagi pula memang sudah sewajibnya bagi para kader Muhammadiyah yang berpendidikan ini untuk terus menggiatkan wacana literasi di Indonesia ini.