MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh: Gustama Fauzi Al – Fajar (Sekretaris Umum PK IMM FAI UMY)
Pasca pandemi adalah titik percepatan pertumbuhan teknologi di berbagai sektor masyarakat. Hal ini memberikan dampak beragam dalam realitas pola kehidupan yang ada. Hasil teknologi yang memiliki berbagai macam corak kebermanfaatan dan dampak buruknya, mengharuskan masyarakat mampu bertumbuh dan objektif dalam memanfaatkannya. Pola pertumbuhan teknologi yang juga menjurus ke dalam dunia digital memberikan potensi besar dalam percepatan arus informasi yang ada (Firdaus dkk., 2021).
Hal tersebut yang disadari sebagai manfaat oleh banyak kalangan. Sebagai organisasi yang terus tumbuh dan berkembang, menjadikan Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah harus mampu beradaptasi dengan baik. Gerakan tajdid yang digaungkan oleh Muhammadiyah bukan hanya bermakna pemurnian. Dalam hal keberlangsungan golongan, tajdid juga berarti pembaharuan dari sistem dan kebijakan yang ada dalam menjawab tantangan zaman.
Gerakan tajdid tersebut harus mampu dirumuskan secara kolektif agar mampu membangun ambivalensi pembangunan yang baik bagi kepentingan organisasi, umat dan bangsa (Muhammad Mirza Firdaus dkk., 2023). Teknologi digital memiliki tempat dalam menjadikan organisasi yang terus tumbuh dan berkembang. Perkembangan organisasi dalam era ini menjadikan pemanfaatan ranah digital secara maksimal sebagai salah satu indikator kemajuan suatu organisasi.
Menelusuri generasi saat ini, bukan sebuah kesulitan untuk para golongan terpelajar dalam meningkatkan kapasitas diri dalam teknologi digital. Berbagai aplikasi, web, bahkan lembaga sangat ramai dalam membantu penyebaran dan pemerataan skil dalam dunia digital. Bahkan lembaga – lembaga yang ada saling berlomba dalam memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik sebagai penunjang potensi para golongan muda.
Mensintesiskan Dunia Digital dan Skil Abad 21
Dunia digital yang dikenal dengan dunia kreatif, rasanya bukan hanya omong kosong. Hal ini memiliki kesinambungan dengan skil abad 21 yang harus dikuasai setiap invidunya saat ini ( critical thingking, colaboration, comunication, and creativity ) menjadikan digitalisasi gerakan mampu mengakomodir empat hal tersebut (Bariyyah, 2021). Dunia digital merupakan keharusan bagi individu, lembaga, dan institusi untuk mampu menguasai dan beradaya saing dalam era modern saat ini.
Pertumbuhan digital tersebut juga memberikan dampak baik bagi pertumbuhan organisasi ataupun golongan (Widodo, 2019). Muhammadiyah dalam dakwahnya saat ini juga telah menjadikan media digital sebagai salah satu lahan garap pergerakan tabligh. Sudah seharusnya unsur pembantu, organisasi otonom mendukung hal tersebut guna memberikan dukungan terwujudnya cita – cita Muhammadiyah.
Penggunaan media digital tidak hanya dalam ranah gerakan dakwah, lebih jauh dari itu media digital juga memberikan stimulus dalam hal branding suatu lembaga (Sugianto dkk., 2021). Memberikan kemudahan arus informasi yang seharusnya mampu dimanfaatkan dengan cita cita yang lebih tinggi dari pada hal tersebut saja. Kemampuan skil abad 21 yang telah dijelaskan diatas, seharusnya mampu untuk dimaksimalkan oleh generasi saat ini. Menjadikan individu yang kritis dalam berpikir dan menyelesaikan masalah, yang selanjutnya mampu memberikan ide ide kreatif.
Akhirnya dengan mensintesiskan kemampuan skil abad 21 dan mengintegrasikannya dengan digitalisasi gerakan, mampu melahirkan generasi yang inovatif dan mampu menjawab tantangan zaman. Namun perlu disadari , bahwa digitalisasi gerakan merupakan hal yang belum mampu menyentuh nadi terdalam ikatan.
Digitalisasi Gerakan Kolektif
Gerakan yang mengharuskan adaptasi cepat dan pola belajar yang rumit mengakibatkan banyak personil ikatan yang malas untuk memperdalam ranah tersebut. Rasanya hal tersebut lah yang menjadi keresahan kader ikatan saat ini. Digitalisasi gerakan belum mampu bergerak secara kolektif dan berdampak hingga tatanan terbawah.
Hal tersebut disadari dengan berbagai latar belakang permasalahan. Geografi yang berbeda, sosoikultural yang beragam, tingkatan pendidikan dan fasilitas yang pasti memiliki perbedaan keberagaman di setiap daerahnya. Namun, dengan rumusan formulasi yang tepat dan terarah bukan tidak mungkin digitalisasi gerakan kolektif mampu terbentuk hingga tatanan terbawah persyarikatan.
Digitalisasi gerakan kolektif dimaksudkan memberikan pertumbuhan kemampuan kader dalam dunia digital secara menyuluruh. Bukan hanya berada dalam tingkat pusat dan wilayah. Berbicara tingkatan pimpinan, faktanya tidak seluruh kader tingkat pusat dan wilayah tertarik dan mampu memanfaatkan sektor ini. Permasalahan ini perlu dirumuskan dengan baik, sehingga pemerataan kemampuan digital dalam kader ikatan mampu merambah sampai ketingkat terbawah (Anshori & Nadiyya, 2023).
Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang berada dalam tubuh persyarikatan juga harus mampu berkordinasi dengan baik.
Pada dasarnya digitalisasi gerakan bukan hanya sekedar berkembang dan tumbuh sesuai zamannya. Lebih jauh dari itu mampu untuk terus eksis tanpa meninggalkan nilai nilai subtansial persyarikatan. Digitalisasi gerakan secara kolektif harus mampu melahirkan panduan yang konkrit. Agar konten yang disajikan bukan hanya berorientasikan pada aspek viewer, keviralan dan estetika.
Orientasi digitalisasi gerakan yang melahirkan panduan pergerakan diharapkan mampu menjadikan konten yang dihasilkan terorganisir dengan baik, tanpa melangar nilai nilai persayarikatan bahkan syariat Islam. Hal inilah yang perlu dirumuskan dengan baik dan disosialisaikan secara komprehensif (Wardana, 2022). Agar mampu memberikan cerminan gerakan digital yang sesuai dengan nilai profetik.
Digitalisasi Gerakan Bukan Hanya tentang Produksi Konten
Secara sederhana digitalisasi gerakan bukan hanya berbincang mengenai konten instagram, reels, poster digital, konten tiktok, web instansi dan lain sebagainya. Digitalisasi gerakan dalam ranah tersebut sudah banyak sekali diperbincangkan dalam tubuh ikatan. Digitalisasi gerakan perlu untuk diluruskan dalam paradigma dan orientasinya. Agar alur berpikir yang dihasilkan tidak hanya mengarah kepada hal hal tersebut. Dalam hal mendasar yang sedari awal penulis ingin sampaikan, bahwa digitalisasi gerakan bukan hanya tentang produksi konten saja. namun juga mengarah ke arsip kegiatan, informasi, dan database ikatan.
Perlu disadari bahwa ikatan ini masih lemah dalam memanfaatkan kemajuan digital dalam hal pengarsipan. Arsip dapat diartikan sebagai pencipta arsip lembaga dan pencipta arsip perseorangan. Arsip merupakan rekaman kegiatan , dokumentasi peristiwa dalam berbagai bentuk media yang dapat diterima, sehingga dapat dimanfaatkan pada periode selanjutnya (Bramantya, 2018).
Pengarsipan yang dimaksudkan harus berjalan secara kolektif dan berkelanjutan. Permasalahan yang muncul, dengan beragam nya model pengarsipan yang ada dan kultur setiap daerah yang berbeda akan melahirkan kwalitas arsip yang beragam dalam setiap tingkatan. Gerakan digitalisasi kolektif harus mengedepankan rasa saling terikat dan pembangunan jangka panjang yang komprehensif tanpa tendensi kepentingan apapun.
Kemajuan teknologi belum mampu untuk dimanfaatkan dengan maksimal. secara kolektif ikatan belum mampu untuk memastikan tingkatan terbawah mampu untuk berada dilevel yang sama dengan tingkatan pimpinan yang lebih tinggi. Hal tersebut secara sadar memiliki dua hal sebab utama. Pertama, dikarenakan minimnya pengetahuan. Kedua, rasa tidak keingintahuan.
Apabila dapat memanfaatkannya dengan maksimal, proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program atau kegitatan mampu terekam dengan baik. Bukan tanpa alasan dan nafsu belaka. Hal tersebut memiliki tujuan jangka panjang , yaitu perubahan dan pertumbuhan yang berkelanjutan setiap tahunnya untuk menjadikan organisasi yang mampu bertranformasi dengan baik(Suwanto, t.t.).
Menanti Panduan Digitalisasi Gerakan yang Berkelanjutan
Pelatihan administrasi yang mungkin sering dilaksanakan setiap tahunnya, bahkan di tingkat atas belum mampu menyadarkan kader secara kolektif. Karena terkadang kegiatan ini hanya sebatas formalitas belaka. Seharusnya secara subtansial kegiatan ini merupakan ruh pembangunan ikatan yang berkelanjutan. Maka harapannya perlu adanya suatu rumusan panduan yang terintegrasi dengan baik setiap tingkatannya yang mampu dikampanyekan secara serentak dan serempak. Hingga akhir perjalannya mampu disosialisakan dengan baik, terstruktur, terukur dan terarah.
Panduan tersebut juga harus memiliki pertimbangan yang komprehensif, mulai dari tingkatan kognitif bahkan umur tiap kader sekalipun. Rentang umur kader ikatan yang memiliki jangka yang begitu jauh mengakibatkan perlunya rumusan yang komprehensif.
Digitalisasi gerakan kolektif yang diimpikan diharapkan mampu dimanfaatkan dengan baik oleh semua golongan. Nalar kritis yang melahirkan ide kreatif dan inovatif harus mampu disandingkan dengan digitalisasi gerakan yang terarah tanpa melanggar nilai persyarikatan dan syariat.
Sehingga terciptanya sebuah lompatan gerakan yang memberikan dampak yang meluas. Perlu diingat lagi bahwa dunia digital harus mampu dimanfaatkan dari lini paling sederhana. Dimanfaatkan dan dikembangkan dari hal yang paling mudah untuk dipelajari dan dikembangkan. Potensi ini perlu dimanfaatkan dengan nalar kritis perjuangan yang terobsesi dengan pembaharuan program dan pola kinerja yang adaptif dan inovatif yang berada dalam tubuh ikatan dan persyarikan.
Red: Rama