Masjid Istiqlal dalam Rekaman Sejarah Indonesia

-
Senin, 24 Feb 2020 13:35 WIB
No Comments

Sumber gambar: destinasiku.com

Oleh: Indra Agustian Safrudin*

MADRASAHDIGITAL.CO – Masjid Istiqlal yang dalam bahasa Arab “Istiqlal” artinya “merdeka” merupakan Masjid Nasional Republik Indonesia yang menyandang status sebagai Masjid terbesar di Asia Tenggara. Masjid ini selesai dibangun pada tahun 1961 dan baru diresmikan pada 22 Februari 1978 oleh presiden kedua Indonesia yaitu Soeharto.

Masjid yang telah lebih dari 50 tahun bertetangga dengan Gereja Katedral ini memiliki sejarah yang cukup panjang dalam proses pembangunannya. Proses pembangunan Masjid Istiqlal berlangsung sangat lambat. Ini karena banyaknya persoalan yang dihadapi Negara saat itu. Persoalan paling besar adalah persoalan politik yang berujung pada terjadinya peristiwa kelam Gerakan 30 September 1965

Ide pembangunan Masjid Nasional ini sendiri muncul pertama kali pada tahun 1950 atau lima tahun setelah Indonesia mendapatkan pengakuan kedaulatan secara penuh dari Belanda. Namun, ide ini baru diajukan kepada presiden pertama yaitu Sukarno pada 1953.

Keinginan untuk memiliki Masjid di Ibu Kota ini timbul atas prakarsa Menteri Agama Wahid Hasyim dan Anwar Tjokroaminoto dari Sarekat Islam. Pada tahun 1954 lebih dari 200 orang tokoh Islam berkumpul dan berhasil membentuk suatu pengurus Yayasan Masjid Istiqlal dengan Anwar Tjokroaminoto terpilih sebagai ketua pertamanya.

Dituliskan Solichin dalam Masjid Istiqlal: Sebuah Monumen Kemerdekaan (1990: hlm.12), bahwa Presiden Soekarno menyambut dengan gembira langkah pertama itu. Soekarno pada saat itu mengusulkan untuk diadakan sayembara pembuatan rencana gambar Masjid Istiqlal. Sayembara tersebut akhirnya dimenangkan oleh seorang pemeluk Nasrani dan anak Pendeta Kristen Protestan di Sumatra Utara, bernama Fredrerich Silaban.

Pemilihan lokasi pembangunan Masjid ini juga sempat menuai silang pendapat antara Presiden Sukarno dan Wakilnya Mohammad Hatta. Dari buku berjudul Friedrich silaban (2017) yang ditulis Setiadi Sapandi, Hatta menyarankan agar pembangunan Masjid Istiqlal di lakukan di Jl. M.H. Thamrin sekarang. Alasannya, karena lokasi yang kini menjadi tempat berdirinya Hotel Indonesia tersebut berada di lingkungan Muslim dan tersedia lahan kosong yang luas.

Hatta kurang setuju jika Masjid Istiqlal dibangun di sekitar Pasar Baru. Bukan tanpa alasan, namun Wapres beranggapan bahwa pembangunan di daerah Pasar Baru akan menelan biaya besar, ini karena harus membongkar bekas bangunan benteng-benteng jaman penjajahan.

Namun, Presiden Soekarno saat itu bersikeras menghendaki pembangunan Masjid dilakukan di sekitar Pasar Baru dan dekat dengan Benteng kuno Belanda. Alasannya, Bung Karno beranggapan bahwa Masjid Nasional harus berdekatan dengan bangunan simbol Negara lainnya, seperti Istana Negara. Terlebih, di lokasi itu juga telah berdiri Gereja Katedral bersejarah yang sudah lebih dulu diresmikan pada 21 April 1901.

Tampaknya, Bung Karno ingin menyampaikan pesan persatuan dan toleransi beragama dengan tegas sesuai dengan nilai yang terkandung dalam Pancasila. Inilah yang menjadi alasan mengapa Bung Karno ingin Masjid Istiqlal dibangun dekat dengan Gereja Katedral.

Menurut Bung Karno, Masjid Istiqlal harus dibangun di bekas benteng Kolonial Citadel yang berlokasi di Wilhelmia Park yang kini menjadi Jl. Taman Wijaya Kusuma. Lokasi ini menjadikan Masjid Istiqlal persis berhadap=hadapan dengan Gereja Katedral.

“Benteng merupakan lambang penjajahan berabad-abad di Indonesia ini harus dibongkar betapapun jua sulit serta besar biayanya.” Terang Bung Karno. Seperti yang ditulis di laman resmi Masjid Istiqlal Indonesia : “Masjid ini dibangun untuk menghormati para pejuang muslim yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan sekaligus menggambarkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.”

 

*Ketua kelompok penerima Beasiswa Sarjana Muamalat UHAMKA

Share :

Posted in

Berita Terkait

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *