Kisah Ahmad Hassan dalam Polemik Perdebatan

-
Senin, 16 Mar 2020 13:50 WIB
No Comments

WhatsApp Image 2020-03-15 at 17.58.37

MADRASAHDIGITAL.CO – Ahmad Hassan dikenal pandai berdebat. Perdebatan A Hassan melibatkan ulama-ulama tradisional yang berlangsung keras dihadiri ribuan orang.

Bagaimana kisah  polemik perdebatan di era A Hassan yang demikian sangat keras dan sengit saat itu. Sejumlah riwayat , kisah polemik perdebatan diera A Hassan dapat dilihat sebagai berikut yang berasal dari berbagai sumber antara lain:

1) Polemik debat pertama berlangsung saat debat terbuka dengan kelompok Ahmadiyah Qodian yang diwakili oleh: Rahmat Ali dan Abu Bakar Ayatullah. Ketika  A. Hassan saat itu mewakili pihak Pembela Islam. Risalah resmi yang merilis hasil perdebatan ini telah dicetak dan diterbitkan oleh kedua belah pihak, baik Ahmadiyah maupun Pembela Islam.

2) Polemik  debat terbuka terjadi saat berdebat  dengan salah seorang pendiri NU, KH. Abdul Wahhab Chasbullah tentang taqlid. Tentang debat ini, A Hassan menerbitkannya dalam bentuk buku berjudul Debat Taqlid.

3) Polemik debat terbuka  selanjutnya tak kalah sengit juga terjadi saat berdebat   dengan seorang anggota PKI yang berpaham atheis bernama Muhammad Akhsan tentang eksistensi Tuhan dan keadilan Tuhan. Debat ini kemudian dibukukan dan dikembangkan pembahasannya lebih lanjut menjadi sebuah buku berjudul Adakah Tuhan.

4) Polemik debat yang lain tak kalah menarik saat berdebat dengan Husain al Habsji Surabaya tentang masalah bermazhab. Perdebatan AHassan dengan Husai al Habsji tidak dilakukan secara dialog  terbuka melainkan lewat tulisan yang dipublikasikan melalui buku. Debat ini terjadi  Bermula dari terbitnya buku A Hassan berjudul Risalah al Madzhab  dan Halalkah Bermadzhab?.

Pemikiran A Hassan tentang mazhab kemudian oleh Husai al-Habsji dijawab dengan menerbitkan dua buku berjudul Risalah Lahirnya Madzhab yang Mengharamkan Madzhab-Madzhab dan Risalah Haramkan Orang Bermadzhab?. Kedua buku ini ditulis oleh Husai al-Habsji  untuk membantah pendirian A Hassan tersebut. Ahmad Hassan tak terima dengan serangan Husain. A Hassan menyerang balik dengan menerbitkan bantahannya di Majalah Pembela Islam edisi 8 Januari1957 dengan judul Menjawab Buku Bantahan Tuan Haji Husain al Habsyi, Surabaya.

5) Polemik debat diera A Hassan yang menarik lainnya saat berdebat dengan Hasbi ash Shiddieqy tentang mushafahah (jabat tangan antara pria dan wanita nonmahram). Kisah perdebatan antara A Hassan dan Hasbi Ash Shiddieqh demikian sengit. Tak jarang mereka saling bantah, menyerang antara keduanya, sampai kemudian A Hassan menantang Hasbi berdebat secara terbuka, namun Hasbi tidak menyanggupinya. Tentang bantahan A Hassan terhadap Hasbi ini dapat dijumpai dalam buku berjudul Wanita Islam.

6) Kisah polemik  debat yang menjadi fenomenal  ketika A.Hassan berdebat  dengan Soekarno tentang tema Islam dan kebangsaan. Debat A Hassan dengan Sukarno tentang Islam dan kebangsaan demikian keras sehingga muncul saling menyerang. A Hassan tak terima serangan Sukarno lewat tulisan-tulisannya yang dianggap perkataan Sukarno yang kasar. Bantahan terhadap tulisan Sukarno tentang Islam dan kebangsaan lewat Al Lisan kemudian A Hassan menerbitkan buku Islam dan Kebangsaan sebagai jawaban dari Sukarno.

***

Dari sekian kisah, riwayat perdebatan A Hassan memang boleh dikatakan terkalahkan. Dari sejumlah riwayat hidup A Hassan dalam berdebat, ia berhasil menyadarkan golongan ateis anti Tuhan, mengislamkan beberapa orang Kristiani. A Hassan juga berhasil meluruskan ajaran yang bersumber dari Al-Quran dan sunah yang sudah dibaurkan dengan tradisi Islam.

Sisi lain yang menarik kegiatan perdebatan yang digelar A Hasaan adalah muncul isu- isu kontroversial pun mulai dimunculkan dimasa itu. Persis dalam hal ini juga mendapat energi yang luar biasa dari kegiatan perdebatan A Hassan. Sehingga, A Hassan identik dengan Persis dan Persis identik dengan A Hasaan

A Hassan dalam perdebatan dengan siapa pun tak terkalahkan, tapi dalam sebuah riwayat dan catatan sejarah sebagaimana dilansir dalam buku Api Sejarah jilid III (halaman 492) karya Ahmad Mansyur Suryanegara disebutkan, Ahmad Hassan pernah mengalami kekalahan dalam berdebat dengan Mama Adjengan Gedong Pesantren Sukamiskin dan KH Hidayat tentang bid’ah.

Perdebatan tentang Bid’ah berlangsung sengit. Ketika itu, A Hassan menyebutkan segala sesuatu yang tidak mengikuti petunjuk Rasullah adalah bid’ah. Saat itu, Mama Adjengan tidak puas jawaban A Hassan kemudian Mama bertanya pada A.Hassan Apakah Rasulullah pernah mengajarkan dan menjelaskan adanya hadits shahih atau dha’if ? kemudian A Hassan menjawab tidak pernah .

Mama Adjengan terus menyerang A Hassan dengan bertanya padaLalu siapa yang mengategorisasikan hadis menjadi sahih atau dha’if, dan lain-lainnya? Kemudian A Hassan menjawab Imam Bukhari dan Imam Muslim. Jawaban A Hassan membuat Mama Adjengan menyebutkan ia tidak mengikuti Rasulullah, tetapi mengikuti Imam Bukhari dan Imam Muslim. Apa itu bukan bid’ah?

Karena tadi A Hassan mengatakan bahwa segala sesuatu yang tidak bersumber dari Rasulullah adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah dhalalah. Dari riwayat ini diceritakan A Hassan kalah debat mengakui kehebatan Mama Adjengan Sukamiskin dan membuatnya meninggalkan Bandung.

Dengan kata lain, A Hassan pindah ke Bandung akibat kalah debat dengan Mama Adjengan Sukamiskin dan KH Hidajat. Spekulasi bermunculan sejak A Hassan pindah ke Bandung. Ada yang menyebutkan A Hassan pindah ke Bandung atas permintaan Bibi Wantee, seorang sahabat A. Hassan, yang melihat penghidupan A Hassan di Bandung kurang menggembirakan

Versi lain menyebutkan sebagaimana dilansir Zainal Abidin Ahmad dalam tulisannya yang berjudul “Mengenal A Hassan” sebagaimana dilansir oleh Akh Minhaji dalam buku biografinya tentang A Hassan menyebutkan, A Hassan pindah ke Bangil karena Bandung sudah tidak kondusif lagi bagi kehidupan santri-santrinya, biaya hidup di Bandung saat itu terlalu mahal, dan juga berbagai tempat hiburan yang ada di Bandung akan mengganggu fokus belajar para santri.

Kisah lain menyebutkan semenjak mengalami kekalahan dalam berdebat dengan Mama Adjengan Sukamiskin kemudian A Hassan pindah ke Bangil tahun 1941. Setelah kepindahan ke Bangil, A Hassan diriwayatkan tidak mengalami perubahan sikap, terutama masalah bid’ah dan tetap berpegang teguh pada pendapatnya, memublikasikannya lewat buku, tulisan-tulisannya berjudul Apa Dia Islam yang dicetak dan dipublikasikan pada 1951.

Semenjak A Hassan kalah debat dengan Mama Adjengan, tak membuatnya patah semangat, bahkan ia tetap rajin memublikasikan tulisan-tulisannya. Mama Adjengan dalam hal ini bisa saja melakukan berbagai bantahan atas pandangan A Hassan hingga kemudian tercipta opini publik yang menggiring masyarakat tidak percaya lagi  pada pemikiran atau fatwa-fatwanya. Ketika itu hal tersebut tidak terjadi sehingga A Hassan tetap konsisten dengan pendapatnya hingga akhir hayatnya.

Share :

Posted in ,

Berita Terkait

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *