- Puisi
Sabtu, 28 Mei 2022 23:10 WIB
No Comments
MADRASAHDIGITAL.CO, Puisi-Puisi oleh Joko Rabsodi*
Setali gelisah yang kau pukat pada buku catatan bertongkat diam
rindu cukup tua beserta sebundel catatan kaki yang kita pukas ikut renta tertata
buku harian semesti diasingkan malah bersekutu erat kedua buah bibirmu
kesepakatan meluhurkan berahi retas sebelum tanduk ijab disilakan
di muka penghulu
“Kau menunggu apa dari suatu kegagalan
sakit sedalam neraka menjadi obituari kalender yang kita cerna
Rabu pagi”
Kesangsian mendorong jari kakimu surut selangkah
seputar cemooh yang meram pada sepotong putih rambutku bertebar
khutbah famili tentang kelakianku ditafsir kurang ampuh
mendobrak pikiran terkait perkara masa depan nasib
tercantol janji untuk tidak menuai belih walau tubuh memilih sendiri
Perjalanan mungkin dihentikan sesuai keinginan yang kaupecahkan
penghulu harus disingkirkan ke dalam ego paling pendam
kematian baru terjadi tanpa ratapan nisan di lahan lapang
Di lain hati
aku tetap menunggu suatu kegagalan
mencabut kesangsian dari sendi-sendi tulang rusuk yang kumantapkan
dalam ruang tubuhmu
semoga ada jalan menuju lubang jarimu yang dirahasiakan
sehingga tercipta hening lalu mengangguk pedoman paling sederhana
nyatakan kesedian; kembalilah pulang ke pangkuan kakiku
sebelum lidahmu iseng menyatakan tikai!
Madura, 10/05/22
–kembalikan aku ke muhammadiyah male orphanage
Mimpiku tak bisa membaca lelah tidurmu
sepanjang matahari lelap di alis bumi, aku hanya menyimak
kisah tuli dan menarik hela
debu kau tapa dalam darahku yang mengelak
pengakuan kapasitas anak menjadi taruhan siang-malam
Kau menyemangati sedap baju lebaran
beriring puji tercampak kepalan fitrih
namamu tersembunyi kumparan kain
Aku selalu terjaga
mereka-reka kampung halaman seindah purnama
anak-anak mendalami riupnya petak umpet
berteriak ketiadaan yang tak seutuhnya
Di rumahmu
bangunan setebal lengan
licin porselain yang tak menyimpan gelap
membuat patah semangat hidup kembali
kotor tangan kujambak menjadi sebilas album
di mana kampung yang kulebur adonan doa
tak terkendali menyublim mimpi tertawa
Di rumahmu
sepi anak-anak
castlevania symphony of the night
dragon hunters heroes legend
adalah makrifat mimpi yang sepi
Madura, 12/05/22
Lewat lima lubang airmata
kurasai lurus jalan kaki menuju jumlah ajal yang ditakdirkan
seperangkat asih diikat wirid ibu penentu ke mana kiprah niat terunduk
setiap tahap ia berpilah berpesan
—nak, jangan lupa menghitung rakaat Tuhan, zikir pendek penumpang harap
akhirat ditandu setinggi taat, buatlah tuhan tersipu
tentu kepada rasul kirim surat cinta selembut-lembutnya—
Berbekal patahan kalimat darinya
kupangpang berkah semesta yang terurap khilafah
kutakjilkan rukun Islam yang menyandera sejak awal
coklat tasbih berputar sederas napas berangsur
rukuk-sujud melekap pada gelap berumbai
Titisan airmata yang dianju ibu pada kornea
merinai kotak-kotak tawar. dingin melembap doa teririh
lima airmata yang disumbatkan ibu di depan kerudung
menarik keyakinan cucuran itu tak bisa dibalas apa-apa
sodoran rupiah yang ditangkup ke lengkung jarinya
laksana secangkir air dituang ke telaga
pantulan daftar kata indah ke pusar telinga
sama halnya mengelap basah disela embung ombak
Pantas Abah Zawawi mengurai tutur hidup
rumah paling kramat adalah rahim ibu
ia estafet hawa, pemegang kunci dunia-akhirat
duka yang membuatnya bingung
melaharkan sedu anak sekitarnya
meski tak bermaksud menghujani orbit matahari dengan panas neraka
Tuhan kadung berjanji airmata ibu bisa mematikan
Madura, 15/05/22
Di jantung kota di jalan pabringan nomor satu ujung selatan Malioboro
dekat Benteng Vredeburg dan taman budaya
kubekukan badan di teras jalan gedung tua
roda jikar kuda menambuh bahari cicit pasar
hiasan sederhana dari harga paling murah menyemat di gulungan kota
Sowan ke Beringharjo
konstruksi kolonial berpola tradisonal jawa terbelah dua; timur-barat
di timur kokoh berlantai tiga, di barat bangunan utama berlantai dua
di pintu gerbang terteken aksara latin dan jawa serta arah pun bersujud ke malyabhara
Dahulu hutan beringin
Hamengku Buwono VIII 24 Maret 1929 mengetrap bunga receh
menjadi kemakmuran
kesederhanaan diterapi kota istimewa
budaya ditirap semboyan leluhur
Depan belakang di bagian barat dimanjakan ayunan lawas jajan
utara bagian depan tekstur brem madiun dan krasikan, gundukan gula jawa
sebelah selatan bakpia isi kacang hijau basah kering ranum tergeletak
bagian timur camilan tingting, panganan tahan lama dari keramil diaduk kacang
Di luar, kawasan lor pasar asma lain pacinan
kaset-kaset oldies musisi tahun 50-an berderet kerajinan patung budha
uang kuno dari beragam negara suatu bineka yang tegak dari Pancasila
jika haus es cendol khas Yogya dengan varian citarasa
menegangkan rindu bagi sebuah ibu kota
Sebelum jam sebelas mendekati Zuhur
kutanam uang parkir, bus safana menggelinding baku aspal
rindu pun jatuh seiring sopir menekan setir; tabik… tabik… lamma sabahtani
Madura, 17/05/22
Bawen. bukit diracik semilir surga kolosal
luas daratan tersapuk balok galvalum sejenis stupa tanpa relief arca
serasa keliling Eropa kecil, sungai Venesia, jembatan Italia
Ungaran sampai Telomoyo hamparan padang
Separuh orang memanggilnya bangunan botol
sebagian lain menyangkal itu gedung bawang
batang-batang dangkal tumbuh menyulam meski buah tak dihitung
sorot angin mengelus daging, daun plastik menjimak ranting
mata pasrah pada kedigdayaan lanjai pelosotan. danau bohemian. kagum
Inikah dusun dengan seribu langkah
decak musyafir menduyun tegun merah-putih mawar
barangkali ini taman yang menerbitkan adam mabuk rindu
pada perempuan muda yang menggandul khuldi
itu dugaan setelah kuamati traptap daun malu
tersentuh dosa tangan kiriku
Madura, 19/05/22
Biodata: Joko Rabsodi, lahir di Pamekasan-Madura. Ia juga merupakan santri yang mengabdi di SMA Negeri 4 Pamekasan, Madura. Menulis fiksi dan nonfiksi. Buku nonfiksi terbarunya; Kurikulum modern ala Gus Dur. Instagram: Rinjoko. Email nikmahsyukuri@gmail.com
Posted in Puisi