Kontestasi Narasi Jelang Pilkada 2020, Mari Berpolitik Sehat!

-
Rabu, 18 Mar 2020 13:48 WIB
No Comments

Ilustrasi. Sumber Gambar: https://setkab.go.id/menko-polhukam-pastikan-pelaksanaan-pilkada-tetap-berjalan-sesuai-jadwal/

Oleh: Wahid Hasyim*

Berpolitik itu transaksi pemikiran, bukan transaksi kertas sakti. Ini kontestasi narasi, bukan kontestasi amplop. Lalu, apa antibiotik penyakit demokrasi saat ini?

MADRASAHDIGITAL.CO – Ketika gelora reformasi lahir tahun 1998, pemerintah bersama rakyat harus lebih cerdas untuk menemukan solusi disetiap aspek masalah yang muncul, tampilnya pemimpin yang dianggap lebih ber-kompetensi dan bisa diamanahkan menjadi harapan kita bersama. Semua harapan, dan keyakinan kita amat tinggi bahwa reformasi dapat menyembuhkan degradasi moral bangsa, serta mampu menciptakan kemakmuran.

Ditengah-tengah kita, defisit pemikiran berpolitik menjadi sumber dari problem bagi daerah itu sendiri, karena kemauan jadi penguasa saja tanpa narasi itu sangatlah berbahaya, Sebab, kemauan itu akan melahirkan laku perbuatan keliru, dan merusak, apabila tidak berdasarkan pengetahuan yang benar dan manakala diwujudkan dialam nyata akan menjadi kenyataan keliru pula.

Pesta demokrasi bukan hanya semata-mata perebutan kekuasaan untuk duduk dalam singgah sana. Melainkan, menjunjung tinggi kesadaran hukum dan nilai-nilai moralitas, bukan mengibarkan identitas tanpa isi. Dalam setiap kontestasi pemilu, berbagai strategi dan taktik dilakukan calon, serta tim-timnya, dari strategi moral force sampai non moral force, dan ini penyakit yang luar biasa kronisnya.

Diseminar-seminar dan diskusi tentang negeri untuk negeri, kami (pemuda) tampil bicara bahwa kami anak bangsa berhak menikmati perpolitikan berdasarkan pemikiran, bukan dengan tebalnya isi rekening. Oleh karena membawah diri dengan gagasan dalam berkampanye itu lebih membuktikan bahwa layaknya seorang menjadi pemimpin. Marilah berpolitik sehat.

Kontestasi Narasi Jelang Pilkada 2020 suhu semakin menjadi-jadi, kesiapan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) untuk benar-benar optimis, dan sungguh-sungguh memberantas, serta menindak tegas-jelas bagi pelakunya karena perangkat institusi independen harus menjadi wadah agar bisa berjalan dengan baik, jauh dari sengketa, dan konfik demi menjaga kedamaian sosial.

Kesadaran Memilih Pemimpin

Melihat, menemukan, dan memilih pemimpin yang benar-benar ingin membangun daerah bukanlah suatu hal yang mudah karena perlu analisis yang logis dalam memastikan pilihan. Sebab, banyak juga pilihan masyarakat yang terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT). Oleh sebab itulah, kesadaran memilih pemimpin harus ada dalam masyarakat kita, karena kesadaran, dan kecerdasan memilih menjadi power terkuat. Lebih lanjut, untuk mengoreksi sikap dulu, kita harus melakukan pendekatan waras dalam menentukan pilihan, yaitu dengan antibiotik yang benar-benar memberikan kesadaran kolektif yang sifatnya massal bagi kita semua.

Sementara itu, mendambakan pemimpin baik tidaklah cukup, harus ada aksi rasional yang aktual yaitu memberikan edukasi, dan nasehat tentang memilih pemimpin. Pemimpin yang punya integritas intelektual itu bagaimana? Pemimpin mempunyai integritas moral seperti apa? Maupun figur pemimpin dan pemimpin itu sendiri seperti apa?

Saat ini kita di bombardir kurangnya karakter pemimpin dan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai integritas, spiritual yang tegas, sehingga membuat keadaan masyarakat daerah itu terpuruk, dan akan terus-menurus dalam bingkai kehidupan kesengsaraan, kecuali ummatnya sendiri mau merubah. (Q.S. Ar-Ra’d: 11)

Saya tidak bisa bayangkan bagaimana kacaunya, apabila kekuasaan hasil dari transaksi kebohongan (money politic).  ”Ada orang bodoh yang ingin menutupi kebodohannya dengan uang”, sehingga melakukan pembodohan dengan nalar yang amat rancu, dan ketika ia duduk dalam singgahsana kekuasaan biasanya sikap yang tercermin di wilayah publik tidak akan jauh dari kebijakannya. Virus inilah yang mengerogoti tanah air kita hingga diambang kehilangan nyawa.

Apabila persekongkolan kebodohan, kejahatan dan kekuasaan bersatu, maka sempurnalah persembunyian kejahatannya karena bisa saja mereka sewa pelacur intelektual sebagai jembatan menuju kepentinganya, dan itulah yang banyak terjadi saat ini di berbagai daerah, pemimpin zholimi rakyat karena rakyat sendiri yang mau di zholimi.

Masyarakat harus tobat, agar lebih cerdas dalam menentukan pilihan. Kecerdasan itu menolak pemimpin transaksional dalam memenangkan pemilihan secara curang dan tidak halal. Agama kita meyakini bahwa kecurangan itu akan membawa musibah yang berkelanjutan, sehingga masyarakat akan menderita atas perilakunya dan pemimpinnya pun akan di kutuk dalam sejarahnya. Oleh karena itu, diimbau agar sudah saatnya para pemilih yang budiman, untuk mengikuti pandangan moral, dan kearifan lokal untuk memilih pemimpin muda tanpa terikat dengan kepentingan politik dan infestasi.

Kemudian, apabila pemimpin itu jujur bersih jiwa raganya, maka kesejukan dalam bekerja membawa kebahagiaan, kemanfaatan, kedamaian, dan kesejahteraan untuk masyarakatnya. Lalu, apabila kecerdasan ini mengakar baik terus-menurus, ia akan tumbuh, dan bertunas bagi regenerasi berikunya. Semoga kecerdasan tetap terpelihara hingga membawa kemanfaatan kebahagian, dan kesejahteraan demi kemakmuran untuk masyarakat tanah air kita.

Kata bijak dari seorang filsuf dan pakar tata negara muslim, Ibnu Taimiyah mengatakan, ” la maslaha hajihil ummah illa ma shaluha awalaha“. Artinya, ummat ini tidak akan menjadi ummat yang besar, kecuali ummat ini mengamalkan apa yang membuat ummat dulu itu besar, karena pada dasarnya jika terang itu tidak hadir, maka gelap akan aktual.

Aktualisasi nilai-nilai moralitas, integritas, spritualitas dan intelektualitas dalam mengawal kemuliaan dari peradaban manusia menjadi ultimate goal. Pemimpin stop zholimi rakyat! Rakyat stop zholimi pemimpin.

*Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pegiat Literasi Sa-ijaan, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)

Share :

Posted in ,

Berita Terkait

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *