- Berita
Minggu, 30 Agu 2020 10:27 WIB
No Comments
MADRASAHDIGITAL.CO, CIMAHI – Guru-guru madrasah diniyah (MD) se-Kota Cimahi mengikuti kegiatan Pelatihan Kurikulum dan Metode Implementasinya dalam Pembelajaran Diniyah di Pondok Pesantren Jamiatul Quro, Jalan Amir Mahmud, Cimindi, Kota Cimahi, Jawa Barat, Ahad (30/8). Kegiatan ini digagas oleh Aqwam bekerja sama dengan Madrasahdigital.co.
Guru-guru diniyah dalam praktik pembelajarannya masih mengalami berbagai kesulitan. Ustaz Bustanul Arifin, ketua bidang pengembangan kurikulum dan pelatihan Aqwam menyampaikan, dengan kondisi itulah Aqwam menginisiasi kegiatan pelatihan kurikulum dan metode pembelajaran ini.
Selain itu, kata dia, para kepala sekolah diniyah di Kota Cimahi mayoritas belum mengimplementasikan kurikulum sebagaimana mestinya. “Maka, menjadi tugas kami untuk mencoba membenahi, meski dengan sesuatu yang kecil tapi semoga istiqamah dan bermanfaat,” kata Ustaz Arif kepada Madrasahdigital.co, lewat sambungan telepon, Ahad (30/8).
Pelatihan yang digelar rutin sekali dalam sepekan ini, dihadiri oleh perwakilan dari 20 diniyah se-Kota Cimahi. “Kurang lebih ada 54 peserta. Per diniyah ada mengirimkan 2 sampai 3 orang perwakilan,” katanya, Ahad (30/8).
Digelar Secara Tatap Muka
Kegiatan ini dilakukan secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan. Di antaranya peserta mengenakan masker, disediakan hand sanitizer, dan menjaga jarak minimal satu meter. Ustaz Arif mengatakan, mengapa dilakukan secara tatap muka karena terdapat banyak kendala ketika dilakukan secara online.
Kendalanya, kata dia, hal-hal yang berkaitan dengan detail diskusi akan sulit disampaikan bila secara online. Ditambah lagi, para guru diniyah yang mayoritas merupakan orang tua, masih belum melek terhadap teknologi informasi dan komunikasi seperti smartphone atau laptop.
Dan lagi, Ustaz Arif menjelaskan, dalam pertemuan ini membahas kurikulum dan metode pembelajaran, tidak mungkin disampaikan tanpa memberikan contoh secara langsung. “Ketika mengajar metode pembelajaran, agak sulit bila online. Jadi tatap muka, tapi protokol kesehatan tetap dilaksanakan,” katanya.
Imla dalam Kurikulum Diniyah
Kurikulum di madrasah diniyah, Ustaz Arif menjelaskan, umumnya ada tujuh pokok pelajarannya, yakni Quran, hadis, akidah, akhlak, bahasa Arab, dan pelajaran sejarah. “Namun, khusus di Cimahi saya kembangkan materi namanya imla. Yaitu, kemampuan dasar dalam menulis aksara Arab tanpa melihat Quran. Dan itu masuk ke dalam kurikulum baru diniyah,” ujar Ustaz Arif, Ahad (30/8).
Menurut Ustaz Arif, di Cimahi khususnya, ini menjadi skill yang jarang ditemui, padahal sangat penting bagi seorang ustaz. “Kebanyakan ustaz masih sedikit lemah di pembelajaran ini. Karena imla jarang diajarkan, di sisi lain pembelajaran Al-Quran saat ini lebih cenderung ke tahfiz,” katanya.
Padahal, kata dia, belajar tahfiz juga harus belajar imla. “Kalau salah menyebut satu kata bisa mengubah maknanya, begitu juga dalam menulisnya. Bila salah satu huruf saja, maknanya akan berbeda. Jadi, skill ini sangat penting,” kata dia.
Masalah yang Dihadapi
Selain itu, Ustaz Arif juga menyoroti permasalahan yang terjadi di dalam pelaksanaan pembelajaran di madrasah diniyah. Aqwam melakukan komunikasi dengan kepala sekolah diniyah melalui sebuah grup yang di dalamnya ada kepala-kepala sekolah diniyah di Kota Cimahi. “Grup itu untuk berkomunikasi untuk bersilaturahim dan berkoordinasi.
Terkait kendala yang terjadi di sekolah diniyah, dia membeberkan beberapa hal. “Pertama, kendala setiap diniyah rata-rata dalam masalah biaya operasional. Ditambah lagi gaji guru diniyah paling maksimal per bulan Rp 350 ribu. Sehingga sulit untuk mengajak guru-guru meng-upgrade diri terkait pembelajaran, jadi belajarnya begitu-begitu saja,” ujar Ustaz Arif.
Kendala lainnya, kata dia, banyak orang tua yang masih menganggap sekolah diniyah sebagai second opinion atau pilihan kedua. “Rata-rata kalau disuruh pilih antara sekolah umum dengan diniyah, mereka lebih milih sekolah umum. Contohnya saat pandemi ini saja, orang tua keberatan ketika diniyah mengadakan pembelajaran daring dengan alasan pengeluaran biaya kuota internet yang besar. Sebagian
Terakhir, SDM diniyah cimahi kebanyakan orang tua. Jadi, ketika diajak kepada hal-hal yang sifatnya modern dan teknologi, hal itu menjadi kendala besar karena belum semuanya melek teknologi.
Pendampingan
Ustaz Arif juga menceritakan, kurikulum diniyah sudah ada sejak lama. Namun, masalah besarnya, kurikulum hanya disosialisasikan, tanpa adanya petunjuk teknis. Selain itu, kata dia, pendampingan teknis dan pengawasan dari dinas pun sangat minim.
Sehingga, Aqwam pun merasa terpanggil untuk membantu dari segi pendampingan. Utamanya yang berkaitan dengan kurikulum dan metode pembelajaran. “Minimal dengan adanya pendampingan teknis dari Aqwam, para kepala sekolah dan guru dapat memiliki skill dan metode lain dalam pembelajaran, peserta didik merasa lebih menyenangkan dalam pembelajaran di kelas,” ujarnya.
Ustaz Arif mengatakan, semangat orang tua untuk menyekolahkan anak di level SD untuk mengaji masih sangat tinggi. “Dalam kondisi umum, antusias murid dan siswa amat besar. Satu kelas bisa terisi antara 20-30 siswa,” katanya, Ahad (30/8).
Ustaz Arif menambahkan, pembelajaran bukan hanya tentang memastikan guru mengajar, tapi juga bagaimana santri belajar dengan baik. Sebab, dia menegaskan, para siswa merupakan aset dan generasi Islam masa depan. “Mereka aset kita. Kita butuh memastikan pembelajaran lebih baik dan berkualitas demi masa depannya,” katanya.
Target ke Depan
Dengan adanya kegiatan Pelatihan Kurikulum dan Implementasi dalam Pembelajaran Diniyah ini, pihak Aqwam berharap bisa memantik semangat para kepsek diniyah di Kota Cimahi. Bahwa sekolah akan besar bila sistemnya baik.
Adapun targetnya, yakni memenuhi kebutuhan para guru terkait dengan pembelajaran diniyah. “Bisa jadi kondisi di sekolah berbeda-beda, namun setidaknya dengan adanya pelatihan ini bisa memberikan stimulasi agar bisa memperbaiki sistem dan praktik dalam pembelajaran. Sehingga bisa menunaikan amanah yang diberikan orang tua siswa dengan lebih baik,” ujar Ustaz Arif, Ahad (30/8).
Dia juga bertekad, sekolah diniyah mampu menciptakan generasi baru, generasi yang tidak sekadar bisa mengaji. “Bila kita membentuk generasi yang betul-betul ngaji, pasti luar biasa,” katanya.
Jurnalis: Ahmad Soleh
Editor: –
Posted in Berita