Gerakan Jogja Bangkit; Wujud Solidaritas Kemanusiaan

-
Sabtu, 31 Jul 2021 08:07 WIB
No Comments

Gerakan Jogja Bangkit; Wujud Solidaritas Kemanusiaan

MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: M.Zulfikar Yusuf, Ketua bIdang TKK DPD IMM DIY

Selain dengan mempercepat program vaksinasi untuk menciptakan Herd Immunity, pemerintah juga menerapkan kebijakan PPKM sebagai bagian dari ikhtiar menekan laju pertumbuhan kasus Covid-19 yang memasuki gelombang kedua.

Sudah hampir sebulan lamanya pemerintah memberlakukan kebijakan PPKM. Beberapa kali pula kebijakan ini mengalami perpanjangan waktu dan berganti nama mengikuti kondisi sosial masyarakat.

Mulai dari PPKM Mikro, PPKM Darurat, hingga PPKM Level 1 sampai dengan 4 sebagai indikator kedaruratan masing-masing daerah.

Namun di tengah pemberlakuan kebijakan ini, tentu banyak dampak yang dihasilkan, salah satunya adalah pada sektor ekonomi di mana terjadi penurunan pendapatan secara drastis, khususnya dari para buruh dan pekerja informal.

Kebijakan ini tentu semakin sulit bagi mereka yang menggantungkan hidupnya dari penghasilan harian. Sementara disisi lain mereka juga membutuhkan pemasukan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Mereka itulah yang dianggap paling terdampak dengan adanya kebijakan PPKM.

Walau kemudian Covid-19 menciptakan paradoks, di satu sisi orang kaya berteriak “Prokes”, dan pada sisi lain orang miskin berteriak “Lapar”, PPKM justru akan memunculkan persoalan baru ketika pemerintah tidak menjalankan dengan serius.

PPKM yang berdampak pada masalah ekonomi dan berkaitan dengan persoalaan perut sejatinya tidak bisa ditolerir, karena berkaitan dengan kebutuhan mendasar khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah.

Jika pemerintah tidak bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dengan memberikan bantuan sosial dan stimulus ekonomi, tentu kebijakan ini akan membuat masyarakat menjadi tidak peduli dan lebih memilih kepentingan perut.

Akibatnya, kebijakan yang bertujuan untuk menurunkan angka Covid-19 justru dilanggar oleh sebagian masyarakat dan kehilangan substansinya, yang dengan kondisi seperti ini akan semakin mempersulit keadaan.

Pandemi ini sejatinya mengajarkan kita arti kehidupan. Bahwa dalam kondisi terhimpit sekalipun, persoalan kemanusiaan merupakan prioritas yang paling utama.

Gerakan Jogja Bangkit yang diinisiasi oleh DPD IMM DIY dan PC IMM se-DIY bekerjasama dengan LazisMu DIY dan MCCC merupakan ikhtiar kemanusiaan merespon dampak pandemi Covid-19 secara ekonomi bagi kaum mustadh’afin.

Pedagang kaki lima, penjual asongan, buruh dan masyarakat kecil lainnya adalah kelompok prioritas yang harus mendapat bantuan demi meringankan beban hidup di tengah mandeknya penghasilan harian.

Sampai dengan catatan ini dituliskan, Gerakan Jogja Bangkit setidaknya telah mendistribusikan 50 paket sembako dan 250 nasi bungkus yang dibagikan kepada masyarakat kecil yang terdampak secara ekonomi.

Gerakan ini tentu tidak berangkat dari ruang hampa, tetapi berangkat dari realitas sosial dengan melakukan pendataan objektif bagi masyarakat yang terdampak secara langsung.

Di akar rumput, melalui obrolan ringan para pedagang banyak mengeluh bahwa PPKM jelas sangat mempengaruhi pendapatan secara signifikan dan tentu menghambat perekonomian keluarga.

Termasuk tukang becak dan tukang parkir yang tidak memiliki penghasilan tetap.

Dalam kondisi seperti ini, tentu tidak ada upaya yang paling berarti selain hadir dalam gerakan sosial yang berdampak langsung pada aspek kehidupan masyarakat luas dan memberikan kemaslahatan.

Berharap pada bantuan sosial dan stimulus ekonomi yang banyak dijanjikan pemerintah justru tak pernah terlihat.

Belum lagi isu bantuan sosial yang banyak terpotong dan hilang sebelum sampai di tangan masyarakat, semakin menambah daftar panjang kekecewaan masyarakat pada pemangku kebijakan.

Kondisi demikian tentu akan menjadi titik konflik dan menjadi permasalahan yang semakin kompleks. Apalagi, masyarakat miskin dan termarjinalkan semakin rawan dan rentan menjadi objek eksploitasi politik dan ekonomi.

Karenanya, gerakan Jogja Bangkit turun untuk membantu meringankan beban rakyat ditengah keringnya kepekaan pemerintah terhadap kondisi rakyat dalam menghadapi krisis dan hilangnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah sebagai pemangku kebijakan.

Selain sebagai ikhtiar solidaritas kemanusiaan, Gerakan Jogja Bangkit muncul dan berangkat dari semangat fastabiqul khoirot.

Dalam mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin, gerakan ini tidak akan lepas dari prinsip beramal shaleh dan berlomba-lomba dalam kebaikan.

Karena itu, di banyak ayat Allah banyak menyebutkan iman dan amal shaleh secara bersamaan. Teringat sebuah pepatah mengatakan, “Taharrok, fainna fil harokah, barokah.” (bergeraklah, sesungguhnya dalam setiap gerakan itu ada keberkahan).

Kalimat ringkas namun memiliki makna mendalam, yang paling tidak merefleksikan makna kehidupan, bahwa dengan bergerak dan memberikan manfaat tentu akan menghadirkan keberkahan dalam hidup.

Akhirnya, hidup bukan hanya soal bekerja, berpenghasilan, pensiun dan melakukannya untuk diri sendiri, tetapi mewujud dalam bentuk solidaritas kemanusian.

Dalam dari itu, definisi hidup sesungguhnya adalah disaat kita keluar dan mencari orang yang membutuhkan bantuan untuk kehidupan mereka yang lebih baik.

Bertransformasi layaknya seperti spons yang menyerap hal negatif dan memancarkan cahaya positif. Dalam keadaan seperti itu kita menyadari bahwa setidaknya kita telah membantu meringankan hidup seseorang dan karenanya ia tidak menyerah, disaat itulah kita hidup.

Redaktur: Amin Azis

Share :

Posted in

Berita Terkait

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *