MADRASAHDIGITAL.CO-Oleh: Muh Akmal Ahsan, Kepala Madrasah Digital Yogyakarta
Pendidikan sejarah dan sejarah pendidikan adalah dua disiplin keilmuan yang sama pentingnya, melalui pendidikan sejarah, manusia mampu merefleksikan pengalaman masa silam, tentu saja demi mengkerangkai masa kekinian. Sementara sejarah pendidikan dibutuhkan untuk merefleksikan dinamika pendidikan saat ini berdasar pada perenungan historis masa lampau. Maka keduanya, sejarah pendidikan dan pendidikan sejarah memiliki nilai guna (use values) intrinsik yang sama pentingnya bagi manusia.
Catatan sejarah pendidikan adalah sumber inspirasi pengetahuan dan pengalaman ihwal bagaimana dasar, fungsi, tujuan, kurikulum, sistem, kebijakan, pendidik, metode pendidikan, peserta didik dan lain cakupannya berkembang dari satu masa ke masa lainnya. Inspirasi pengetahuan dan pengalaman tersebut diharapkan mampu memberi rekonstruksi baru dalam praktik pendidikan di masa yang akan datang.
Pada wilayah praktik penelitian dan pengembangan ilmu, sejarah pendidikan tampaknya belum mendapatkan perhatian yang signifikan. Para ahli sejarah masih memusatkan perhatian pada alur peristiwa sejarah non pendidikan, semisal sejarah sosial, sejarah politik, dan sebagainya. Meski demikian, Usaha untuk mengembangkan dan meneliti sejarah pendidikan di dunia perguruan tinggi terus digalakkan.
Subtansi Pembelajaran Sejarah Pendidikan
Kuntowijoyo menjelaskan proses metodologis dalam mengkaji sejarah pada beberapa langkah, yakni: 1) pemilihan topik, 2) pengumpulan sumber, 3) verifikasi sumber, 4) interpretasi, 5) penulisan sejarah. (Kuntowijoyo, 2005, pp. 90-107). Pemilihan topik harus berangkat pada pertimbangan intelektual yang berdasar, punya daya tarik dan layak untuk diteliti. Pengumpulan sumber sejarah untuk mencari data objektif dalam merekonstruksi peristiwa. Dalam hal ini, sumber sejarah yang baisanya digunakan adalah sumber tulisan, artefak dan atau sumber lisan.
Verifikasi sumber dibutuhkan untuk menilai objektifitas dan kredibilitas suatu informasi sejarah. Hal ini diperlukan untuk meminimalisir distorsi sejarah (penyelewengan sejarah). Interpretasi sejarah adalah tafsir mengenai peristiwa untuk dimaknai secara mendalam. Penafsiran dan interpretasi tersebut dilakukan melalui sintetis-analitik. Bagian terakhir adalah penulisan sejarah, proses akhir ini dilakukan dengan mempertimbangkan kronologi dan perubahan yang terjadi di setiap kronologi sejarah. Penulisan tersebut berangkat dari data-data yang telah dikumpulkan.
Prinsip-prinsip sebagaimana telah diutarakan Kuntowijoyo di atas dapat dijadikan sebagai landasan dalam melakukan penelitian, kajian dan pengembangan ilmu sejarah, termasuk dalam hal ini tentang sejarah pendidikan. Lazimnya, tema-tema pembahasan dalam kajian sejarah pendidikan berkisar pada wilayah: 1) konteks sejarah umum, 2) lembaga pendidikan, 3) isi pendidikan, 4) metode pendidikan, 5) kehidupan masyarakat akademis (Asari, 2018, pp. 4-6).
Konteks sejarah umum diperlukan untuk memahami suasana historis-sosiologis yang barang tentu mempengaruhi bangunan konseptual pendidikan pada zaman tersebut. Kajian mengenai lembaga pendidikan adalah telaah ihwal bagaimana suasana masyarakat melakuakan pelembagaan pendidikan. Kita ketahui, dinamisasi pendidikan hingga sekarang ini selalu dipengaruhi oleh lembaga-lembaga pendidikan yang dibentuk dari satu rentan masa ke masa lainnya.
Sementara itu, pengetahuan mengenai isi pendidikan (kurikulum) dibutuhkan untuk menelaah bagaiman dinamika pergeseran pengetahuan manusia. Kurikulum tersebut tentu saja secara integral membentuk pengarusutamaan pengetahuan manusia pada setiap zaman. Telaah mengenai metode pendidikan adalah kajian mengenai bagaimana suatu pembelajaran dilaksanakan pada wilayah teknis, hal ini berguna untuk memahami pelaksanaan pembelajaran. Terakhir, kajian mengenai kehidupan masyarakat akademis adalah telaah ihwal bagaimana aktor akademisi menjalankan pendidikan di tiap-tiap masa.
Perangkat metodologis dan objek studi sejarah pendidikan adalah dua bagian integral yang signifikan. Catatan sebagaimana diutarakan di atas memberikan arah tentang penggunaan perangkat metodologis dan subtansi pembahasan sejarah pendidikan. Harapannya dapat menjadi inspirasi pengkajian sejarah pendidikan di dunia perguruan tinggi.
Kesadaran Sejarah
Pengetahuan diharapkan bukan saja sebagai kumpulan data dan informasi yang terakumulasi di dalam kepala dan otak manusia. Pengetahuan tersebut diharapkan mampu menjadi suatu pemahaman yang hakiki, pemahaman yang pada kemudian waktu turut membentuk kesadaran, kesadaran yang pada perjalanannya termanifestasi dalam laku tindakan manusia. Demikian pula dalam hubungannya dengan kesadaran sejarah, Seperti kata Kartodirdjo (1992: 248), dalam rangka pembangunan bangsa, pengajaran sejarah tidaklah semata-mata berfungsi sebagai pemberian pengetahuan sejarah sebagai kumpulan informasi fakta sejarah belaka, melainkan juag demi menyadarakan anak didik dan atau menbangkitkan kesadaran kesejarahannya. Maka sejarah tidak tidak saja dipahami seabagi sarana transfer of knowledge, melainkan pula media penyadaran sejarah
Maka Pengetahuan ihwal informasi peristiwa masa lampau jangan sampai berhenti pada rapalan angka-angka tahun belaka, lanjutnya pengetahuan sejarah diharapkan mampu menjadi suatu konstruksi pemahaman diri yang mewujud dalam kesadaran sejarah, demi memberi arah tentang bagaimana merekonstruksi sejarah masa kini dan masa mendatang.
Kesadaran sejarah merupakan rasa hayat pada sejarah, memahami bawah kejadian pada masa kini adalah kelanjutan dari rentetan kejadian masa silam. Sementara kejadian dan peristiwa masa kini selalu akan memiliki dampak langsung pada kejadian-kejadian di masa yang akan datang. Melalui kesadaran sejarah yang kuat, kebaikan-kebaikan di masa lalu dapat dilanjutkan, sementara kesalahan-kesalahan silam dapat diambil sebagai pelajaran untuk tidak terulang kembali, termasuk dalam hal ini kesalahan dalam penulisan sejarah itu sendiri.
Kesadaran sejarah dalam pendidikan adalah penghayatan pada rentetan peristiwa perkembangan pendidikan. Pendidikan masa kini selalu merupakan dampak dari pendidikan masa silam, demikian pula bahwa konstruksi pendidikan masa kini selalu berakibat langsung pada konstruksi sejarah di masa yang akan datang. Maka demikian, para akademisi, khususnya Mahasiswa dan Dosen jangan sampai bersikap ahistoris pada perjalanan pendidikan. Para akademisi pendidikan harus tutur aktif dalam membentuk sejarah.