MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Hendra Fokker
Hi Historian. Goedemorgen. Kali ini kita bahas mengenai Konsep Berpikir Sinkronik dan Diakronik dalam Memahami Sejarah ya. Secara umum tujuan pembahasan sinkronik dan diakronik dalam memahami sejarah adalah untuk mendapatkan rekonstruksi peristiwa sejarah secara objektif.
Cara berpikir ini tidak dapat dilepaskan dari konsep ruang dan waktu. Jadi semuanya saling berkaitan dan melengkapi. Guna mendapatkan fakta sejarah yang lebih menyeluruh dan dapat dipertanggungjawabkan.
Lantas bagaimana cara kita memahami alur berpikir sinkronik dan diakronik apabila kita hanya memahami konsep sejarah dalam ruang dan waktu? Ok. Pahami baik-baik pembahasan dibawah ini ya, gess.
Cara Berpikir Diakronik
Dalam memahami Konsep Berpikir Sinkronik dan Diakronik dalam Memahami Sejarah kita perlu mengetahui apa itu diakronik. Diakronik itu berasal dari bahasa Latin, yakni “Dia” yang artinya adalah melampaui, dan “Chronicus” yang artinya adalah waktu. Jadi, diakronik itu pengertiannya melampaui atau meluas dan saling mempunyai keterkaitan dalam waktu, tetapi terbatas dalam ruang.
Jadi suatu peristiwa sejarah harus memiliki pembahasan sebelum atau sesudah peristiwa itu terjadi. Pasti ada asap apabila ada api. Pasti ada suatu peristiwa yang mendahului sebelum pertistiwa puncak terjadi. Pasti ada persiapan sebelum surprise ulang tahunmu dirayakan.
Dalam suatu peristiwa sejarah contohnya sebagai berikut, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945 itu sebelumnya ada peristiwa yang mendahuluinya, yakni Peristiwa Rengasdengklok.
Kenapa demikian? Peristiwa Rengasdengklok yang terjadi pada 16 Agustus 1945 adalah upaya generasi muda untuk mendesak Bung Karno dan Bung Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Atas dasar peristiwa itu, Bung Karno dan Bung Hatta tergerak untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Tapi tidak di Rengasdengklok. Mereka maunya di Jakarta, dengan cara merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di rumah Laksamana Maeda pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 03.00 dini hari. Usai tersusun, barulah para Proklamator memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada pagi harinya.
Jadi, ada serangkaian peristiwa yang mendasari terjadinya suatu peristiwa utama ya gess. Maka, kesimpulannya adalah, nggak mungkin ada Proklamasi Kemerdekaan apabila tidak ada peristiwa Rengasdengklok dan peristiwa penyusunan naskah Proklamasi di rumah Laksamana Maeda.
Konsep ruang dan waktu pada satu contoh peristiwa sejarah Proklamasi ini ada tiga. Pertama adalah Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Kedua adalah rumah Maeda pada 17 Agustus 1945 pukul 03.00 dini hari. Ketiga adalah pembacaan Proklamasi pada 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur pada pukul 10.00 WIB.
Diakronik ini sama dengan kronologis. Jadi semacam urutan suatu peristiwa. Berpikir mudahnya seperti ini, nggak mungkin kalian mempunyai izasah SMA apabila tidak mengikuti kegiatan belajar dari kelas 10, 11, dan 12. Ya kali tiba-tiba lulus? Ok, mudah kan.
Cara Berpikir Sinkronik
Nah, untuk lebih memahami perbedaan antara Konsep Berpikir Sinkronik dan Diakronik dalam Memahami Sejarah, kita perlu juga mengetahui pengertian sinkronik. Sinkronik sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni “Syn” yang artinya adalah dengan, dan “Khronos” yang artinya adalah waktu. Pengertiannya adalah meluas dalam ruang, tetapi terbatas atau menyempit dalam waktu.
Semisal contoh yang sama dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pembacaan teks Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. Nah, fokus di satu tanggal saja ya. 17 Agustus 1945. Apa saja kejadian yang terjadi di seputar tanggal tersebut? Kalian bisa cari informasinya melalui media apa saja.
Bung Karno usai perumusan teks Proklamasi di rumah Laksamana Maeda lantas kembali ke rumahnya di Pegangsaan Timur untuk beristirahat. Ia menunggu kedatangan Hatta yang kala itu terlambat datang.
Para pemuda sudah bersiap sejak malam dini hari untuk mempersiapkan keperluan Proklamasi. Tersebutlah ada sekitar 500 orang yang terdiri dari para pejuang, laskar, dan tentara keamanan Republik untuk menjaga pelaksanaannya hadir sejak pukul 05.00.
Ketika Hatta datang pada pukul 09.45, Proklamasi dengan segera dipersiapkan untuk dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 di Pegangsaan Timur.
Jadi, kesimpulannya adalah, ragam peristiwa yang terjadi pada hari itu saja. Serta apa saja yang mendukung terjadinya suatu peristiwa tersebut diabstraksikan layaknya gambaran besar suatu peristiwa sejarah.
Sinkronik ini juga dapat berkembang kepada peristiwa lain yang mendukung peristiwa tersebut. Tulislah mengenai kehadiran Frans Mendur, yang mendokumentasikan detik-detik Proklamasi. Berita dari beliaulah yang kemudian menyebar ke penjuru Indonesia, dengan berbagai macam waktu yang berbeda.
Tapi tetap sama dalam konteks peristiwa Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 tersebut ya gess. Contoh mudahnya begini, kamu adalah petugas upacara bendera di hari Senin. Tentu seputar persiapan kamu sebagai petugas dihari itu adalah ruang lingkup sinkroniknya, baik ruang ataupun waktunya.
Ruang kamu adalah lapangan area upacara, sedangkan waktunya adalah apa? Misal, dari sejak shubuh kamu sudah mempersiapkan pakaian petugas, berangkat ke sekolah pada pukul 05.45, dan tiba di sekolah pada pukul 06.00.
Kehadiranmu di awal waktu adalah upaya kamu melaksanakan tanggungjawab sebagai petugas upacara tepat waktu. Nah, itulah pembahasan kita tentang Konsep Berpikir Sinkronik dan Diakronik dalam Memahami Sejarah. Semoga bermanfaat.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.