MADRASAHDIGITAL.CO, JAKARTA – Peralihan zaman mengakibatkan perubahan norma dan moral, begitu pun di Indonesia yang dikenal dengan adat ketimurannya. Sebagai contohnya dengan adanya internet dan juga gadget yang membuat akses komunikasi antara satu orang dengan yang lainnya berjalan dengan lancar sekalipun berjauhan oleh jarak.
Sehingga kecenderungan anak sekarang adalah mudah mendapatkan informasi dengan praktis yang bisa membuat pola pikir mereka bersifat global dan terkadang bertentangan dengan norma dan adat yang berlaku di tempat tinggal mereka. Pada dasarnya masa anak remaja adalah bentuk dari pencarian jati diri mereka. Namun, terkadang kesalahan mempelajarinya membuat mereka keliru antara baik dan buruknya sehingga menyebabkan mereka mendapatkan dampak yang kurang bagus pada perkembangan mental maupun nilai pada diri remaja tersebut terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perubahan sikap, perilaku anak juga karakteristik mereka salah satunya adalah kurang kasih sayangnya orang tua.
Kesibukan yang orang tua miliki membuat waktu mereka bersama anak berkurang. dan bisa menyebabkan kenakalan yang anak lakukan tidak diketahui oleh orang tua mereka sehingga membentuk karakter mereka seperti itu sampai dewasa dan membuat para orang tua terkejut dan disinilah peran tenaga kependidikan sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan membantu peran orang tua untuk mengarahkan dan membimbing peserta didik di sekolah.
Proses pembimbingan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan bukan hanya menyangkut intelektualitasnya, tetapi juga penguatan pendidikan karakter yang menjadi sorotan dalam dunia pendidikan yang terkhusus bagi guru untuk meningkatkan moral serta akhlak peseta didik. Berdasarkan kemampuan karakteristik peserta didik serta minat bakat mereka yang berbeda-beda, diperlukan pelayanan yang tidak sama antara peserta didik satu dengan yang lainnya. seorang guru tidak bisa memilih karateristik dan latar belakang peserta didiknya akan tetapi seorang guru dapat memahami dan memberikan serta mengajarkan yang terbaik untuk peserta didiknya.
Karena karakteristik peserta didik yang beragam tentu perlu cara untuk mengatasinya yakni salah satunya dengan mengelompokkan peserta didik yang memiliki karakter yang sama atau hampir sama antara satu sama lain. Hal ini dilakukan agar guru dapat menanganinya sesuai dengan kebutuhan, bukan berarti membedakan atau mendiskriminasi murid satu dengan murid lainnya.
Mahasiswa Pend. Bahasa Inggris FKIP Uhamka melakukan penelitian di SMPN 122 Jakarta terkait hal tersebut pada 23 September-4 Oktober 2021. Menurut penuturan ketua kelompok Esthiyana Damayanti, pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa SMPN 122 telah mendapatkan akreditasi A.
Damayanti mengungkapkan, jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. “Pranata SMPN 122 Jakarta ditetapkan sebagai objek penelitian. Sumber data terdiri dari data primer. Data primer diperoleh melalui observasi, dan wawancara. Narasumber, peralatan dan data-data lainnya yang mendukung penelitian ini. Pemilihan narasumber untuk data primer bersifat purposive,” ujarnya.
Artinya, menurut dia, penentuan sumber data pada penelitian kualitatif ditentukan dengan menyesuaikan pada tujuan penelitian atau tujuan tertentu. “Sumber yang akan diwawancara secara langsung adalah mereka yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan terlibat langsung dalam pengelolaan sekolah, yaitu wakil kurikulum, dan guru bimbingan konseling. Metode pengumpulan ini dilakukan dengan observasi dan wawancara,” ungkap Damayanti.
Karakter Peserta Didik
Kelompok mahasiswa yang beranggotakan Fadia Arsyad, Fadhilah Amelia Putri, Muhammad Taufan Habib AlMajid, Resti Purnamasari, Safa Marwani Fibrianti, dan Okta Muji Barokah ini menemukan hasil bahwa karakteristik peserta didik dimaksudkan untuk mengenali ciri-ciri dari setiap peserta didik yang nantinya akan menghasilkan berbagai data terkait siapa peserta didik dan sebagai informasi penting yang nantinya dijadikan pijakan dalam menentukan berbagai metode yang optimal guna mencapai keberhasilan kegiatan pembelajaran.
Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai, aktivitas yang perlu dilakukan, dan asesmen yang tepat bagi peserta didik. Atas dasar ini karakteristik peserta didik harus menjadi perhatian dan pijakan pendidik dalam melakukan seluruh aktivitas pembelajaran. Karakteristik peserta didik meliputi etnik, kultural, status sosial, minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral dan spiritual, dan perkembangan motoric.
Karakteristik peserta didik SMPN 122 cenderung berasal dari keluarga yang tidak mampu, karena sekolah tersebut berada di pinggiran, maka peserta didik memiliki karakteristik malas untuk belajar, sehingga semua guru berupaya mengedukasi peserta didik dengan sebaik mungkin. Untuk memperbaiki karakter peserta didik memerlukan watu yang lama dengan berbagai cara yang dilakukan, peserta didik kurang untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga guru berupaya menggunakan metode pengajaran yang inovatif, menggunakan bahasa yang mudah dipahami agar peserta didik bisa memahami dengan baik materi yang disampaikan oleh gurunya.
Menurut Damayanti, penguatan karakter peserta didik dengan kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai dengan minat dan bakat dari peserta didik tersebut, peserta didik diasah kemampuan minat dan bakatnya agar bisa mengembangkan kemampuannya. Peran guru dalam penguatan karakter diantaranya guru perlu memiliki pengetahuan dan pandangan komprehensif futuristic tentang profil tenaga kerja yang dibutuhkan dunia usaha/industri. Guru perlu memiliki kemampuan dalam mendesain kurikulum dan perangkatnya selaras dengan kebutuhan pasar kerja menyangkut aspek ketrampilan maupun karakter kerja yang dibutuhkan.
“Setiap institusi pendidikan hendaklah merumuskan visi dan misi yang mengarah pada proses pendidikan untuk menghasilkan lulusan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan Guru mampu megintegrasikan karakter kerja dalam proses pembelajaran. Secara rinci guru harus mampu merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran yang mengintegrasikan secara utuh karakter kerja dan kemampuan,” ungkapnya.
Peran Berbagai Pihak
Orang tua, lingkungan tempat tinggal serta masyarakat sekitar adalah orang pertama dalam pembentukkan karakter awal anak yang mengimplementasikan karakter budaya dan karakter bangsa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tenaga kependidikan orang kedua dalam membimbing serta mengajarkan yang terbaik untuk anak muridnya. Pendidikan karakter ini akan terwujud apabila semua pihak yang terlibat mau untuk bekerja sama untuk menguatkan karakteristik peserta didik.
Tidak hanya peran orang tua, sekolah serta masyarakat, peran pemerintah juga sangat penting dalam meningkatkan pelaksanaan penguatan karakteristik peserta didik. Perlu adanya tindakan yang berkepanjangan supaya mendapatkan hasil sebaik-baiknya.
Daftar Pustaka
Wagiran (2010), Peran Guru dalam Mengembangkan Karakter pada Pendidikan Kejuruan. Global, Yogyakarta. Universitas Negri Yogyakarta
Munawaroh Isniatun (2009), Karakter Peserta Didik, Jakarta. PT. Gramedia.