Oleh: Muhammad Fakhruddin*
JAKARTA — Pandemi Covid-19 membuka mata kita semua akan pentingnya teknologi informasi di era digital. Pembatasan sosial selama pandemi menuntut semua aktivitas komunikasi menggunakan sarana digital.
Tak terkecuali pengkaderan yang semestinya tetap berjalan. Materi pengkaderan berupa penguatan ideologi dan keilmuan dapat dikombinasikan dengan pemenuhan keterampilan di era digital.
Bahkan peningkatan keterampilan digital tersebut justru menjadi sajian utama dari pengkaderan sehingga dapat menarik minat generasi milenial.
Ditambah dengan penguatan ideologi dan keilmuan tadi, maka akan terbentuk milenial berpribadi. Hal inilah yang ingin diwujudkan oleh Madrasah Digital, yaitu memunculkan model pengkaderan Darul I’lam.
Konsep ini sebenernya sudah lahir sebelum Covid-19 masuk ke Indonesia (baca artikel: https://madrasahdigital.co/komunitas/daarul-ilam-dasar-madrasah-digital/). Namun, saat itu belum dapat terlaksana karena sejumlah keterbatasan.
Ternyata pandemi Covid-19 justru menjadi katalisator yang mempercepat dan mempermudah terwujudnya Darul I’lam. Maka dari itu, pada 27-31 Juli 2020 terlaksanalah Darul I’lam Dasar (DID) pertama yang digelar secara virtual.
Tidak berhenti sampai di situ, peserta DID selanjutnya mengikuti mentoring agar dapat intensif mempraktekkan yang sudah diajarkan selama pengkaderan. Setelah selesai mentoring yang dibimbing oleh para instruktur, peserta minimal sudah mahir membuat konten berupa tulisan, foto, dan video. Hal itu senada dengan target DID itu sendiri, yakni mencetak kader yang diharapkan menjadi konten kreator yang berkarakter dan menghasilkan karya yang positif.
Pelatihan serupa menjadi konten kreator mungkin telah banyak dilakukan, bahkan jauh sebelum pandemi. Pelatihan atau workshop tersebut biasanya menggunakan metode kursus yang kadang mematok harga yang tidak murah sebagai biaya investasi.
Namun, di Madrasah Digital pelatihan tersebut dikemas dengan metode pengkaderan agar lebih intensif, berkelanjutan, dan terjangkau untuk semua.
Maka dari itu, kader yang telah menguasai materi DID diharapkan bisa menjadi instruktur atau mentor yang kemudian mengajarkannya ke peserta DID selanjutnya, dan begitu seterusnya.
Seperti yang sudah dibahas pada artikel sebelumnya, tahap selanjutnya adalah Darul I’lam Madya dan Darul l’lam Paripurna. Masing-masing pengkaderan memiliki target yang ingin dicapai dan akan terus di-update sesuai kondisi dan perkembangan teknologi informasi. Jika konsep ini berjalan, insyaAllah, akan lebih banyak mencetak kader digital serta manfaat yang dirasakan serta dampak yang dihasilkan bagi masyarakat akan lebih besar, Aamiin.
*Inisiator Madrasah Digital