MADRASAHDIGITAL.CO, Belakangan ini, saya sedang mengikuti sebuah komik dengan judul Terror Man karya Han Dong Woo dan Ko Jin-Ho. Komik tersebut bercerita tentang anak yang mempunyai kelebihan untuk melihat suatu kesialan. Digambarkan, bahwa setiap kesialan yang mengancamnya terlihat berwarna ungu di matanya. Tanda tersebut, akan memeberikan kewaspadaan lebih pada dirinya untuk sesegera mungkin menghindari kesialan itu sebelum terjadi.
Bagi saya, komik tersebut memberikan perspektif baru tentang melihat suatu kelebihan. Memang pada dasarnya, manusia yang mempunyai kelebihan, akan dihadapkan pada dua pilihan yang dilematis. Pertama, menyelamatkan diri sendiri. Atau pilihan kedua, menyelamatkan semua orang dengan kelebihan yang dia punya.
Kebanyakan permasalahan sosial terjadi karena manusia menggunakan kelebihannya untuk menyelamatkan diri sendiri. Kita bisa lihat pada kasus korupsi, bagaimana seorang koruptor menggunakan kepintarannya untuk menaikkan kelasnya agar memperoleh harta berlimpah. Dia tidak peduli pada nasib orang lain yang dirampas untuk memperoleh kekayaan.
Kasus lain seperti penganiayaan, pembunuhan, perampokan, ataupun meninggalkan orang yang sudah terlanjur cinta, itu karena kekuatan yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Maka dalam komik ini, anak kecil yang bernama Jeongwoo Min memilih menjadi seorang penyelamat, yang mengabarkan kepada semua orang tentang kesialan yang akan terjadi, meskipun itu sulit.
Perjalanan Jeongwoo Min menyelamatkan orang-orang tidaklah mudah. Ini gak seperti superhero lho ya, yang harus lawan monster-monster. Tantangan yang dihadapi oleh Jeongwoo Min datang dari orang-orang yang ingin dia selamatkan. Misalnya ketika peristiwa robohnya sebuah mall besar. Jeongwoo Min berulang kali memperingatkan semua orang, namun tidak ada yang percaya.
Dalam kondisi tersebut, mungkin pilihan terbaik adalah menyelamatkan diri sendiri dan membiarkan semua orang yang tidak mempercayai ucapannya meninggal tertimpa reruntuhan. Namun tidak bagi Jeongwoo Min, dirinya bersama asisten pribadinya membuat kekacauan, yang membuat semua orang berlari ketakutan meninggalkan mall. Cara tersebut berhasil menyelamatkan semua orang, meskipun Jeongwoo Min dianggap sebagai teroris akibat keributan tersebut.
Satu pelajaran yang bisa saya ambil, bahwa perjalanan menyelamatkan semua orang tidaklah mudah. Bagi seorang penyelamat, kekecewaan paling besar adalah ketidakpercayaan dari orang yang diselamatkan itu sendiri. Oleh karena itu, kebesaran hati dan jiwa yang kuat harus selalu melekat pada diri seorang penyelamat.
Alasan ini pula yang sering digunakan para koruptor untuk membenarkan aksinya. Dalam kasus korupsi, kita sering mendengar bahwa alasan seorang koruptor melakukan korupsi adalah untuk menyelamatkan keluarganya. Dia mengambil keputusan yang lebih mudah, bahwa menyelamatkan satu keluarga lebih mudah dibandingkan menyelamatkan berjuta-juta keluarga yang terlilit kelaparan. Padahal dalam kenyataannya, keluarganya pun tidak bisa diselamatkan oleh sanksi sosial yang diberikan oleh masyarakat.
Pemikiran-pemikiran semacam ini sering terjadi sehingga banyak kekacauan sulit dihindarkan. Jalan satu-satunya untuk merubah keadaan ini adalah membuka seluruh pikiran dan hati untuk berpikir lebih kritis. Karena dengan cara tersebut, manusia akan benar-benar bisa menimbang mana sesuatu yang lebih genting dilakukan.
Manfaat dari pemikiran tersebut akan melahirkan berbagai kebajikan, misalnya seseorang yang mempunyai kelebihan dana, akan membuat sebuah usaha yang mampu menghidupi banyak orang. Kemudian para pejabat akan membuat tata aturan yang mampu melindungi seluruh lapisan masyarakat. Pola pemikiran seperti ini, harus secepatnya diterapkan agar nantinya kesejahteraan bisa secepatnya didapatkan oleh manusia.
Sehingga manusia akan menyadari bahwa kelebihan yang dia miliki adalah satu tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada dirinya. Maka melaksanakan tugas secara bijak adalah pilihan mutlak yang harus diambil. Jangan sampai kelebihan tersebut digunakan secara sembarangan untuk menindas ataupun menurunkan harga diri orang lain, karena bisa jadi kelebihan yang dimiliki akan diambil, dan posisi yang didapatkan luntur karena kelemahannya mengeksekusi kelebihan yang diberikan Tuhan.
Sebenarnya hal paling menarik yang dititipkan Tuhan kepada manusia adalah rasa tanggung jawab terhadap apa pun yang diberikan. Baik kelebihan ataupun kekurangan, itu menjadi alat perekat persaudaraan. Keduanya ada pada setiap manusia dan secara tidak sengaja membuat suatu ikatan yang sulit dilepaskan. Maka hal paling penting dari semua itu adalah bagaimana mengolah kekurangan dan kelebihan yang diberikan Tuhan.
Pada suatu hadis disebutkan jika manusia paling mulia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia. Untuk menjadi yang paling bermanfaat tidak harus mempunyai banyak kelebihan. Namun harus memiliki tanggung jawab dalam mengelola apapun yang diberikan Tuhan. Seperti halnya senyuman, yang menjadi hal remeh namun akan sangat berharga jika dibagikan saat berpapasan.
Sebaliknya, orang yang mempunyai banyak kelebihan namun tidak digunakan secara bijak, tidak akan mempunyai manfaat bagi makhluk lainnya. Dirinya hidup dalam rasa kesunyian karena mengingkari takdirnya untuk saling bantu sesama. Maka seperti pembelajaran di awal tadi, orang yang memiliki banyak kelebihan, juga memiliki tanggung jawab yang lebih untuk melaksanakan kebaikan.
Bukan kelebihan digunakan untuk dirinya sendiri, atau malah digunakan untuk kejelekan. Karena apabila sesuatu tidak ditempatkan pada tempatnya, akan menjadi bencana, dan berbalik menyerang diri sendiri. Seperti orang yang melakukan tindak korupsi, akan dihukum jeratan penjara dan hukuman sosial. Selain itu, orang yang menggunakan kelebihannya untuk dirinya sendiri, akan dihukum dengan rasa kesunyian dan kesendirian.
*Penulis adalah Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, menyukai isu-isu sosial-keagamaan.